Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Persiapan Kembali ke Habitatnya, Owa Siamang di Bali Diasuh Seperti Bayi
17 September 2021 7:53 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
DENPASAR- Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali menyerahkan pemeliharaan dua ekor Owa Siamang kepada LSM Bali Wildlife Rescue Center (BWRC) di Tabanan sebelum menjalani proses rehabilitasi di Kalaweit, Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
Satu siamang berusia 2 bulan dengan betina bernama mimi sempat viral karena dipelihara oleh Bupati Badung Nyoman Giri Prasta . Satu lagi adalah siamang jantan dengan nama momo yang lebih tua usianya dan belum jelas asal-usulnya.
"Mereka keduanya langsung dibawa kesini oleh pihak BKSDA untuk mendapatkan perawatan," kata Dokter Hewan di BWRC, Dyah Ayu Risdasari Tiyar Noviarini, Jumat, (17/9/2021).
Begitu tiba di BWRC, keduanya mendapatkan pemeriksaan dasar berupa pemeriksaan fisik dan feses. Hasil pemeriksaan dasar menunjukan keduanya berada dalam kondisi yang sehat.
Hanya saja kondisi gigi momo terlihat kurang sehat, giginya berwarna kecoklatan yang kemungkinan disebabkan oleh kesalahan pakan dan gigi taring seperti sengaja dikikis agar gigitannya tidak sakit.
Dokter Novi menuturkan, saat ini siamang mimi dirawat layaknya bayi pada umumnya yang mendapat pengasuhan 24 jam. Siamang ini masih harus mendapatkan susu setiap tiga jam sekali dan membiarkan mimi mendekap dipelukan manusia sebagai pengganti ibunya.
ADVERTISEMENT
"Umur segini siamang sangat bergantung pada induknya, ia akan mendekap terus dengan induknya, diajak bergelantungan dari pohon satu ke pohon lainnya. Karena sekarang tidak ada induk, kita biarkan dia mendekap di tubuh manusia," tuturnya.
Karena usianya yang masih bayi, mimi masih harus dipasangkan popok untuk menjaga kebersihan tubuh dan tempat tidurnya. Penggunaan popok ini akan dihentikan sekitar satu bulan kedepan.
Sementara itu, siamang momo sudah mulai mendapatkan sekolah lepas liar. Pada pagi hari momo akan diletakkan pada kandang yang besar dengan habitat seperti di hutan, hal ini untuk mengenalkannya pada lingkungan sebenarnya.
Pada siang hari momo dipindahkan ke kandang isolasi yang lengkap dengan fasilitas untuk belajar bergelantungan. "Semakin sering dia berlatih, semakin cepat dia bisa bergelantungan. Tapi pada dasarnya dia sudah mulai mandiri, minum susu dan makan buah itu sudah bisa sendiri," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Dalam proses perawatan, sesekali Dokter Novi juga memutarkan suara siamang yang bersumber dari handphone, tujuannya agar siamang mulai mengenali suaranya sendiri dan lebih cepat bisa bersuara.
"Sejauh ini yang momo masih berusaha mengenali suara itu, dia belum mengeluarkan suara sejak tiba disini. Kalau mimi kan masih bayi jadi memang belum bisa," jelasnya.
Dokter Novi menjelaskan, dalam proses relokasi mimi dan momo ke tempat rehabilitasi siamang di Sumatera Barat, diperlukan penanganan khusus terutama untuk mimi yang belum mandiri.
Ia sendiri menyarankan agar mimi direlokasi dengan transportasi darat, sehingga ada satu orang yang akan merawatnya dalam perjalanan.
Jika dengan pesawat, ia menyarankan agar dari proses awal hingga sampai di Sumatera Barat hanya membutuhkan waktu 4 jam. Sebab mimi harus mendapatkan asupan susu kembali setelah 4 jam tersebut. Berbeda halnya dengan momo yang sudah mandiri akan dapat direlokasi dengan pesawat dan didampingi pakan yang cukup.
ADVERTISEMENT
Sebelum direlokasi, sambungnya, mimi dan momo akan menjalani tes darah di Balai Karantina Pertanian Denpasar. Rencananya sampel dikirim pada minggu ini, dan minggu depan hasil sudah bisa diperoleh. Jika Balai Karantina telah mengeluarkan hasil dan sertifikat kesehatan, kedua siamang dapat langsung direlokasi.
"Kalau sudah direlokasi, harapannya mereka cepat mengenali dirinya sebagai siamang, dan bisa segera dirilis ke alam liar. Faktor keberhasilan perilisan ini juga dilihat dari kemandirian hidupnya, bisa mencari makan, dan bereproduksi," kata dia.
Menurut Dokter Novi, siamang memiliki keluarga kecil yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak. Siamang masih bergantung pada keluarga kecilnya hingga berusia 2 tahun, setelah itu ia akan belajar hidup mandiri. Pada usia 4 tahun, siamang baru mulai bereproduksi dan selama satu tahun hanya melahirkan satu anak.
ADVERTISEMENT
"Siamang ini bersifat monogami, atau satu pasangan saja dalam hidupnya," tambahnya.
Ia berpesan agar dalam menyayangi hewan liar tidak harus dengan cara memeliharanya. Namun membiarkan mereka hidup di alam, dan berada pada habitat aslinya akan lebih baik untuk keberlangsungan hidup para hewan liar. (kanalbali/Luh Sugiari)