Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Konten Media Partner
Mengenang Wayan Beratha, Maestro Gamelan Bali Multitalenta
29 April 2019 16:24 WIB

ADVERTISEMENT
Perkembangan gamelan Bali modern tak bisa dilepaskan dari nama Wayan Beratha. Sosok komposer kelahiran tahun 1926, berasal dari Banjar Belaluan Denpasar ini adalah pembaharu gemelan kebyar.
ADVERTISEMENT
"Beliau adalah sosok yang multitalenta yang menjadikan karya-karya klasik, semisal Pegongan, Pelegongan, Semarpegulingan, Gender Wayang hingga Gambuh sebagai sumber inspirasinya," kata Komposer Wayan Gde Yudane dalam diskusi program Dialog New Music for Gamelan di Bentara Budaya Bali (BBB). Acara tersebut berlangsung Minggu (28/04).
Tapi kemudian Beratha kuasa mengolah kembali repertoar gending-gending Bali dan alam yang didengarnya menjadi kreasi yang sepenuhnya “khas Beratha”.
Tokoh ini berpulang pada Mei 2014 silam tapi karya-karyanya terbilang abadi. Ia sudah menciptakan sekitar 20 karya tari, gending, dan sendratari, antara lain Sendratari “ Jayaprana” , Tabuh “Gesuri” , Sendratari “ Ramayana”, Sendratari “ Maya Denawa” , Instrumentalia “Palgunawarsa”, yang mendapat penghargaan tertinggi dalam festival gong kebyar seluruh Bali, Tari “Panyembrana” dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil Beratha telah bersentuhan dengan gamelan Bali. Sang kakek, I Ketut Keneng (1841-1926) adalah seorang seniman karawitan dan pagambuhan yang sohor pada zamannya. Bakatnya terasah melalui binaan sang ayah, I Made Regong. Selain berguru pada ayahnya, Beratha juga menimba ilmu dari sejumlah tokoh seni, di antaranya Ida Bagus Boda dari Kaliungu tentang karawitan dan tari palegongan, mendalami tari klasik dan Gong Kebyar dari I Nyoman Kaler, serta mempelajari tari jauk dari I Made Grebeg.
Meski tidak mendapat pendidikan Barat, namun Beratha mampu melahirkan komposisi-komposisi musik yang bersifat lintas kultur, memadukan antara unsur-unsur musik Bali dengan berbagai unsur musik dari gamelan Jawa hingga musik Barat.
Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt, yang juga editor buku “I Wayan Beratha: Seniman Bali Kelas Dunia”, mengungkapkan sejumlah alasan mengapa sang komposer layak disebut sebagai seniman kelas dunia. Diantaranya, I Wayan Beratha bersama tim keseniannya telah sering mengikuti misi kesenian ke berbagai negara di dunia.
ADVERTISEMENT
Sepanjang tahun 1956 hingga 1999 mengunjungi lebih dari 35 negara, antara lain Paris, Perancis, di Istana Ratu Yuliana, Iran, India, Australia, Jerman Barat, Italia, dan Jepang, dll. Selain ke Tiongkok selama tiga bulan, kunjungan pentas ke Amerika berlangsung enam bulan yakni ketika mengisi acara di New York World's Fairs.
Murid-murid karawitan binaan Beratha banyak yang menjadi pengajar gamelan sohor di luar negeri, salah satunya Ketut Gede Asnawa di Amerika. Bahkan hingga kini karya-karya Beratha terus dimainkan di berbagai negara, misalnya tabuh “Bangun Anyar” dimainkan di Lawrence University, Winconsin, AS.
Acara dialog new music for gamelan dihadiri pula putri I Wayan Beratha, Prof. Dr. Ni Luh Sutjiati Beratha, M.A., juga budayawan Prof. Dr. I Wayan Ardika, MA. dan Prof. Dr. I Made Bandem, MA.
ADVERTISEMENT
Dialog kali ini dalam rangka menyongsong program Komponis Kini “A Tribute to I Wayan Beratha” yang direncanakan tahun 2019 secara berseri. Komponis Kini telah dimulai sedini tahun 2016 dengan tajuk “A Tribute to Lotring”, dikuratori oleh Wayan Gde Yudane, Dewa Alit dan Wayan Sudirana.
Program ini digagas untuk menciptakan atmosfer berkesenian seniman-seniman gamelan di Bali dan di tanah air, mengedepankan upaya-upaya penciptaan baru. Selain menampilkan pertunjukan musik, juga akan diperkaya dengan timbang pandang atau dialog bersama para komposer bersangkutan sebagai sebentuk pertanggungjawaban penciptaan.
Terlihat juga dalam karya-karya Wayan Beratha bahwa ia tidak menolak adanya pengaruh asing atau unsur-unsur di luar Bali. Kehebatan Beratha adalah ia tidak semata mengutip (meng-quote) atau sekadar melakukan transformasi melainkan mampu membuat augmentasi (pelebaran melodi) pada komposisi-komposisinya yang diciptakannya,” ujar Gde Yudane.
ADVERTISEMENT
Pendapat Gde Yudane tersebut disepakati pula oleh budayawan Prof. Made Bandem, bahwa Wayan Beratha tidak hanya “pinjam-meminjam” unsur musikalitas namun ia memiliki kemampuan untuk menciptakan kembali.
“Karya-karya Beratha yang paling menonjol adalah Gamelan Kebyar. Untuk bisa mengkaji karya-karya Beratha secara menyeluruh, kita harus mempelajarinya dari segi estetik serta menyandingkan antara teks dan pengalaman-pengalaman yang kontekstual,” ungkap Prof. Made Bandem.
Prof. Sutjiati juga mengakui bahwa sang ayah merupakan sosok yang disiplin dan pekerja keras. Sebagai seniman “alam” atau otodidak, Wayan Beratha senantiasa belajar dari pengalaman.
Tahun 1957 Beratha mendirikan Sekaa Gong Sad Merta di Banjar Belaluan. Ia melahirkan sejumlah karya monumental, antara lain koreografi tari Yudha Pati, Tari Kupu-Kupu, dan Tari Tani, serta menciptakan gamelan Semara Dana, yang menggabungkan Gamelan Semarpegulingan dengan Gamelan Gong Kebyar. Beratha juga turut berperan atas lahirnya sekolah seni tradisi modern seperti Sekolah Menengah Kerawitan Indonesia (SMKI) yang dulunya disebut KOKAR (konservatori karawitan), ASTI, hingga ISI.
ADVERTISEMENT
Atas pengabdiannya dalam bidang kesenian, khususnya gamelan Bali, Beratha mendapatkan gelar kehormatan Empu Seni Karawitan pertama dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar(2012), serta sejumlah penghargaan lain: Anugerah Seni Nasional dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI (1972), Piagam Kerti Budaya (1979), Dharma Kusuma dari Gubernur Bali (1981), dan Penghargaan Ciwa Nataraja dari ISI Denpasar (1992). (kanalbali/RLS)