Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
KARANGASEM - Hembusan angin menyusup masuk ke tiap sudut di Pura Besakih, Bali. Udara di lereng gunung Agung selalu menyegarkan meski saat malam datang, kesejukan itu berubah menjadi hawa dingin yang menusuk tulang.

Ini adalah kali kedua saya melaksanakan Nyepi di Pura terbesar dan menjadi pusat spiritual umat Hindu di Bali ini. Pandemi COVID-19 menjadi momentum bagi saya untuk tak harus pulang dan berkumpul bersama keluarga saat Nyepi di Pekalongan, Jawa Tengah.
Tahun ini pandemi COVID-19 masih mewabah, sehingga pelaksanaan rangkaian hari raya Nyepi tetap digelar terbatas seperti tahun lalu. "Kemarin rangkaian upacara seperti Melasti, Ida Bhatara Nyejer hingga Tawur Kesanga dilakukan secara sederhana dan terbatas oleh para prajuru (pengurus)," ungkapnya Jro Mangku Widhiarta, salah satu Pemangku di pura Besakih.
ADVERTISEMENT
Tak banyak memang, umat Hindu yang sengaja melaksanakan Nyepi di pura yang terletak tepat di lereng gunung Agung itu. Salah satunya adalah Wayan Sudarsana. Dia bersama istrinya, jauh-jauh dari Kediri, (Kabupaten Tabanan) ke pura besakih untuk melaksanakan Nyepi.
"Berturut-turut selama empat tahun saya selalu disini bersama istri, yah biar lebih khusuk melaksanakan Nyepi lah," ujarnya. Dibanding melaksanakan brata penyepian di rumah, ia merasa lebih tenang, terlebih dapat bersembahyang di pura pedarman leluhurnya.
(Kanalbali/WIB)