Panglingsir Puri Klungkung Tegaskan Tak Ada Penerus Raja Majapahit

Konten Media Partner
22 Januari 2020 13:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panglingsir Puri Klungkung Ida Dalem Semara Putra  - KR7
zoom-in-whitePerbesar
Panglingsir Puri Klungkung Ida Dalem Semara Putra - KR7
ADVERTISEMENT
Panglingsir Puri Klungkung Ida Dalem Semara Putra menyebut, puri-puri sejebag (seluruh) Bali sejak tahun 2011 lalu, sudah menolak dan tidak mengakui pihak-pihak yang mengaku sebagai keturunan raja di Majapahit.
ADVERTISEMENT
“Kami merupakan penerus dari keturunan Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan yang menjabat sebagai raja di Bali saat masih mendapat pengaruh dari Majapahit. Oleh sebab itu juga, kami diakui menjadi panglingisir yang dihormati oleh puri-puri sejebag Bali,” katanya saat didatangi ke kediamannya di Puri Agung Klungkung, Rabu (22/1).
Menurutnya, Majapahit sudah runtuh, dan tidak ada lagi keturunan langsung rajanya. Khususnya di Bali, kerajaan Gelgel yang berpusat di Klungkung, sudah berdiri sendiri dan lepas dari kekuasaan Majapahit sejak masa pemerintahan Dalem Waturenggong.
Menurut Dalem, kalau ada pihak yang mengaku keturunan Majahapit selama tidak menyinggung dan mengusik Puri tidak maka ambil pusing dengan klaim sepihaknya." Selama dia tidak membawa nama-nama kami untuk ikut dengan klaimnya dia sebagai raja, Puri juga tidak begitu peduli," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ida Dalem lalu menceritakan secara garis besar mengenai hubungan Bali dan Majapahit. Menurutnya, Bali secara umum diakui mendapat pengaruh Majapahit dari Jawa Timur, saat kekalahan Raja Bali Sri Bedahulu kalah atas ekspedisi Majapahit dibawah pimpinan Gajah Mada tahun 1343 masehi. Semenjak saat itu, diutuslah Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan sebagai raja pertama di Bali dan beristana di Samprangan, Gianyar mulai sekitar tahun 1352 masehi.
Saat itu tatanan kehidupan masyarakat di Bali, mulai mendapat pengaruh besar dari kerajaan Majapahit. Setelah Dalem Sri Aji Kresna wafat, tahta kerajaan di Samprangam diteruskan oleh putra sulungnya, Dalem Wayan yang bergelar Dalem Samprangan. Lalu karena berbagai masalah di Kerajaan, Dalem Samprangan digantikan oleh adik bungsunya, Dalem Ketut Ngulesir sekitar tahun 1383 masehi.
ADVERTISEMENT
Saat masa pemerintahan Dalem Ketut Ngulesir inilah, pusat kerajaan dipindah dari Samprangan, Gianyar, ke Sueca Linggarsapura yang sekarang berada di Desa Gelgel, Klungkung. Pengaruh Majapahit masih melekat di Kerajaan Gelgel, sampai digantinya Dalem Ketut Ngulesir oleh putranya Dalem Waturenggong. Pada masa inilah, Kerajaan Gelgel mencapai masa keemasannya. Pada masa ini pula, kerajaan Majapahit mulai runtuh dan kerajaan Gelgel di Bali lepas dari pengaruh Majapahit.
Kerajaan Gelgel baru berpindah ke Puri Semara Jaya, pasca pemberontakan Ki Maruti kepada Kerajaan Gelgel pada tahun 1710an. Saat itu Puri Semara Jaya dibangun lengkap dengan Pemedal Agung, Kertha Gosa dan Bale Kambang, dengan kotanya Semarapura (sampai saat ini). Raja yang memerintah Kerajaan Klungkung adalah Ida I Dewa Agung Jambe yang masih keturunan garis lurus dari trah Kerajaan Gelgel.
ADVERTISEMENT
Sampai pada tahun 1908, saat Kerajaan Klungkung dipimpin Ida I Dewa Agung Jambe terjadi perang puputan Klungkung. Dalam pertempuran habis-habisan dengan kolonial Belanda itu, raja Ida Dewa Agung Jambe gugur beserta seluruh putra mahkotanya. Saat itu semua anggota kerajaan Klungkung yang masih hidup diasingkan ke Lombok. Termasuk Tjokorda Gede Oka Geg, yang merupakan keponakan dari raja Ida Dewa Agung Jambe.
" Tjokorda Gede Oka Geg itu ayah saya, berturut-turut keturunan beliau menjadi panglingsir Puri Agung Klungkung. Lalu pada Bulan Oktober 2010, saya dilantik menjadi pemucuk puri Klungkung, sebagai penerus ke-21 dari Dalem Sri Aji Kresna Kepakisan," ungkap Ida Dalem Semara Putra. (kanalbali/KR7)