Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten Media Partner
Paus Raksasa Kembali Ditemukan Terdampar di Pantai Selatan Bali
9 April 2023 8:11 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Paus ini berjenis sperma dan ditemukan terdampar dan mati pada siang hari sekitar pukul 13:50 WITA,” kata Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Permana Yudiarso.
Ukurannya hampir sama dengan paus sperma yang mati pada Rabu (5/4) lalu di Pantai Yeh Malet, Kabupaten Karangasem, Bali, sekitar 18 meter. Bangkai paus akan dikubur di sekitar lokasi dengan menggunakan alat berat.
Untuk mengetahui penyebab kematian paus itu akan dilakukan nekropsi dan hasilnya menunggu dari laboratorium. Dugaan awal paus tersebut terdampar dan mati karena sakit seperti paus yang terdampar di Pantai Yeh Malet, Kabupaten Karangasem, Bali.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali Agus Budi Santosa menyatakan, kejadian Paus terdampar dimungkinkan karena perairan pulau Bali merupakan jalur migrasi tahunan mamalia laut besar termasuk paus sperma ini. Migrasi terjadi karena mayoritas ikan dan mamalia laut mengikuti upwheeling arus hangat yang kaya akan plankton.
ADVERTISEMENT
Dari hasil-hasil penelitian yang sudah ada terdapat beberapa penyebab terdamparnya mamalia laut seperti Paus dan lumba-lumba itu.
Diantaranya, kebisingan suara di laut yang mempengaruhi sonar Seperti misalnya yang terjadi di laut Bahamas pada tahun 2000. Selain itu, perubahan cuaca ekstrim dan perubahan kontur laut dan arus yang ekstrim dimana salah satu contohnya terjadi di Purbalingga pada tahun 2016 dimana 32 ekor paus terdampar dalam waktu yang berdekatan.
“Bisa juga karena bencana alam, paus memiliki naluri terhadap bencana alam, mereka akan mencari tempat berlindung yang menyebabkan tersesat,” jelasnya.
Untuk memastikan penyebab kejadian di Bali, menurutnya, masih diperlukan kajian lebih lanjut. (kanalbali/KAD/RFH)