PLTS Atap, Mimpi Indah Energi Terbarukan di Bali

Konten Media Partner
10 Oktober 2019 6:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLTS Atap, Mimpi Indah Energi Terbarukan di Bali
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali - Bayangkan bila listrik bisa kita panen sendiri langsung di rumah kita. Hotel, restoran, gedung pemerintah seluruhnya melakukan hal yang sama. Caranya, dengan memasang panel tenaga surya di atap bangunan yang setiap hari memproses cahaya matahari itu.
ADVERTISEMENT
Gagasan yang disebut PLTS Atap inilah yang diluncurkan Greenpeace bersama Community Based Renewable Energy (CORE) Universitas Udayana, Rabu (8/10). Mereka menyusun peta jalan untuk Bali yang dengan iklim tropisnya mempunyai potensi besar untuk menerapkan energi ramah lingkungan ini. “ 98% dari total potensi energi terbarukan yang terdapat di Bali adalah dari tenaga surya,” kata Ketua CORE, Ida Ayu Dwi Giri Antari.
Konsepnya disusun berawal dari simulasi dengan RETScreen dan Helioscope yang menunjukkan potensi energi matahari di pusat kabupaten atau kota di Bali. Angkanya berkisar antara 4,01 sampai 6,3 kWh/m/hari dengan rata-rata 4,89 kWh/m/hari.
“Karena Bali merupakan pulau yang relatif kecil perbedaan potensi energi matahari di 8 Kabupaten/kota tidak terlalu besar," jelasnya.
Penelitian dilakukan di wilayah Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan (Sarbagita). Dengan empat wilayah ini saja, potensi listrik yang dihasilkan dari PLTS Atap mencapai 148 mega watt peak (MWp).
ADVERTISEMENT
"Untuk daerah yang potensi itu kami jadikan potret yaitu di kawasan ITDC, bangunan pemerintah dan juga bangunan PLN seluruh Bali," kata Dosen di Fakultas Tehnik Unud ini.
Ia mengatakan ada 5 kelompok pemangku kepentingan PLTS di Bali yang dilibatkan. Pertama , pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten/kota Denpasar, Bandung, Gianyar dan Tabanan (SARBAGITA). Kedua, institusi pendidikan yang diwakili oleh perguruan tinggi. Ketiga penyediaan tenaga listrik yaitu PT PLN persero UID Bali.
"Yang tak kalah penting adalah Industri pariwisata, dalam hal ini ITDC Bali yang mengelola kawasan wisata Nusa Dua. Dan yang terakhir masyarakat desa adat Bali di wilayah Sarbagita," ujarnya.
Tata Mustasya, juru kampanye iklim dan energi Greenpeace Indonesia mengatakan, penting sekali untuk mengembangkan energi terbarukan di Indonesia khususnya provinsi Bali
ADVERTISEMENT
"Selain untuk memenuhi target bauran energi nasional pada posisi ABC yaitu 23% pada 2025 energi, energi surya juga merupakan solusi untuk melepaskan ketergantungan dari batubara penyebab krisis iklim menurunkan emisi gas rumah kaca," Ungkapnya.
Salah satu faktor penghambat perkembangan PLTS Atap adalah pengetahuan masyarakat tentang PLTS masih terbatas, investasi awal yang besar, kendala terkait pengoperasian, pemeliharaan layanan, purna jual dan regulasi.
"Perlu adanya kampanye yang lebih inovatif dan membumi, bahwa penggunaan energi surya atap ini mudah aman dan baik bagi masyarakat dan lingkungan," terangnya.
Hasil kajian itu diapresiasi Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral (Kadisnaker dan ESDM) Provinsi Bali Ida Bagus Ngurah Arda."Hasil daripada kajian ini itu bisa dijadikan dasar penyusunan kebijakan atau regulasi yang kebetulan saat ini kami sedang menyusun rancangan pergub Bali energi bersih, jadi kami sangat mendukung sekali acara ini," Tegas Arda. (kanalbali/KR13)
ADVERTISEMENT