Konten Media Partner

Musisi Blues dari Bali Luncurkan Single Berlatar Tragedi Pembantaian 65

9 April 2023 10:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Screenshot video - IST
zoom-in-whitePerbesar
Screenshot video - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Musisi blues Made Mawut meluncurkan single terbarunya bertajuk ‘Tabir Kelam’. Lagu ini terinspirasi dari tragedi pembantaian Partai Komunis Indonesia (PKI) di tahun 1965 yang banyak terjadi di Bali, khususnya di Pantai Masceti, Gianyar.
ADVERTISEMENT
Bersamaan dengan itu diluncurkan pula video klipnya di kanal youTube pada Jumat (7/4/2023) malam. “Lagu ini menjadi pengingat akan adanya tragedi itu agar generasi mendatang tidak ada lagi yang mengulanginya,” kata Mawut yang menjadi penekun genre roots blues itu.
Seperti juga digambarkan dalam video, inspirasinya berawal ketika ada penemuan kuburan di pantai yang tergerus oleh ombak. Alih-alih menampilkan tengkorak atau tulang belulang, dalam video ditampilkan sepasang sepatu yang mengambang di perairan.
“Kita menghindari narasi yang horor atau menakutkan. Disini kita mengajak melakukan perenungan,” ucapnya. “Bagi saya, tergerusnya kuburan itu seolah menunjukkan alam pun sudah tak mampu menyembunyikan masalah ini,” katanya saat peluncuran di Taman Baca Kesiman, Denpasar.
Sepasang sepatu itu kemudian dipungut oleh keluarga korban dan kemudian ditata rapi di rumahnya sebagai simbol kasih sayang dan penghormatan.
Screenshoot video- IST
Sepatu diambil sebagai simbol karena Mawut terinspirasi oleh film tentang kamp Auswitch pada masa NAZI di Jerman dimana sepatu yang berserakan menjadi penanda adanya holocaust atau pembunuhan massal pada kaum Yahudi.
ADVERTISEMENT
“Sepatu memancing pertanyaan, siapa pemiliknya, apa yang sudah dia lakukan dan mengapa dia bisa berada di lokasi ini,” katanya.
Mengenai kemungkinan single itu diminati pasar, Dadang Pranoto yang menjadi produser menyatakan, setiap lagu tentu akan memiliki daya hidupnya. Terkait lagu itu, dia tak melihatnya dari sisi bisnis.
“Aku merasa, kita perlu musisi dengan sense sosial yang tinggi dan musik bisa menjadi media yang populer untuk menjangkau banyak orang,” kata frontman Navicula dan Dialog Dini Hari itu. (kanalbali/RFH).