news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Riuh Rendah 'Rave Denpasar' Guncang Anak Muda Bali

Konten Media Partner
11 Januari 2020 17:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ajang 'pemberontakan kreator alternatif di Bali 'Rave Denpasar' akhirnya jadi digelar dari , Jumat (10/1) malam hingga Sabtu (11/1) pagi. Kehadiran even yang tak biasa ini ternyata diintais ratusan anak muda dari berbagai kota.
ADVERTISEMENT
Gedung kosong yang dinamai Lala Land Creative Studio di kawasan Pantai Seseh perbatasan kabupaten Badung-Tabanan dirubah menjadi venue festival. Gemerlap riuhnya festival subkultur itu begitu terlihat sejak dimulai pada pukul 17:30 WITA.
Pertunjukan pembuka, Band Noise Punk Hardcore Morbit Education langsung menghajar pengunjung dengan sajian noise punk yang begitu keras ditelinga. Sederet penampil benar-ebanr menghancurkan suasana. Antara lain, Gabber Modus Operandi featuring YLVA, Raja Kirik, Krowbar, Jaga Jaga featuring Wayan Subandi, Rollfast, Advark, dan Cocainslim yang mengisi halaman penampil live dan DJ set.
Ada pula Morgue Vanguard, Wok the Rock, Marlowe Bandem, dan Rudolf Dethu yang digaet sebagai pembicara dalam sesi diskusi. Sepanjang acara berisi musik keras nan mengganggu telinga. Berbeda dari selera komersil yang selama ini diperdengarkan dalam berbagai platform.
Ravepasar, kata penggagasnya Ican, menggabungkan istilah Rave, klubbing underground di dunia yang menggunakan tempat-tempat yang tidak digunakan, dan pasar. Namu di acara ini ada diskusi terbuka, workshop dan lokakarya yang dimeriahkan pula oleh sajian seni pertunjukan, konser live, dan DJ set.
ADVERTISEMENT
Bayu Kresna, salah satu organizer Ravepasar mengatakan festival digelar berbasis swadaya yang dikerjakan secara kolaboratif oleh sederet kolektif lintas bidang; mulai dari musik, seni, fesyen, hingga literasi di Pulau Dewata.
"Saat ini khan didominasi pelaku seni yang lebih bersifat komersil. Sedangkan di luar itu banyak juga pelaku-pelaku seni alternatif," ucap Bayu. 
Ravepasar dilatarbelakangi semakin sempitnya ruang bagi seniman dan pelaku kreatif lokal untuk mempresentasikan karya alternatif mereka. "Namun ketika menciptakan hal baru itu belum tentu mendapatkan wadah yang menerima," katanya."Daripada kami mengemis meminta space, ya sudah kami bikin sendiri, organize sendiri di Ravepasar," katanya. (kanalbali/KR14)