Selain Cuaca Ekstrem, Walhi Sebut Banjir di Bali Akibat Alih Fungsi Lahan

Konten Media Partner
7 Desember 2021 10:13 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Banjir di kawasan Legian, Kuta, Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Banjir di kawasan Legian, Kuta, Bali - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR - Banjir menggenangi sejumlah wilayah di Bali pada Senin (06/22/2021). Selain curah hujan ekstrem, LSM Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Bali menduga masalah minimnya Ruang Terbuka Hijau sebagai penyebabnya.
ADVERTISEMENT
"Secara umum, Ruang Terbuka Hijau di Bali kurang dari 30 persen, sehingga itu mempengaruhi kualitas lingkungan hidup di Bali," kata Direktur Walhi I Made Juli Untung Pratama, Selasa (7/12/2021).
"Alasan cuaca ekstrem tidak dapat dijadikan satu-satunya dalil terjadinya banjir, melainkan tata kelola lingkungan hidup yang buruk dan masifnya alih fungsi lahan menjadi penyebab utama terjadinya banjir yang tiap tahun intensitasnnya semakin tinggi," katanya. Hal itu karena RTH berfungsi sebagai daerah resapan air.
Direktur Walhi I Made Juli Untung Pratama - IST
Khusus Kota Denpasar dia menekankan ibu kota provinsi ini sudah kehilangan Subak Kreneng dan Subak Renon. Padahal, subak memiliki fungsi pemeliharaan saluran air.
Terkait dengan itu, pihaknya mengkhawatirkan rencana pemerintah membangun Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi. Sebab, jalan itu pasti akan menggunakan lahan pertanian produktif dan kawasan hutan sehingga mengurangi serapan air.
ADVERTISEMENT
Menurut WALHI , terjadinya banjir ini bukan semata mata karena cuaca ekstrem saja, melainkan kegagalan Pemprov Bali dan Kabupaten/Kota di Bali dalam melakukan tata kelola lingkungan hidup. "Ini seharusnya yang menjadi bahan evaluasi," katanya. (kanalBali/ROB)