Konten Media Partner

Mengangkat Kanda Pat Jadi Inspirasi Lukisan tentang Jembatan Cahaya

29 Desember 2024 8:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susiawan (kiri) bersama Susan Allen - RFH
zoom-in-whitePerbesar
Susiawan (kiri) bersama Susan Allen - RFH
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com – Puluhan karya pelukis Susiawan kini dipamerkan di Sudakarya Art Space, Sanur, Denpasar hingga 5 Januari 2025 nanti.
ADVERTISEMENT
Karya-karya seniman itu terinspirasi oleh ajaran Kanda Pat, sebuah filosofi Jawa Kuno tentang keberadaan empat pengawal spiritual yang menemani seseorang sejak masa dalam kandungan hingga meninggal dunia.
“Lukisan ini dibuat setelah dia mengalami stroke pada 2015 hingga saat ini,” istri Susiawan, Susan Allen yang kini menjadi juru bicara pelukis itu pada jumpa pers, Jumat (27/12/2025).
Dunia filosofi Jawa memang lekat dengan kehidupan Susiawan yang lahir di Solo dalam keluarga seniman yang mencintai cerita wayang.
Wayang dengan menggunakan kertas yang dikembangkan Susiawan sebagai sarana komunikasi antar bangsa - RFH
Susiawan kemudian menekuni dunia seni rupa setelah menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun diluar itu dia memiliki ketertarikan pada dunia anak-anak sehingga menggunakan bakatnya untuk mendidik anak-anak agar mampu mengekpresikan dirinya.
ADVERTISEMENT
“Jadi saat mahasiswa, dia mengumpulkan cat-cat bekas milik teman-temannya untuk mengajari anak-anak berkesenian,” kata Susan.
Kegiatan itu kemudian berkembang pesat melalui Yayasan Anak Merdeka yang didirikannya. Ia bahkan menginisiasi majalah anak “Cakrawala Kecil” yang dibuat oleh anak dan untuk anak.
Tahun 1990, Susiawan mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakatnya untuk mendampingi para siswa dan guru di Cirebon menggunakan seni untuk melihat masalah sosial seperti masalah sampah dan limbah.
Lukisan Pencerahan (2015) yang menjadi karya pertama Susiawan - RFH
Ia lalu sempat pindah ke Kanada dan tinggal di negara dimana dia mendapat kesempatan untuk mengembangkan wayang sebagai sarana komunikasi dalam masyarakat yang multikultur.
Setelah kembali ke Indonesia dan menetap di Bali, Susiawan sempat mengajar di Greenschool sebelum bersama Susan mengembangkan model pendidikannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, dia kemudian menglami stroke sehingga sedikit mengganggu aktivitasnya. Tapi di sisi lain, dia justru menemukan gairahnya kembali untuk fokus pada kegiatan melukis.
“Begitu dibolehkan pulang, dia langsung mengajak untuk membeli cat dan mulai melukis,” kata Susan. Lukisannya pertamanya yang berjudul “Pencerahan” pun ikut ditampilkan dalam pameran ini.
Sejak saat itu, melukis menjadi cara untuk menjaga semangat dan intuisinya untuk terus memancarkan cahaya atau semangat kehidupan dalam penjagaan empat pengawal spiritual yang diyakininya.
Pengama seni Arief B Prasetyo menyebut, lukisan-lukisan Susiawan memiliki nilai transformatif karena bukan hanya mengajak penikmat seni merasakan keindahannya.
“Tapi juga merasakan gejolak intuitif dari semangat Susiawan yang menggunakan seni untuk melakukan perubahan,” katanya.
( kanalbali/ RFH )
ADVERTISEMENT