Konten Media Partner

Melirik Sorgum, Alternatif Bahan Pangan yang Kini Gencar Dikembangkan di Bali

27 Maret 2021 12:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tanaman sorgum yang tumbuh di wilayah kering di Karangasem, Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Tanaman sorgum yang tumbuh di wilayah kering di Karangasem, Bali - IST
ADVERTISEMENT
KARANGASEM - Setelah menunggu selama 3 bulan. I Nyoman Dharma kini bersiap memanen sorgum di atas lahan seluas 45 are miliknya. Tanaman bernama latin Sorghum bicolor itu dibudidayakannya bersama Kelompok Tani Karya Winangun di Dusun Behel, Desa Dukuh, Karangasem, Bali.
ADVERTISEMENT
Iklim panas dan kering ternyata cocok wilayah itu ternyata cocok untuk pertumbuhan yang sempat hilang dari khasanah petani Bali itu."Sebenarnya bukan bahan pokok asing, tanaman ini sudah lama ada di Bali, di Indonesia, namun entah kenapa dulu masyarakat bergeser makan beras," ungkap I Made Iwan Dewantama, Senior manager Bali Island & Sunda Seascape Conservation Indonesia yang melakukan pendampingan kelompok itu, Sabtu (27/03/21).
Menurut Iwan, biji sorgum pun sejatinya merupakan bahan makanan yang dulu biasa dikonsumsi oleh masyarakat di kawasan Indonesia tengah, termasuk Bali."Kami ingin mengembalikan sorgum sebagai bahan makanan pokok yang pernah ada di Bali, sekarang warga disini terpaksa membeli beras," ungkap Iwan.
Sorgum setelah diolah dan siap menjadi bahan pangan - WIB
Sorgum merupakan jenis biji-bijian sereal yang bentuk tanamannya tinggi seperti jagung. Tanaman ini dapat bisa dimasak begitu saja layaknya beras. Karena karakteristik rasanya yang hambar, sorgum dapat dipadukan dengan bumbu ataupun bahan makanan dengan rasa yang kuat. Misalnya, diolah menjadi nasi goreng sorgum, bubur, roti maupun sup tawar dari sorgum.
ADVERTISEMENT
Bahan ini dinyatakan jauh lebih unggul dalam hal nilai gizi dibandingkan beras atau nasi. Data Departemen Kesehatan RI mencatat, sorgum memiliki kandungan protein, kalsium, zat besi, fosfor, dan vitamin B1 yang lebih tinggi dibanding beras.
“Bagi penyandang diabetes, kandungan gulanya yang rendah. Bagi mereka yang tengah melakoni diet, sorgum juga bisa jadi kawan bersantap yang ideal. Perut terasa kenyang lebih lama karena kandungan seratnya yang tinggi,” kata Iwan.
I Made Iwan Dewantama, Senior manager Bali Island & Sunda Seascape Conservation Indonesia - WIB
Di samping bahan pangan, sorgum juga menyimpan aneka manfaat lain seperti sebagai pakan ternak, energi, serat, pupuk, obat-obatan, dan sesuatu yang menyenangkan. Sebagai pakan ternak, batang dan daun sorgum bisa menjadi santapan sehat bagi sapi, kerbau, kambing, dan domba.
Sebagai energi, batang dari beberapa jenis sorgum dapat diolah menjadi etanol. Batang ini diketahui menghasilkan nira yang kemudian diolah menjadi gula atau sirup. Nira kemudian difermentasi dan mengalami proses destilasi sehingga menjadi etanol 95 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara sebagai serat, tanaman bernama latin Sorghum bicolor ini bisa difungsikan sebagai bahan baku industri kertas dan papan partikel meja atau dinding. Sebagai pupuk, semua bagian sorgum diketahui bisa digunakan sebagai bahan pupuk organik.
Tak perlu pusing memilih lokasi penanaman sorgum. Tanaman ini bisa tumbuh di daerah kering dan minim unsur hara. Bahkan, sorgum bisa bertahan di tanah dengan kandungan garam tinggi termasuk di pinggir pantai. "Tanaman ini tak perlu banyak perawatan, cukup diberi pupu saja, selain itu cara menanamnya seperti jagung, dimana dalam lubang menanam kita masukan 3-5 biji," ungkap Iwan.
Kelompok Tani Karya Winangun di Dusun Behel, Desa Dukuh, Karangasem, Bali - WIB
Toleransi sorgum terhadap kekeringan disebabkan karena pada endodermis akar sorgum terdapat endapan silika, yang berfungsi mencegah kerusakan akar pada kondisi kekeringan. Sorgum juga efisien dalam penggunaan air karena didukung oleh sistem perakaran sorgum yang halus dan letaknya agak dalam, sehingga mampu menyerap air cukup intensif
ADVERTISEMENT
I Nyoman Dharma mengaku senang dengan adanya alternatif pengganti beras ini. “Siapa tahunya nantinya bisa juga kita jual, kalau ada yang membutuhkan,” katanya. Soal rasa, menurutnya, hanya masalah pembiasaan lidah yang terlanjur terbiasa memakan nasi. “Khan banyak variasi masakannya yang diajarkan juga oleh pendamping,” ujarnya.
. (Kanalbali/WIB).