Pemberitaan Media AS Diduga Bagian Kampanye Hitam Kompetitor

Konten Media Partner
20 November 2019 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Overload turis di Bali dianggap informasi yang tidka benar (ilustrasi)
zoom-in-whitePerbesar
Overload turis di Bali dianggap informasi yang tidka benar (ilustrasi)
ADVERTISEMENT
Adanya pemberitaan media AS bahwa Bali termasuk daerah yang tak layak dikunjungi direspon Kepala Dinas Pariwisata Bali, Putu Astawa. Ia menduga pemberitaan media wisata asal Amerika Serikat Fodor's Travel adalah black campaign.
ADVERTISEMENT
"Ini mungkin dugaan saya semacam black campaign atau kampanye hitam. Iya itu biasa dilakukan kompetitor, bisa saja minjem tangan-tangan orang lain untuk mengalihkan tamu itu ke negaranya. kan bisa saja," kata Astawa saat dihubungi, Rabu (20/11).
Astawa juga menerangkan, bahwa selama ini pihak Pemerintah Provinsi Bali sudah melakukan upaya-upaya untuk memperkuat pariwisata di Pulau Bali. Salah satunya adalah masalah sampah.
"Kalau masalah sampah, kan sudah ada Pergub (Peraturan Gubernur) 97 itu. Untuk infrastruktur perbaikan-perbaikan destinasi, menjaga alam, budaya dan manusia Bali melalui penguatan Perda (Peraturan Daerah). Justru banyak sekali yang sudah dilakukan untuk kualitas pariwisata Bali," ungkapnya.
Sementara untuk soal over touris yang juga menjadi sorotan di media itu. Pihaknya mengatakan, bahwa hal itu tidak tepat dan media tersebut tidak paham kondisi sebenarnya.
ADVERTISEMENT
"Kita justru masih dibawa target. Jadi pemberiataan itu barang kali yang tidak pas dan tidak dipahami dengan bagus. Kita kan memiliki kamar banyak sekali yang masih belum optimal target kita datang 6,5 juta (Wisatawan Mancanegara), baru tercapai sekitar 6,2 juta kemarin," ujarnya.
Astawa juga menerangkan, bahwa jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) setiap tahun ke Bali memang mengalami peningkatan. Untuk tahun 2018 itu ada sekitar 6,2 juta dan tahun 2019 sekitar 6,4 juta namun masih belum memenuhi target 6,5 juta.
"Kalau daya tampung, kita sekarang punya 146 ribu kamar untuk tahun sekarang itu sekitar 8 juta kan masih bisa. Kedepannya selalu antisipasi peningkatannya itu sampai puluhan juta sih tidak masalah semakin bnyak semakin bagus," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian soal kelangkaan air bersih, menurut Astawa bahwa Pula Bali masih memiliki banyak sekali sumber-sumber atau mata air bersih yang akan dikelola ke depannya.
"Apalagi Bapak Gubernur sudah memelihara sumber-sumber mata air dan sungai-sungai kita. Jadi tidak benar pemberitaan kelangkaan air bersih itu, kita sudah mengantisipasi kedepannya dengan cara-cara kita," ujarnya.
Terakhir, Astawa menyebut Bali masih dan terus memperbaiki kualitas destinasi, pelayanan dan berstandar. Selain itu, promosi ke luar negeri dijanjikan akan dilakukan lebih baik.
"Satu sisi di internal kita harus perbaiki kualitas destinasi dan pelayanan kita. harus berstandar dan disamping itu promosi kita keluar dengan cara-cara profesional," ujarnya.
Seperti diketahui, media wisata asal Amerika Serikat, Fodor's Travel, meluncurkan daftar destinasi untuk dikunjungi dan lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi pada 2020.
ADVERTISEMENT
Kemudian, dalam daftar destinasi yang lebih baik dipertimbangkan untuk tidak dikunjungi pada 2020 atau No List, Fodor's Travel mencantumkan Bali sebagai salah satu destinasi dalam daftar tersebut.
"Bali, pulau yang paling banyak dikunjungi di Indonesia telah menderita efek pariwisata massal dalam beberapa tahun terakhir, sampai pemerintah menarik pajak turis untuk membantu memerangi efek (pariwisata massal) terhadap lingkungan," dikutip dari situs Fodors.com.
Selain itu, Fodor's Travel menyebutkan, Bali pada 2017 dideklarasikan sebagai kawasan darurat sampah lantaran terlalu banyak sampah plastik di pantai dan perairan dan juga kelangkaan air bersih di Bali karena pembangunan vila dan lapangan golf yang berdampak pada petani lokal dan masih banyak lainnya. (kanalbali/KAD)