Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Madeeng, Tradisi Memilih Anakan Sapi Terbaik untuk Ritual Jelang Nyepi
24 Februari 2019 13:20 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
GIANYAR, kanalbali.com - Desa Adat Susut, Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Gianyar memiliki tradisi unik untuk memuliakan dan memilih anakan sapi.
ADVERTISEMENT
Kegiatan tahunan menjelang hari raya Nyepi ini disebut ‘Madeeng’ atau pamer anakan sapi yang terbaik. Seluruh warga desa diwajibkan membawa sapi betina dan anakannya ke setra (kuburan) sebagai pusat kegiatan tradisi. Tahun ini diadakan pada Minggu (24/2) untuk menyambut hari Nyepi pada 7 Maret 2019 nanti.
Sejak pagi hari wargasudah mengeluarkan sapi dan berkumpul di areal setra (kuburan-red) yang luasnya mencapai 1,5 hektar. Warga datang dengan berkelompok atau sendiri-sendiri dengan anakan sapinya yang terbaik. Sapi yang terkumpul mencapai ratusan. Beberapa diantara warga membawa anakan sapi lebih dari seekor.
Setelah sapi terkumpul, prajuru (petugas adat-red) melakukan pemilihan anakan sapi jantan dan betina. Seleksi berlangsung ketat, karena dipilih sapi yang sehat, tidak ada bekas luka, bulu yang mulus dan dalam keadaan sehat.
ADVERTISEMENT
Seleksi menghasilkan dua pemenang, yaitu sapi milik I Nyoman Sarihana (jantan) dan I Wayan Sarda (betina). Anakan sapi (godel) ini nantinya akan digunakan sebagai pelengkap upacara Tawur Kesanga (Nyepi). Sapi tersebut disembelih dan diolah untuk ulam Tawur (pecaruan/korban).
Bendesa Adat Susut, I Wayan Sudarsa menjelaskan tradisi ini telah dilaksanakan secara turun temurun. “Tujuan Madeeng sapi ini ini untuk memilih dua anakan sapi terbaik, yang nantinya digunakan untuk upacara Tawur Kesanga,” jelas Sudarsa. Tentu saja karena dari hasil seleksi terpilih anakan yang bagus, maka induknya dipastikan sehat, sehingga harganya ditawarkan pemilik lebih mahal.
Bagi warga yang anakan sapinya terpilih pantang untuk menolaknya, karena anakan sapinya menjadi pilihan untuk upacara Tawur Kesanga, Nyepi. “Pemilik anakan sapinya terpilih mantang menolaknya, mereka takut kena sanksi niskala bila tidak merelakan sapinya,” beber Sudarsa.
ADVERTISEMENT
Anakan sapi jantan akan dipakai sesajen di Perempatan Agung desa setempat dan yang betina akan dihaturkan di Pura Dalem. Sehingga di wilayahnya, warga pantang menjual anakan sapi yang belum melewati tradisi Madeeng.
Indukan sapi yang anaknya terpilih nilai ekonomisnya akan menjadi naik karena sudah memiliki anakan yang bagus. “Biasanya, saat berkumpulnya warga membawa sapi, akan terjadi transaksi jual beli sapi oleh warga desa lain, setelah proses seleksi selesai,” terangnya lagi. (kanalbali/KR11)