Perajin Capil di Klungkung Bertahan dalam Gempuran Modernisasi

Konten Media Partner
10 Januari 2019 8:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wayan Remi, salah-satu perajin di Klungkung yang masih bertahan (kanalbali/KR7)
zoom-in-whitePerbesar
Wayan Remi, salah-satu perajin di Klungkung yang masih bertahan (kanalbali/KR7)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Klungkung, kanalbali.com- Jaman boleh saja modern, namun nyatanya kian modern barang tradisionalpun juga malah kian diburu.
ADVERTISEMENT
Terbukti, kerajinan capil atau topi khas para petani yang terbuat dari janur hingga saat ini masih diminati. Tidak heran jika akhirnya sebagian besar warga di Dusun Pemenang, Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan berprofesi sebagai perajin capil.
Seperti yang dilakoni pasangan suami-istri, Nengah Suda dan Nyoman Remi. Menurut Remi, sudah lebih dari 25 tahun, ia dan suaminya berprofesi sebagai perajin capil. Dari hasil membuat capil ini lah ia bisa memenuhi kehidupan sehari-hari dan menyekolahkan ketiga anaknya hingga tamat SMA.
“Penghasilan saya dan suami dari membuat capil saja. Sebagian besar warga di sini membuat capil,” ungkapnya, Kamis 10 Januari 2019.
Orderan yang hingga saat ini masih lancar dari sejumlah kabupaten menjadi alasan ia dan suaminya hingga saat ini masih melakoni profesi ini. Seperti pengepul dari Kabupaten Gianyar dan Tabanan tercatat rutin memesan capil di tempatnya. “Setiap KK itu beda pengepulnya. Kalau yang mesan di saya itu biasanya dari Gianyar dan Tabanan,” katanya. Hanya saja jika modal menipis, dan harga bahan baku seperti janur melambung, ia kerap kesulitan memenuhi pesanan. Contoh saja seperti saat ini, harga janur yang biasanya berkisar Rp 8 ribu per ikat, kini menjadi Rp 10 ribu per ikat.
ADVERTISEMENT
Padahal untuk satu buah capil, ia membutuhkan satu ikat janur. Sehingga untuk sementara waktu ini ia memilih tidak membuat capil. “Biasa seperti itu, kalau ada banyak hari raya, pasti harga janurnya naik. Tapi kalau harganya naik terlalu lama, terpaksa saya beli janur dengan harga mahal karena cuma ini pekerjaan saya,” terang Remi. Lebih lanjut diungkapkannya, ia bisa menganyam sebanyak 10 buah capil per harinya. Untuk satu capil biasanya dihargai Rp 15 ribu – Rp 25 ribu tergantung kualitas capil yang dihasilkan. Capil terbuat dari janur lokal Bali biasanya akan dihargai cukup mahal lantaran kualitas capil yang dihasilkan sangat bagus.
Hanya saja karena harga janur Bali cukup mahal sekitar Rp 25 ribu per ikat bahkan jarang yang menjual janur Bali di pasaran, akhirnya ia menggunakan janur asal Jawa sebagai bahan baku. (kanalbali/KR7)
ADVERTISEMENT