Rumah Berdaya, Kehidupan Baru untuk ODGJ di Denpasar

Konten Media Partner
24 April 2019 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah-satu anggota Rumah berdaya saat menerima Menteri Kesehatan, Rabu (23/4) - kanalbali/LSU
zoom-in-whitePerbesar
Salah-satu anggota Rumah berdaya saat menerima Menteri Kesehatan, Rabu (23/4) - kanalbali/LSU
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Berawal dari bantuan yang diberikan oleh lembaga Search for Commmon Ground, Budi Agung Kuswara (Kabul), seorang seniman sekaligus aktivis bekerjasama dengan Dr. I Gusti Rai Putra Wiguna SpKJ membuat program yang bernama Mabesikan.
ADVERTISEMENT
“Berlanjut kami menggelar Skizofriends Art Movement yang merupakan kegiatan seni untuk kesehatan mental bagi para Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)”, tuturnya di Rumah Berdaya Denpasar, Rabu (24/4).
Ia dan Dr Rai lalu bertemu dengan Komang Dayu dari Dinas Kesehatan Kota Denpasar, hingga akhirnya mereka mengadvokasi bangunan pemerintah yang tidak terpakai, agar bisa melaksanakan berbagai kegiatan social setiap harinya.
“Hasil dari advokasi dan pemanfaatan bangunan tersebut, saat ini bernama Rumah Berdaya”, jelas Kabul
Rumah berdya merupakan tempat rehabilitasi psikososial Orang Dengan Skizofrenia (ODS) atau ODGJ di bawah naungan Dinas Sosial Pemerintah Kota Denpasar. Yang bekerjasama dengan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Simpul Bali dan Organisasi Seni Ketemu Projek.
ADVERTISEMENT
Dr Rai menambahkan, kegiatan Rumah Berdaya berfokus pada pengembangan kognitif dan berkarya bagi pengidap ODGJ. “Pelatihan yang kami berikan menyesuaikan dengan kemampuan Skrizofriens, diantaranya ada yang membuat dupa, tas dan sablon”, ungkapnya.
Tujuan utama berdirinya Rumah Berdaya, tutur Dr Rai adalah untuk menumbuhkan empati yang konstruktif pada masyarakat. “Orang-orang tidak mengasihani, namun justru mengapresiasi kergaman yang ada”, jelasnya.
Lebih lanjut, perlunya ada komitmen bersama untuk mengihilangkan stigma tentang ODS yang terbentuk dalam pemikiran masyarakat yang kerap memberikan komentar tanpa intropeksi diri aja dulu.
Salah satu pengidap gangguan jiwa berat, Ida Kadek Saka Rosanta sejak tahun 2015 yang lalu menuturkan sudah mengidap gangguan ini.
Bahkan setahun yang lalu dirinya mengurung diri di kamar, hingga mencoba bunuh diri sampai empat kali. “Menegak racun sekali, gantung diri sudah 3 kali”, ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Awalnya Kadek mengatakan tidak berani bertemu dengan perempuan lain, selain istrinya sendiri. Namun setelah menjadi proses penyembuhan di Rumah Berdaya Denpasar, saat ini Raka sudah mampu mengasilkan 5 buku karya tulisanya. “Buku pertama berjudul The Soul yang berceritakan pada pola asuh yang diberikan orang tuanya saat ia kecil”, ungkapnya
Kadek menuturkan, dalam tekanan penyakitnya, istrinya memberi dua pilihan. Pertama, tetap bekerja dibidang pariwisata atau pilihan kedua larut dalam dunianya sendiri.
Dari tekanan-tekanan itu, Kadek memutuskan untuk menulis. “Menulis bagi saya adalah cara yang ampuh menyembuhkan diri, ini layaknya terapi yang paling ampuh, saya merasa sudah sembuh 99 persen”, tuturnya. (kanalbali/LUS)