Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten Media Partner
Mengenal Made Ada, Pengukir Bali yang Mendunia berkat Pak Harto
11 Mei 2019 6:09 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
ADVERTISEMENT
Di antara sejumlah maestro pengukir kayu di Bali, Made Ada (70) selalu mendapat tempat istimewa. Ia dikenal sebagai pencipta ukiran ‘Garuda’ dengan hak cipta yang diakui dunia internasional. Karya itu pula yang menjadi suvenir dalam pertemuan International Monetary Fund pada 2018 di Nusa Dua, Bali.
ADVERTISEMENT
Seniman ini tinggal di Dusun Pakudui, Desa Kedisan, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali. Rumahnya sekaligus menjadi museum yang diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri pada 31 Desember 2002. Di sinilah berbagai koleksi patung karyanya bisa dinikmati.
Pada Jumat (10/5), ia dikunjungi Nico Safavi, CEO Mowilex Indonesia, yang menyampaikan penghargaan atas dedikasi Made Ada. Kedatangannya sekaligus mengabarkan rencana untuk menerbitkan buku tentang para pengukir Bali. Dan Made Ada menjadi salah satu pengukir yang dimuat di buku tersebut.
Pada kesempatan itu, Made Ada menjelaskan bahwa di zaman dahulu, ukiran kayu terbaik diberikan ruang secara khusus sebagai elemen dekoratif di dalam bangunan kuil, istana, dan artefak yang dimanfaatkan dalam upacara adat keagamaan.
“Ukiran Bali tidak dapat terlepas dari filosofi Bali dan memiliki cerita budaya serta sejarahnya masing-masing. Misalnya, Tri Kaya Parisudha yang berarti tiga tindakan sakral manusia untuk berpikir, berbicara, dan bertindak secara baik dan benar,” jelas Made Ada.
ADVERTISEMENT
Made Ada mewarisi bakat mematung ayahnya, I Nyoman Kampih. Selain dari sang ayah, ia juga belajar mengukir dari kakeknya. Tak heran bila pria kelahiran 18 Agustus 1948 ini sudah mahir membuat patung ketika remaja. Namanya mulai dikenal ketika Presiden Soeharto berkunjung ke rumahnya dan membeli semua karyanya pada 1981.
"Beliau jatuh cinta pada karya-karya saya," ujarnya.
Sejak itu, dia banyak mendapat kesempatan untuk melanglang buana ke luar negeri guna memamerkan karya sekaligus menunjukkan keterampilannya kepada para tokoh dunia. Tak hanya Soeharto, beberapa Presiden Indonesia lainnya pun sempat berkunjung ke museumnya. Mulai dari Habibie, Megawati, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.
Sementara, Nico Safavi menjelaskan, pihaknya terus mendukung para pengukir Bali yang telah memanfaatkan produk movilek untuk meningkatkan kualitas karya mereka. Salah-satunya melalui buku biografi mengenai cerita para seniman ukiran kayu Bali berjudul Balinese Woodcarving-A Heritage to Treasure yang akan diluncurkan pada 14-16 Juni 2019.
ADVERTISEMENT
Buku itu membahas beragam nilai budaya dan sejarah, serta dedikasi 35 seniman ukiran kayu Bali terpilih. Buku tersebut mengemban misi menawarkan pemahaman secara utuh mengenai nilai-nilai inspiratif di balik setiap ukiran kayu Bali yang dihasilkan. (kanalbali/RFH)