Sate Susu Sapi, Takjil Khas Kampung Jawa, Denpasar, yang Tak Lekang oleh Waktu

Konten Media Partner
17 April 2021 15:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sate Susu Sapi, Takjil Khas Kampung Jawa, Denpasar, yang Tak Lekang oleh Waktu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
DENPASAR - Jari jemari Asminasih (38) dengan sabar memilah dan menghitung satu demi satu olahan sate susu sapi di Pasar Ramadhan samping Masjid Baiturrahman Jl. Wanasari, Desa Dauh Puri Kaja, Denpasar.
ADVERTISEMENT
Menut itu terhitung kuliner yang paling banyak dicari. "Mayoritas orang yang berburu takjil disini pasti membeli sate susu ini karenamemang pas sebagai menu buka puasa," kata Asminasih saat ditemui, Sabtu (17/4/2021).
Menurut Asminasih, awalnya banyak yang mengira sate susu sapi terbuat dari susu sapi segar. Padahal, terbuat dari daging area puting susu atau payudara sapi dan memiliki tekstur daging sate yang kenyal dengan aromanya yang cukup khas mirip seperti keju.
Penjual sate susu sapi di Pasar Ramadhan samping Masjid Baiturrahman Jl. Wanasari, Desa Dauh Puri Kaja, Denpasar - ACH
Awalnya, menu ini hanya menjadi makanan khas warga Kampung Jawa untuk berbuka puasa. Tapi akhirnya pada awal tahun 2000-an, sejak Pasar Ramadhan mulai digelar, sate susu sapi mulai diperjualbelikan.
"Hasilnya, hampir setiap tahun, makanan ini selalu dicari. Kecuali tahun lalu ya, karena pandemi dan Pasar Ramadhan sempat ditiadakan," kata dia.
ADVERTISEMENT
Dibandrol dengan harga Rp 2.500 hingga Rp 3.000 per satu tusuk, ia mangaku bisa meraup untung sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 750 ribu per satu kali jualan. Pasalnya, sekitar 250 tusuk sate yang ia sediakan semuanya hampir habis terjual.
"Kalau dibandingkan dengan sebelum pandemi itu, menyediakan 500 tusuk habis terjual. Sekarang menyediakan 250 itu kadang masih sisa, tapi itu lumayan apalagi ditengah pandemi seperti ini kan masih susah," tuturnya.
Panjual Sate susu sapi di Kampung Jawa saat Ramadan tak hanya dilakukan oleh Asminasih. Warga lain yang juga berjualan adalah Siti Maimunah.
"Saya berjualan sudah 7 tahun, awalnya bibi saya yang jualan, saat saya udah dewasa iya ikut jualan sate susu ini. Kalau Ramadan memang banyak pembelinya," kata perempuan berusia 35 tahun itu.
ADVERTISEMENT
Meski seiring perkembangan waktu, ada banyak makanan lain yang tersedia di pasar ramadan, keberadaan sate susu khas Kampung Jawa itu masih banyak peminatnya dan selalu ramai yang membelinya.
"Sate susu masih banyak diminati, masih banyak penggemarnya setiap tahun itu pasti. Walaupun banyak jajanan baru, tapi sate susu malah yang lebih laris disini," kata Siti.
Ditengah banyaknya makanan lain yang tersedia, Siti mengaku masih bisa meraup untung hingga Rp 500 ribu per satu kali jualan. (Kanalbali/ACH)