Konten Media Partner

Mistisnya Tradisi Melukat di Pura Taman Beji Griya Gede Manuaba Punggul, Bali

15 April 2021 16:51 WIB
·
waktu baca 5 menit
clock
Diperbarui 12 Desember 2024 6:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Curahan air terjun menciptaan suasana yang berbeda dari pancoran pada umumnya yang ada di Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Curahan air terjun menciptaan suasana yang berbeda dari pancoran pada umumnya yang ada di Bali - IST
ADVERTISEMENT
BADUNG, kanalbali - Nuansa mistis begitu kental menyelimuti tempat Penglukatan (pembersihan diri) Pura Taman Beji Griya Gede Manuaba Punggul, Abiansemal, Badung, Bali.
ADVERTISEMENT
Tempat itu terkenal angker karena konon dihuni berbagai jenis makhluk halus. Namun hal itu justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang ingin mencoba suasana baru untuk melakukan pembersihan diri secara niskala (gaib).
Dan benar saja, menurut pengelola sekaligus pengempon Pura Taman Beji Griya Gede Manuaba Punggul, Ida Bagus Eka Giri Artha, para pamedek (umat yang datang untuk membersihkan dari-red) dapat meluapkan emosi ataupun keluh kesah mereka dengan cara berteriak sekencang-kencangnya di dasar air terjun.
"Disini terdapat dua air terjun yang memiliki fungsi berbeda, kalau air terjun di bawah, fungsinya sebagai pelebur mala, rasa iri dengki, dan amarah. Makanya, pengunjung yang datang ketika mandi di air terjun bawah disarankan berdiri di bawah guyuran air terjun dan membayangkan seseorang yang dia benci, lalu berteriak sekeras mungkin di sana. Setelah selesai mandi, pasti akan lebih tenang, rasa iri, amarah, dan benci rasanya hilang dan plong," ucapnya Kamis (15/04/21).
Sebelum melakukan pembersihan, semua yang melakukan melukat harus melakukan persembahyangan - IST
Sementara itu, untuk air terjun kedua berfungsi sebagai air terjun kebahagiaan. Saat pamedek mandi di bawah guyuran air terjun itu diharuskan untuk membayangkan semua hal - hal yang membahagiakan. Karena air terjun itu dipercaya bisa membuat bayangan itu jadi nyata.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu berbeda dengan tempat-tempat pengelukatan yang lain. Selain itu Pura Beji umumnya berada di tepian sungai, dan biasanya hanya memiliki sebuah mata air. Namun, berbeda dengan tempat ini justru memiliki sembilan mata air dan dua buah air terjun dengan ketinggian sekitar 15 meter.
Selain itu, terdapat sebuah goa di dasar tebing dengan air terjun yang deras. Suasananya begitu gelap, dan cukup mencekam. Di seputaran pura beji dihiasi patung-patung ular raksasa yang terlihat keren untuk berfoto.
Umat yang melakukan melukat harus melewati jalan yang penuh pepohonan - WIB
Lantaran letaknya di tengah tebing, dahulu cukup sulit dijangkau, dan angker. Apalagi, konon di kawasan ini banyak dihuni makhluk halus, mulai dari Tonya, Tuyul, dan Wong Samar.
ADVERTISEMENT
Pura Taman Beji Griya Gede Manuaba Punggul yang terletak di Jalan Pekandelan, Banjar Trinadi, Desa Punggul, Abiansemal, Badung itu dapat terbilang sangat mudah di akses, sekitar 30 menit dari kota Denpasar. Pura Taman Beji ini berada di areal persawahan warga, yang begitu asri.
"Tempat ini dikelola oleh Griya Gede Manuaba Punggul. Meski sudah ada sejak puluhan tahun lalu, namun Pura Beji dibuka untuk umum sekitar tiga tahun terakhir," ujar Bagus Eka Giri Artha
Suasana alam menambah kekhusuyukan dalam tradisi melukat - WIB
Kata dia, pura Taman Beji awalnya digunakan sebagai tempat petirtaan untuk prosesi Melasti maupun prosesi Dewa Yadnya serta Pitra Yadnya. Wilayah pura tersebut dijaga secara turun temurun oleh Griya Gede Manuaba Punggul.
Dahulu, tempat itu penuh dengan semak belukar. Untuk mencapai tempat petirtaan butuh tenaga ekstra karena ketika itu jalannya tidak semulus seperti sekarang. "Dahulu tebing tak terlihat, karena ditutupi semak belukar. Air terjun belum ada, dan tak terlihat karena jalur airnya ditutupi semak belukar, gundukan tanah, dan batang pohon. Jadi, airnya turun lewat palungan yang ada di Utara," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Tempat ini dulu terkenal angker, konon ini adalah rumah bagi para Tonya, Gamang, dan Rerencang Ida. Makanya jarang ada yang berani turun ke sini," ujarnya.
Pura Taman Beji Griya Gede Manuaba Punggul, terdiri dari sebuah Padmasari, Lingga Yoni, sebuah Piasan, dan Pelangkiran yang terpasang di bawah Pohon Beringin.
Sebagian tebing sungai dhiasi pahatan ulara raksasa - WIB
Disarankannya, bagi pamedek yang datang untuk Melukat diharapkan membawa dua buah Pajati dan beberapa canang. "Tidak ada pantangan khusus, siapapun boleh datang Malukat, asal mereka tidak cuntaka (dalam keadaan menstruasi). Sarananya bawa Pajati yang dihaturkan di Palinggih Ratu Niang dan Lingga Yoni," tandasnya.
Terdapat petugas yang memberikan arahan tahapan melukat, sehingga tak begitu sulit bagi mereka yang baru pertama kali datang berkunjung.
ADVERTISEMENT
Sebelum Malukat, pamedek diarahkan untuk bersembahyang di area Pelinggih yang berada di atas air terjun. Di tempat ini pamedek diharapkan matur piuning. Permohonan apa yang ingin dipanjatkan kepada beliau harus disampaikan ketika matur piuning. Setelah itu, pamedek kemudian Malukat di dalam Goa atau Hidden Canyon yang terdapat pancoran atau mata air.
Cara Melukatnya, air ditepuk tepuk sebanyak tiga kali di area ubun ubun, tiga kali di area otak kecil atau tengkuk, kemudian cuci muka tiga kali dan minum tuju kali. Malukat di bawah air terjun sambil berteriak sekencang kencangnya untuk mengeluarkan mala dalam diri.
Bila Melukat di tirta yang keluar dari Bedawang Nala yang berada di atas tangga menuju air terjun, tepuk ubun ubun 11 kali, tiga kali di area otak kecil, tiga kali berkumur, dan tujuh kali diminum. Selanjutnya, nunas tirta di lokasi depan Patung Ratu Niang. Kemudian menuju Patung Lingga, minum tiga kali air pancoran (pancuran) yang ada di bawah Lingga, kemudian menempelkan dahi sebanyak tiga kali di batu dibawah Lingga.
ADVERTISEMENT
Bagus Putra Mas, salah satu pengunjung mengatakan ini merupakan pengalaman pertamanya melukat di Pura Taman Beji ini. "Rasanya saya senang, apalagi tadi dapat berteriak mengeluarkan emosi sehingga setelah selesai saya merasa lebih rileks," ungkapnya. (Kanalbali/WIB)