Rabies Kembali Telan Korban Jiwa di Bali, Bocah Umur 4 Tahun Tewas

Konten Media Partner
10 November 2022 8:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi - anjing liar - IST
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi - anjing liar - IST
ADVERTISEMENT
BULELENG, kanalbali.com - Kasus anjing rabies kembali memakan korban. Kali ini seorang seorang bocah umur 4 tahun berinisial KYA, meninggal dunia setelah menjadi suspect rabies di Kecamatan Sawan, kabupaten Buleleng.
ADVERTISEMENT
Dirut RSUD Buleleng, dr Putu Arya Nugraha mengatakan bocah itu sempat dilarikan ke RSUD Buleleng untuk mendapatkan penanganan medis, namun akhirnya nyawanya tidak tertolong dan meninggal beberapa jam kemudian.
"Jadi saat dilarikan ke IGD, pasien sudah mengalami gejala yang khas suspect rabies. Pasien sempat digigit anjing peliharaan sekitar tiga bulan yang lalu, dan anjingnya sudah dieliminasi. Saat digigit, pasien tidak diantar ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan VAR (vaksin antirabies)," terangnya Kamis (10/11).
Diungkapkan bocah itu digigit oleh anjing peliharaan keluarganya tiga bulan yang lalu. Ia digigit di lengan bawah sebelah kanan. Namun saat itu tidak dilarikan ke puskesmas untuk diberikan VAR.
Sementara gejalanya baru mulai nampak beberapa hari belakangan. KYA sempat dilarikan oleh keluarganya ke IGD RSUD Buleleng, Senin 7 November 2022 sore.
ADVERTISEMENT
Saat itu kondisinya sudah memprihatinkan. Ia mengalami gelisah, banyak mengeluarkan liur, serta tidak bisa minum.
Setelah beberapa jam mendapatkan penanganan di ruang isolasi, KYA dinyatakan meninggal. Atas peristiwa itu RSUD Buleleng pun melakukan tracing kepada keluarga yang kontak erat dengan almarhum, untuk kemudian diberikan suntikan VAR.
"Sudah kami lakukan pengecekan ke keluarga, ke orang tua dan saudara lainnya," tambahnya.
dr Arya menyebut KYA menjadi korban ke sembilan yang tewas akibat gigitan anjing, yang diterima oleh RSUD Buleleng selama 2022. Bila dibandingkan dengan 2021 lalu, korban meninggal dunia lebih sedikit, hanya satu atau dua orang.
Ia menekankan kesadaran masyarakat amat penting dalam penanganan virus rabies. Penanganan di hulu atau di masyarakat perlu diperhatikan. Pengetahuan masyarakat terkait cara penanganan gigitan anjing juga masih minim, sehingga korban yang tewas akibat gigitan anjing sebagian besar terjadi karena tidak dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan VAR.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi masih banyak anjing yang dipelihara masyarakat dengan cara dilepas liarkan.
"Anjing yang diliarkan berpotensi terjangkit rabies, ini juga menimbulkan gigitan lebih banyak. Ada kasus gigitan juga, tapi tidak dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan VAR. Padahal kalau dikasih VAR kemungkinan untuk selamat bisa 100 persen. Stok VAR di RSUD masih cukup, kurang lebih 40 botol," tegasnya. (Kanalbali/WIB)