Petitenget Festival Hadirkan Aura Mistis "Buto Ijo"

Konten Media Partner
13 September 2018 19:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petitenget Festival  Hadirkan Aura Mistis "Buto Ijo"
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BADUNG, kanalbali.com - Ada hal unik dan menarik dari Petitenget Festival yang akan berlangsung selama tiga hari dari tanggal 14-16 September 2018 di pantai Petitenget, Kerobokan, Badung. Lantaran festival yang baru pertama kali digelar Desa Adat Kerobokan ini mencoba membangkitkan kembali spirit raksasa mistis Butho Ijo.
ADVERTISEMENT
Sosok raksasa sakti ini dikenal dalam legenda sebagai pahlawan penjaga dan pelindung daerah Kerobokan sepeninggal Dang Hyang Niratha yang melanjutkan perjalanannya menuju Pura Uluwatu. Untuk itu sosok Butho Ijo ini menjadi ikon Petitenget Festival kali ini.
Hal itu diungkapka Ketua Panitia Petitenget Festival, AA Bayu Joni Saputra mengatakan nuansa mistis 'Butho Ijo' yang unik akan merasuk ke dalam setiap unsur penyelenggaraan festival, dan kisahnya yang menarik akan diceritakan dalam bentuk fragmentari Butho Ijo yang memukau oleh narasi seorang dalang. 
"Nuansa mistis festival ini dan "lahirnya kembali" sosok raksasa Butho Ijo juga semakin terasa dengan keberadaan patung Butho Ijo di areal Pantai Petitenget tempat festival berlangsung. Bahkan sosok Butho Ijo ini telah disupat (diupacarai) melalui berbagai rangkaian upakara atau ritual untuk "menyatu" dalam patung ini. Ada pula semacam pelinggih sanggar tawang di dekat patung Butho Ijo ini untuk masyarakat dan pemangku setempat menghaturkan persembahan," sebut Joni Saputra, Kamis (13/9/2018) di Kerobokan.
ADVERTISEMENT
Hal itu juga untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama Petitenget Festival. Misalnya mengantisipasi kerauhan masal pada 2 ribu penari Bali yang akan menampilkan Tari Tenun yang juga akan memecahkan rekor MURI. Apalagi suasana mistis juga kian terasa dengan adanya penampilan calonarang kolosal dan juga wayang wong.
Kekhawatiran publik akan adanya kerauhan massal ini tentu berkaca pada adanya kerauhan massal saat peluncuran Tari Rejang Sandat Ratu Segara pada Pembukan Tanah Lot Art and Food Festival II pada Sabtu (18/8/2018) di Tanah Lot, Tabanan.  Namun menurut Joni Saputra, kalaupun ada kerauhan pada penari, itu hal lumrah di Desa Adat Kerobokan.
ADVERTISEMENT
"Sebab kerauhan itu bukti pragina hadir. Asal kerauhannya tidak berlarut-larut," terang pria yang akrab disapa Gus Joni itu.
Namun berbagai upaya antisipasi tetap dilakukan. Baik melalui rangkaian ritual seperti matur piuning, nunas tirta, ngelarung ke Segara Kidul dengan sesajen persembahan kacang-kacangan dan bunga melati. Lalu menghaturkan lalaban (sesajen) untuk Butho Ijo. Termasuk juga melakukan pasupati pada patung Butho Ijo yang ada di Pantai Petitenget.
Panitia juga menyiapkan puluhan pemangku untuk menangani jika ada kerauhan massal. "Semua pemangku siaga dengan membawa tirta untuk mencegah kerauhan meluas. Balawista dengan jet ski juga siaga antisipasi kerauhan di laut," beber Gus Joni.
Selama bertahun-tahun, wilayah yang anker ini (Petitenget) diyakini menjadi kediaman 'Butho Ijo' secara perlahan-lahan telah berkembang menjadi sebuah destinasi wisata dunia yang dinamis namun tetap dijiwai dan dipenuhi roh yang meriah. 
ADVERTISEMENT
Saat ini, Petitenget menjadi tempat yang senantiasa bertumbuh dengan merangkul semua budaya. Namun tetap menjadi destinasi yang ‘gaul’ dan mencerminkan karakteristik raksasa yang ceria. 
Petitenget Festival (Kerobokan Arts & Spirit 2018) dengan ikon "Bhuto Ijo" ini mengangkat tema "Experience A Festival Centurie in The Making." Festival juga dimeriahkan dengan berbagai kegiatan yang melibatkan ribuan warga dan seniman dari 50 banjar di wilayah Kerobokan, pelaku UKM juga berbagai pelaku pariwisata.
Bahkan ada pentas kesenian yang melibatkan 2 ribu penari Bali yang akan menampilkan Tari Tenun yang indah dan elegan secara bersamaan untuk memecahkan rekor MURI. Serta ada pula 2.500 peserta yoga ketawa.
Lalu pementasan kesenian kontemporer melibatkan sejumlah musisi tanah air dan internasional melalui penampilan band dan DJ kelas dunia. Seperti The Hyndrant, Ray Peni, Gus Teja, Balawan, Dipha Barus dan lain-lain. Hingga kesenian tradisional bondres/komodi Celekontong Mas, calonarang kolosal hingga pementasan wayang wong yang kini dibangkitkan lalu setelah sempat mati suri selama 72.
ADVERTISEMENT
Ada juga penampilan Bajang Teruna Desa Adat Kerobokan, lomba memasak kuliner asli Bali yakni lawar, lomba memancing, hingga acara pelepasan tukik atau anak penyu. Dimeriahkan pula stand dan pameran kuliner serta berbagai produk UMK yang akan memanjakan lidah wisatawan dan pengunjung. (kanalbali/KR9)