Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Ngelungah Massal, Ritual untuk Arwah Bayi yang Meninggal
13 April 2019 19:17 WIB
ADVERTISEMENT
Ratusan Umat Hindu dari seluruh Kabupaten di Bali melaksanakan upacara ngelungah masal, bertempat di Segara Mertasari Sanur, Sabtu (13/4).
ADVERTISEMENT
Upacara ini diselenggarakan oleh Pinandita Sanggraha Nusan (PSN) Kota Denpasar Selatan. Ketua Panitia, Jero Mangku Made Sudiartha mengatakan, upacara ini diikuti oleh keluarga yang mengalami keguguran, bayi meninggal sebelum berusia 42 hari atau telah melewati 42 hari, namun belum tanggal giginya.
“Setidaknya ada 350 keluarga yang mengikuti upacara ini”, jelasnya.
Adapun rangkaian prosesi Ngelungah ini, pertama yang disebut dengan ‘Ngulapin’ atau memanggil roh bayi yang akan diupacarai. Setelah itu acara dilanjutkan ke genah pengorong (menyiapkan tempat upacara dilaksanakan) untuk dilakukan pembersihan atma (roh) dengan sarana sesajen yang sudah disiapkan.
Tahap selanjutnya yakni di pralina, atau mengembalikan atma ketempat asalnya. Proses ini dipimpin oleh Sulinggih (orang suci), kemudian prosesi pembakaran menggunakan simbol sesajen sebagai jiwa dari bayi yang meninggal.
ADVERTISEMENT
Hasil pembakaran atau abu, dimasukan kedalam kelapa muda dan dihias sesuai dengan seni masing-masing. Terakhir merupakan proses pelarungan yakni abu dihanyutkan ke laut.
“Jika tidak dilakukan upacara ngelungah, atma bayi yang meninggal ini akan menjadi atma cuil (jiwa yang tak sempurna-red) dan dapat mengganggu keharmonisan dari orang tuanya”, Ujar Mangku Made.
Menurut Mangku Made, dari pengakuan orang yang melaksanakan upacara ngelungah, mereka sering kali merasa tidak tenang, kepikiran dengan bayinya, terbawa mimpi hingga sulit memiliki anak kembali.
Roh dari bayi yang sudah diupacarai, imbuhnya, akan bersemayam di rong tiga yang ada di Merajan (tempat suci) umat hindu. Dengan harapan roh tersebut dapat bereinkarnasi kembali dalam kehidupan ini.
Jero Ni Luh, wanita asal Tabanan, ikut mendampingi keponakannya yang sudah dua kali mengalami keguguran. Usia kandunganya masing-masing 2 bulan dan 3 bulan.
ADVERTISEMENT
“Kasihan dia, sampai saat ini masih kepikiran dengan janinnya. Agar tenang kami ikutkan upacara ngelungah ini”, tandasnya.
Made asal Kesiman Kertalangu mengungkapkan hal senada. Peristiwa keguguran ini, ceritanya, dialami oleh sang istri sejak 15 tahun silam akibat kecelakaan.
Sebelumnya, ia mengaku juga tidak tahu menahu kalau bayi yang meninggal akibat keguguran ini wajib untuk diupacarai. Selama itu pula, pria ini kerap merasa tidak tenang dan terkadang bermimpi didatangi bayi. Hingga akhirnya ia mendengar upacara ngelungah oleh PSN ini.
“Akhirnya saya ikut, saya merasa lega, atma anak saya bisa kembali dengan tenang. Semoga ia dapat berengkarnasi kembali”, ujarnya usai melarung abu ke laut. (kanalbali/LSU)