Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Seniman Tato di Bali Heran Masih Ada Diskriminasi Pekerja karena Bertato
24 November 2021 10:49 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Hal ini mengundang perhatian dari penggiat tato Dewa Ketha. Dia mengaku heran masih saja aturan seperti itu saat ini. "Menurut saya aneh saja ya di tahun 2021 ini masih saja ada aturan model begitu," kata Dewa, Rabu (24/11/2021).
Menurut pria yang sempat berprofesi sebagai dosen dan redaktur tabloid khusus tato ini, tidak ada hubungan profesionalisme kerja seseorang dengan tato di tubuhnya.
Ada banyak contoh orang sukses mekipun tubuhnya bertato. Terkait sekuriti di Bandara Ngurah Rai toh selama ini mereka bekerja baik-baik saja meskipun bertato.
"Sama sekali tidak ada hubungan signifikan ya seseorang yang bertato dengan kinerjanya. Buktinya kan mereka selama ini baik-baik saja kerjanya," kata Dewa.
Dia menambahkan munculnya aturan itu idak terlepas dari kesan buruk yang terlanjur muncul di masyarakat. Ini kaitannya dengan sejarah masa lalu di jaman orde Baru ketika ada kasus penembakan misterius dengan sasaran orang bertato.
ADVERTISEMENT
Stigma terus menerus diturunkan sampai sekarang ini dan diperkuat oleh framing di media masa. Dia mengambil contoh, ketika ada maling ayam tertangkap dan kebetulan di tubuhnya ada tato maka dalam pemberitaan penekannya sering pada tatonya ketimbang tindak kriminalnya.
Demikian pula halnya ketika Susi Pujiastuti diangkat menjadi Menteri. Publik dalam hal ini media pun fokus menyoroti tato di tubuh Menteri Kelautan dan Perikanan saat itu.
Dia menambahkan, mestinya yang dipikirkan, jangan sampai gara-gara kehilangan pekerjaan bisa memicu orang melakukan tindak kriminal. Mereka yang tadinya punya pekerjaan dan hidup baik-baik, bisa menjadi pelaku kriminal karena menganggur.
"Tato tidak pernah memicu orang melakukan tindak kriminal, tapi kalau kehilangan pekerjaan bisa bikin orang melakukan hal-hal yang melanggar hukum. Jadi jelas kan penyebabnya kehilangan pekerjaan bukan tatonya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pegiat komunitas tato Bagus Ferry menyebut, stigma pada pemilik tato memang masih kuat. "Jangankan disini, di negara barat pun kadang masih ditemukan. Makanya ada kampanye Tattoo is not a crime," katanya.
Karena itu bagi anak muda yang ingin bertato mestinya harus menyadari resiko itu. "Kalau jamanku dulu malah ada teman-teman yang sengaja bertato karena mereka tak mau dipaksa orang tua masuk militer," katamya memberi pandangan dari sisi yang lain. (Kanalbali/ROB)