Pawai Budaya Ramaikan Tradisi Tumpek Landep di Denpasar

Konten Media Partner
24 November 2019 9:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pameran industri logam dan mesin digelar Pemerintah Kota Denpasar hingga Senin (26/11) serangkaian perayaan Hari Tumpek Landep (perayaan peralatan dari besi dan logam-red). Acara di Museum Bali ini diawali dengan parade budaya pada Sabtu (23/11) malam di lapangan Puputan Badung.
ADVERTISEMENT
Uniknya, kesenian yang ditampilkan pada pawai budaya ini bukan kesenian Bali tetapi kesenian dari sejumlah paguyuban di Denpasar. Antara lain , Komunitas seperti Bolo Reog Sardulo Mbalelo, Ikawangi, Warga Pasundan, Perkumpulan warga Banyumas, keluarga Minang, paguyuban Ngeksigondo Yogyakarta, etnis China, etnis Manggarai dan lain-lain.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, Ni Nyoman Sri Utari bersama salah-satu perajin keris (kanalbali/KR14)
"Di event ini kami ingin melibatkan banyak orang dari berbagai etnis juga terlebih lagi sekarang ini momentumnya hari raya tumpek landep sebagai bagian dari kebudayaan Bali," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, Ni Nyoman Sri Utari.
Kumpulan komunitas budaya ini melakukan arak-arakan memutari kawasan Puputan Badung. Rute arak-araka dimulai dari Jl Mayor Wisnu-Jl Veteran- Jl Kaliasam dan kembali ke titik semula, masyarakat terlihat antisias mengikuti arak-arakan ini.
ADVERTISEMENT
Pada malam harinya, komunitas ini menampilkan seperti, Barongsai Anak, Paduan Suara, tarian Toto Songke, tari Lambangsari, Barong anak, tari Piring, tari Randal, Reog, tari Prawira Watang, Jaipong, Campursari, Ebeg Banyumas, Jaranan, Kebo-keboan.
Mengenai pameran Industri Logam, menurut Sri Utari ,adalah ruang kepada para pengrajin besi ataupun alat-alat lainya untuk memperkenalkan karya-karyanya."Para pemerhati warisan leluhur juga harus bisa kreatif dan memanfaatkan teknologi, agar bisa terus bersaing di pasar global ini," lugas Sri Utari.
Salah-satu kreasi keris yang dipamerkan (kanalbali/KR14)
Salah-satunya adalah budaya keris yang memiliki berbagai karakteristik dari berbagai daerah bertemu pada event ini. Beberapa daerah sebagai sentra kerajinan seperti Gianyar, Tabanan, Bangli, Buleleng, Karangasem turut memamerkan karya-karyanya.
Selain kerajinan logam, pada pameran ada pula stand yang menampilkan motor-motor custom sebagai salah satu peralatan penunjang kehidupan manusia."Pesertanya begitu banyak bahkan harus kami batasi karena ketersediaan stand tidak mencukupi" lanjut Sri Utari.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan gelaran yang ke sebelas sejak pertama kali diadakan sejak tahun 2008. "Setiap tahun pesertanya memang antusias" tambah Sri. (kanalbali/KR14)