Menjadi Relawan di Kancah Politik

Konten Media Partner
23 September 2018 15:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menjadi Relawan di Kancah Politik
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
I Gusti Agung Putri Astrid Kartika (kanalbali/IST)
DENPASAR, kanalbali.com - Diantara politisi Bali yang berkiprah di tingkat nasional, nama I Gusti Agung Putri Astrid Kartika kini banyak mendapat sorotan. Mungkin karena posisinya sebagai anggota DPR RI yang masih cukup baru. Bisa jadi juga karena gebrakannya yang rajin turun langsung ke masyarakat sesuai bidang tugasnya di Komisi VIII yang menangani masalah agama, sosial, kebencanaan dan pemberdayaan perempuan.
ADVERTISEMENT
Ia memang baru dilantik pada bulan Juni 2018 lalu sebagai Pengganti Antar Waktu (PAW) politisi PDI Perjuangan, Wayan Koster yang kini menjadi Gubernur Bali. Namun ternyata kiprahnya sudah cukup lama, bahkan jauh sebelum dia terjun ke dunia politik."Sejak masa mahasiswa, saya memang senang menjadi aktivis dan relawan di berbagai kegiatan sosial," ujarnya, Sabtu (22/9).
Tokoh kelahiran Malang, 15 Oktober 1967 ini menempuh pendidikan sarjana di Jurusan Sosiologi Fisip Universitas Airlangga, Surabaya. Disitu dia mengenal dunia pergerakan dengan menjadi aktivis pers kampus yang banyak melakukan advokasi pada kelompok buruh serta kelompok terpinggirkan lainnya di masa Orde Baru.
Menjadi Relawan di Kancah Politik (1)
zoom-in-whitePerbesar
BERSAMA Mahasiswa Universitas Warmadewa usai Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan (kanalbali/IST)
ADVERTISEMENT
Setelah meraih gelar sarjana di Fisip Unair 1991, putri dari I Gusti Ngurah Oka dari Puri Kapal Kaleran, Mengwi, Badung masuk ke dunia lembaga swadaya (LSM) melalui ELSAM (Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat) di Jakarta. Di tengah kesibukannya, ia masih sempat meraih gelar Master of Arts (MA) jurusan politik di Institute of Social Studies, The Hague, Netherlands (Belanda) 2005.
Menariknya, setelah era reformasi menjelang Pemilu 2008, ia bergabung dengan PDI Perjuangan karena sesuai dengan visinya membela “Wong Cilik”. Langkah ini sempat mengundang kontroversi di kalangan teman-temannya sesama aktivis karena ada yang menganggapnya sedang memanfaatkan momentum politik untuk ambisi mengejar jabatan.
Tapi bagi figur yang akrab disapa Gung Tri ini, jalan politik tetap merupakan jalur pengabdian yang sama dengan saat dia menjadi aktivis. "Saya ingin membuktikan bahwa kerelawanan tetap menjadi dasar utama aktivitas seorang politisi demi kepentingan orang banyak," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bedanya, melalui politik, aktivitas itu mendapat legitimasi kekuasaan serta dapat membuat perubahan dari dalam bahkan bisa punya dampak dalam jangka panjang. Sebab, semua kebijakan pada akhirnya harus dituangkan dalam peraturan yang tertulis dan formal.
Ia membuktikan keseriusannya dengan terus menerus terlibat dalam kegiatan partai meskipun pada Pemilu Legistatif 2008 tidak terpilih sebagai anggota DPR RI. Pada Kongres 2010 di Bali, Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan memberinya kesempatan menduduki jabatan Ketua Departemen Hukum dan HAM DPP PDIP.
Menjadi Relawan di Kancah Politik (2)
zoom-in-whitePerbesar
BERSAMA para atlet Bali yang akan berlaga dalam Asian Para Games 2018 saat acara Pawai Obor di Denpasar (kanalbali/IST)
Setelah gagal lagi pada Pemilu 2014, Gung Tri melanjutkan pengabdian dengan menjadi Wakil Sekretaris Pusat Analisa dan Pengendali Situasi - Situation Room, PDI Perjuangan. Ini adalah lembaga yang dibentuk DPP PDIP untuk memberikan data-data dan masukan mengenai situasi eksternal partai kepada Ketua Umum sehingga dapat merespon situasi tersebut secara tepat.
ADVERTISEMENT
Konsistensi itu ternyata berbuah manis karena akhirnya dia mendapat kesempatan pula untuk menduduki kursi DPR RI. "Namun selalu saya tekankan pada diri saya sendiri bahwa ini merupakan kesempatan untuk mengabdi bukan untuk menikmati," tegasnya.
Itu alasan mengapa begitu dilantik, dia langsung meninjau warga Bali yang masih terdampak oleh situasi di Gunung Agung dan juga kemudian oleh terjadinya gempa Lombok. Dia juga langsung menemui sejumlah tokoh dan lembaga di Bali untuk meminta masukan dan arahan sesuai bidang tugas Komisi VIII.
Dia merasa beruntung karena bidang tugasnya, sangat mirip dengan banyak aktivitas yang dilakukan semasa masih berkiprah di LSM. “Seperti melanjutkan pekerjaan saya sebelumnya yang banyak mengurus masalah sosial dan kebencanaan. Ini yang membuat saya selalu bekerja dengan gembira,” ujarnya yang pada 2014 dinyatakan sebagai salah-satu “Caleg Pilihan Majalah Tempo” ini. (kanalbali/ADV)
ADVERTISEMENT
Curriculum Vitae
Nama : I Gusti Agung Putri Astrid Kartika, MA
Tempat/Tgl Lahir : Malang, 15 Oktober 1967
Pendidikan:
S2 - Master of Arts, bidang Politics of Alternative Development, Institute of Social Studies, The Hague, The Netherlands, 2005
S1, jurusan sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya, 1991
Pengalaman
- Direktur Eksekutif Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), 2006-2009
- Koordinator program Penyelesaian Pelanggaran HAM Masa Lalu, ELSAM, 2000-2002
- Pelatih HAM di berbagai pelatihan HAM yang diselenggarakan oleh komnas HAM, Komnas Perempuan, Kejaksaan Agung, serikat buruh, serikat tani dan organisasi-organisasi kemasyarakatan di Aceh, Surabaya, Palembang, Dili-Timor Timur, Lombok, Bali.
ADVERTISEMENT
- Pendiri, dan Anggota Badan Penasehat Tim Relawan untuk Kemanusiaan, 1996-2006
- Pendiri dan Anggota Relawan Penggerak Jakarta Baru (RPJB) untuk kemenangan Jokowi-Ahok, 2012
- Ketua Departemen Hukum dan HAM DPP PDIP 2010-2012.
- Wakil Sekretaris Pusat Analisa dan Pengendali Situasi (Situation Room), DPP PDI Perjuangan
Kontak :
Telepon/WA : 085707173333, Email : [email protected] , Facebook : @agungputri , Twitter : @3agungputri , Instagram : 3AgungPutri
Alamat : Puri Kapal Kaleran, Mengwi, Badung (kanalbali/ADV)