Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten Media Partner
Mengenang 20 Tahun Reformasi, Aktivis Bali Gagas Forum Prodemokrasi
21 Mei 2018 12:04 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Aktivis Bali Made Ariel Suardana (ujung kiri), Agus Samijaya, Wayan Gendo Suardana dan Nonick Widyantara saat menyampiakan refleksi 20 Tahun Reformasi, Minggu, 20 Mei 2018 (kanalbali/RFH)
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com -- Kalangan aktivis di Bali melakukan peringatan 20 tahun reformasi 1998, Minggu, 20 Mei 1998 di Kubukopi, Denpasar. Dalam kesempatan itu, dideklarasikan forum prodemokrasi untuk menuntaskan sejumlah agenda perubahan yang belum selesai.
Acara diawali dengan diskusi dengan menghadirkan perwakilan dari aktivis 80-an, 90-an hingga tahun 2000-an.
"Melalui refleksi ini, kita ingin melihat kembali peran yang bisa dimainkan aktivis saat ini," kata Nyoman Mardika, Ketua Panitia.
Adapun Agus Samijaya yang mewakili aktivis tahun 80-an menilai, situasi sekarang jauh lebih cair karena tidak ada musuh bersama yang dihadapi. "Kalau dulu lawan kita adalah rezim yang otoritarian, sekarang kawan bisa berubah menjadi lawan," ujarnya.
Dalam situasi itu, menurutnya, aktivis harus lebih keras menjaga idealisme tetapi di sisi lain juga mampu berkolaborasi dengan pihak-pihak lain. Sementara, Wayan Gendo Suardana, menegaskan aktivisme tetap dibutuhkan untuk menjaga arah reformasi 1998.
ADVERTISEMENT
"Meskipun angkatan 1998 juga bukan angkatan yang istimewa karena sebenarnya hanya akumulasi dari benih aktivisme tahun-tahun sebelumnya," ujarnya.
Kenyataannya, kata dia, meskipun perubahan politik sudah terjadi dan kebebasan berpendapat lebih terbuka, saat ini masih terjadi kesenjangan sosial dan ekonomi. Situasi ini berimbas pada penegakan hukum yang seringkali diskriminatif.
Sementara itu, Wayan Nonik Widyantara, menyebut sebagai angkatan yang masih baru di dunia aktivis, dirinya merasa penanaman nilai aktivisme saat ini sulit dilakukan, karena kehidupan di kampus yang makin pragmatis. Di sisi lain, pewarisan nilai-nilai dari senior sebelumnya tidak terjadi karena kesibukan masing-masing yang sangat padat.
Terkait dengan hal itu, kehadiran forum prodemokrasi, menurut Nyoman Mardika, berusaha memberi jawaban untuk menghidupkan kolaborasi dan mengampanyekan nilai-nilai demokrasi.
ADVERTISEMENT
"Demokrasi tidak selesai dengan pembangunan sistim politik saja. Tetapi harus ada perjuangan untuk memunculkannya nilai dasarnya seperti keadilan dan penegakan hukum," katanya.
Demokrasi, tegas dia, juga jangan sampai memberi peluang pada pengembangan paham-paham antidemokrasi yang eksklusif dan radikal serta mendorong pemberantasan korupsi .
Selain diskusi, acara diisi dengan pameran foto-foto reformasi 1998 karya fotografer Joko Sugianto, penampilan paduan suara Universitas Warmadewa yang membawakan lagu-lagu perjuangan, serta penampilan akustik band Geeksmile dan The Bullhead. Ada juga penampilan Persma Band serta pembacaan puisi oleh penyair Hartanto, Muda Wijaya, dan Jengki Sunarta. (kanalbali/RFH)