Photo Story : Merawat Tradisi Wayang Wong Tejakula

Konten Media Partner
18 Juni 2019 17:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wayang Wong Tejakula, salah-satu kesenian tua yang tampil di Pesta Kesenian Bali (Widnyana Sudibya)
zoom-in-whitePerbesar
Wayang Wong Tejakula, salah-satu kesenian tua yang tampil di Pesta Kesenian Bali (Widnyana Sudibya)
ADVERTISEMENT
Selasa pagi (18/7) belum tepat pukul 11.00 wita, Kalangan Angsoka Taman Budaya Denpasar telah dipenuhi penonton yang rindu akan kesenian klasik Wayang Wong khas Desa Tejakula.
ADVERTISEMENT
Usianya diperkirakan lebih dari tiga abad. Meski tahun terus berganti, namun Wayang Wong Tejakula tetap eksis. Pada tahun 2015, Wayang Wong Tejakula diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
Kali ini Wayang Wong Tejakula turut memeriahkan PKB ke-41 di Kalangan Angsoka Taman Budaya, Denpasar. Kelompok yang bernaung dalam Sekaa Wayang Wong Guna Murti mempersembahkan cerita yang bertajuk Gugurnya Patih Prahasta.
Ketut Widiasa selaku Ketua Sekaa Wayang Wong Guna Murti bahwa garapan ini memberi pesan akan penanaman sikap cinta tanah air. “Bagaimana perjuangan Prahasta sebagai patih Kerajaan Alengka dan akhirnya gugur patut menjadi tuntunan,” terang Widiasa yang turut memerankan tokoh Rahwana.
Hanoman dalam versi Wayang Wong Tejakula (Widnyana Sudibya)
Prahasta sendiri adalah paman dari Raja Alengka yakni Rahwana. Saat Rahwana menculik Dewi Sita, Prahasta telah wanti-wanti mengingatkan Rahwana namun tetap diabaikan sampai akhirnya terjadi peperangan. Ketika berperang, Prahasta tak memandang hubungannya dengan Rahwana, yang dipandang Prahasta adalah bagaimana ia dapat membela tanah airnya agar tak banyak korban berjatuhan.
ADVERTISEMENT
Sekaa ini melibatkan 40 orang dalam garapannya yang terdiri dari penari dan penabuh. Kesenian semi-sakral ini menyedot perhatian masyarakat dari berbagai kalangan. Salah satu seniman Wayang Wong yakni Made Suarjana (44) mengaku senang dapat melestarikan kesenian ini.
Adega peperangan dalam wayang wong Tejakula (Widnyana Sudibya)
“Saya memang senang dan punya hobi nari, saya ditarik sama ketua sekaa ikut dalam sekaa wayang wong terus saya disuruh nari menjadi Hanoman,” terang Suarjana.
Ketekunannya selama 20 tahun melestarikan kesenian Wayang Wong membuat dirinya dipercaya untuk menjadi model dalam branding PKB ke-41. Suarjana pun mengungkapkan bahwa ia dipercaya oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Bali untuk menjadi model dalam branding PKB.
foto : Widnyana Sudibya
“Waktu itu saya difotonya di Balai Desa Tejakula, ya saya senang dan bangga,” ungkap Suarjana sambil memasang senyuman.
ADVERTISEMENT
Penari termuda dalam Sekaa Guna Murti baru menginjak kelas tiga SMP. “Sulit-sulit gampang mencari penerus, tapi kami sudah upayakan sejak awal mengenalkan Wayang Wong lebih sering di desa-desa dan syukurnya ada yang tertarik,” tutur Widiasta. (kanalbali/IST)
iklan-01