Konten Media Partner

Semringah Desa Arak Bali, Kredit Usaha Rakyat pun Kini Bisa Mengucur

29 Januari 2023 12:53 WIB
ยท
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 I Made Merta, salah-satu petani arak di Karangasem, Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
I Made Merta, salah-satu petani arak di Karangasem, Bali - IST

Para petani mengakses kredit secara konvensional dan belum menggunakan fasilitas kredit secara online.

ADVERTISEMENT
KARANGASEM, kanalbali.com - Pohon kelapa tumbuh tinggi di kebun milik warga Banjar Dinas Gegelang, Desa Gegelang, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, Bali.
ADVERTISEMENT
Suasana sejuk dan asri menjadi hal yang pertama kali dapat dirasakan ketika mengunjungi Desa Wisata ini. Saat melintasi jalan berliku itu, tak jarang akan melihat warga lokal berlalu lalang memikul jerigen yang penuh dengan nira kelapa.
Aromanya persis seperti tape yang baru matang. Setiap pagi dan sore hari masyarakat dengan mata pencaharian sebagai petani arak akan memanjat puluhan pohon kelapa yang belum berbuah atau yang masih berupa kuncup bunga dalam tandan.
Mereka akan mengiris sedikit pucuknya untuk mendapatkan nira kelapa atau disebut tuak. Setiap minggu tuak akan dipanen dan dibawa ke rumah produksi. Disana tuak diolah menjadi arak melalui proses destilasi (penyulingan).
Aktivitas ini diperkirakan sudah berlangsung sejak tahun 1975. Ada lebih dari 500 orang masyarakat Desa Gegelang yang menggantungkan hidupnya pada industri arak.
ADVERTISEMENT
Mereka rata-rata berusia diatas 35 tahun dan sudah berkeluarga. Para petani tak pernah mengikuti kursus untuk membuat arak, ilmu itu diwariskan secara turun temurun.
Layaknya usaha keluarga yang selalu memiliki generasi penerus. Salah satu petani arak generasi ketiga, I Made Merta (47). Ia memproduksi arak satu minggu sekali.
Prosesnya dilakukan dengan menuangkan 80 liter bahan baku tuak yang akan menghasilkan 30 botol arak berkapasitas 600 ml. Setiap 1 botol arak dijual dengan harga Rp15 ribu.
Jadi, rata-rata dalam satu bulan ia mampu mengumpulkan uang mencapai Rp1,8 juta. Pendapatan ini digunakan Made untuk biaya sekolah anak bungsunya, uang dapur, dan membayar iuran di Desa Adat.
Saat memutuskan untuk membuat arak yang berkualitas, Made mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) agar tempat dan alat produksinya dapat memenuhi standar. S
ADVERTISEMENT
Seperti membuat dapur yang bersih, membeli alat penyulingan berbahan stainles, dan menyediakan wadah penyimpanan sesuai standar pembuatan minuman beralkohol.
"Minuman dengan alkohol tinggi akan memakan semua alat yang dia pakai, kalau pakai plastik, maka akan menyerap plastik itu sendiri. Kalau terlalu lama di plastik tidak bagus, paling tidak harus menggunakan stainless," tuturnya.
KUR itu diajukan kepada bank BRI sekitar bulan Desember 2020 senilai Rp30 juta. Ini merupakan KUR yang kedua, sebelumnya Made pernah mencari KUR di bank yang sama senilai Rp15 juta.
Dengan adanya pinjaman modal usaha, ia merasa sangat terbantu, terutama untuk biaya produksi membuat arak secara tradisional. Selain itu, dana KUR digunakan juga untuk mendirikan bangunan berukuran 4x4 meter sebagai tempat memproduksi arak.
ADVERTISEMENT
"Proses pengajuan KUR, Survey dari pihak BRI, hingga pencairan hanya memakan waktu seminggu," tuturnya.
Dalam proses pengajuan KUR, ia langsung mendatangi bank BRI yang berada sekitar 3,4 km dari rumahnya. Dibandingkan harus menggunakan sistem pengajuan KUR secara online, Made lebih senang mengajukan pinjaman secara konvensional.
Alasannya sederhana, dengan datang langsung ke bank, Made bisa leluasa bertanya terkait cara dan persyaratan mengajukan KUR. Terlebih lagi jarak dari tempat tinggal menuju ke bank cukup dekat. Walaupun melewati jalan terjal, dan mengeluarkan biaya transportasi bukan masalah besar untuknya.
Meski di Bali ada layanan pengajuan KUR secara online, tapi dengan usia yang hampir menginjak setengah abad itu, ia enggan untuk mencoba mengakses layanan menggunakan gawai. Terlebih karena desanya berada dekat dengan pegunungan, kerap kali ia mengalami gangguan jaringan.
ADVERTISEMENT
"Aduh tidak mengerti dengan online gitu, saya juga belum pernah dengar atau dapat sosialisasi. Kalau harus online saya pikir tidak bisa melakukannya, karena pakai HP cukup untuk telpon saja," tuturnya.
I Wayan Jarta, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali - IST
I Wayan Jarta, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mengatakan peluang petani arak untuk mendapatkan akses permodalan dari perbankan sangat terbuka dengan adanya arak Pergub Nomor 1 tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi Dan/atau Destilasi Khas Bali.
"Sekali lagi jangan melihat arak sebagai minuman yang dilarang, asal prosesnya benar. Memang tidak boleh ada perusahaan baru untuk pabriknya, tapi yang didanai ini kan pengrajin dibawah yang memproduksi bahan baku untuk pabrik. Jadi bukan usaha yang ilegal," jelasnya.

Akses Permodalan bagi Usaha Kecil

Terkait akses permodalan kepada UMKM di Pulau Dewata, sebenarnya Pemerintah Provinsi Bali bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 8 Bali dan Nusa Tenggara telah menghadirkan Kurbali.com sejak 2019.
ADVERTISEMENT
Pada situs di www.kurbali.com, calon nasabah tidak perlu datang datang ke Bank untuk mengajukan KUR. Tapi cukup dengan mengisi formulir pengajuan melalui situs.
Adapun beberapa hal yang perlu dilengkapi, mulai dari Identitas calon nasabah, alamat usaha, hingga jumlah pengajuan. Dalam situs ini, mereka bisa memilih 16 bank penyalur KUR di Bali. Seperti Permata Bank, BNI, BRI, Mandiri, BPD Bali, BCA, dan lainnya.
"Dengan adanya layanan Kurbali.com, masyarakat Bali bisa mengakses KUR secara mudah dan cepat, dimanapun berada," kata Kepala Bagian Kemitraan dan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara, Putu Arya Wirasetyanta, Rabu, (11/1/2023).
Sejak diluncurkan pada 21 Agustus 2019 hingga 5 Januari 2023, masyarakat Bali yang telah mengajukan pinjaman melalui Kurbali.com sebanyak 3.234 pengajuan dengan nominal Rp203,13 miliar.
ADVERTISEMENT
Dari pengajuan itu, jumlah yang telah disetujui sebanyak 340 debitur dengan nominal sebesar Rp15,62 miliar. Adapun pengajuan yang terpaksa ditolak karena tidak memenuhi persyaratan dari pihak bank.
Layanan digital ini mampu menjangkau masyarakat non bankable agar mendapatkan akses kredit. Begitu masyarakat mengakses layanan, mereka akan menemukan informasi terkait pengajuan KUR, mulai dari syarat, simulasi kredit, pengajuan, cek status pengajuan KUR, hingga pengaduan.
Fitur yang ditawarkan juga beragam, bahkan calon debitur cukup mengisi data pribadi, usaha yang dijalankan, dan bank yang dipilih. Setelah pengajuan diterima, pihak bank akan segera merespon.
Calon nasabah akan diminta untuk melengkapi dokumen, melakukan analisis, dan proses yang prudent sesuai ketentuan sebagaimana kredit umumnya. Jika lolos verifikasi, pihak bank akan memanggil calon nasabah, kemudian melakukan survei ke lapangan.
ADVERTISEMENT
I Gusti Ayu Citrawati, Kepala Divisi Kredit Bank BPD Bali menyebutkan bahwa berdasarkan data pengajuan KUR tahun 2019-2022, yang mengajukan KUR dengan datang langsung ke bank sebanyak 28.145 nasabah, dan secara online melalui layanan kurbali.com pada periode yang sama sebanyak 793 nasabah.
Data ini menunjukkan masyarakat Bali yang cenderung memilih cara konvensional untuk mengajukan pinjaman. Padahal sosialisasi terkait kurbali.com telah gencar disampaikan hingga tingkat desa. Namun tampaknya pengajuan KUR secara online masih belum menjadi gaya hidup bagi masyarakat Bali.
Ia menilai hal ini dipicu karena bagi masyarakat pada golongan usia tertentu yang tidak secara aktif menggunakan internet akan lebih percaya diri untuk bertatap muka dengan pegawai bank, terlebih lagi berkaitan dengan uang yang berjumlah besar.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, yang aktif menggunakan gawai masuk kategori non bankable pada usia dibawah usia 21 tahun.
"Kalau datang langsung ke bank, mereka bisa langsung bertanya ke pegawai disini. Kalau pakai cara online, sepertinya banyak yang belum tertarik. Sejauh ini pengajuan KUR melalui kurbali.com didominasi dari pedagang atau jasa dunia usaha. Di luar itu masih sangat minim," jelasnya.
Abdy D. Salimin, Direktur Teknologi dan Operasi Permata Bank - IST
Menanggapi hal ini, Abdy D. Salimin, Direktur Teknologi dan Operasi Permata Bank mengatakan bahwa literasi keuangan yang kurang di tingkat masyarakat bawah menjadi masalah besar di Indonesia.
Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), Permata Bank telah memberikan pendidikan khusus kepada masyarakat terkait literasi keuangan. Mulai dari siswa Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) setiap tahun akan diberikan materi edukasi finansial.
ADVERTISEMENT
Namun saat ini, untuk menyalurkan kredit kepada masyarakat bawah, Permata Bank bekerjasama dengan berbagai pihak.
"Saat ini kami berpartner dengan pihak Amartha. Mereka akan membantu menyalurkan kredit kepada ibu-ibu yang memiliki home industri. Ada ibu yang menjual hasil tanaman, dan ada yang menjual ikan. Kerjasama lain juga dilakukan dengan pihak Kredivo, dan Shopee Pay Later," katanya demikian yang disampaikannya dalam acara Banking Journalist Academy 2022.
Ia mengungkapkan bahwa penyaluran kredit juga dilakukan Permata Bank kepada beberapa pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tanpa melalui perantara.
Hanya saja sering ditemukan permasalahan ketika akan menyalurkan kredit kepada pedagang kecil karena kurangnya data terkait kondisi perekonomian calon nasabah.
Menurutnya, jika memberi kredit kepada seseorang, pihak debitur harus mengetahui karakter, cashflow atau keuangan, dan capital (modal) calon penerima pinjaman.
ADVERTISEMENT
"Kalau orang banyak duitnya, kapital juga banyak, tapi karakternya jelek, dia nggak mau bayar kita, itu paling susah. Jadi kalau kita mau beri kredit ke orang, harus punya informasinya. Kalau mau minta informasi di perusahaan besar itu pasti bisa, tapi untuk pedagang tidak bisa dapat datanya. Masalah ini umum di semua negara," jelasnya.
Masih banyak yang perlu dibenahi dan ditingkatkan agar layanan perbankan bisa diakses oleh berbagai lapisan masyarakat. (Kanalbali/LSU)