Konten Media Partner

Sopir Logistik Mogok di Banyuwangi, Gubernur Bali Tetap Tak Gratiskan Rapid Test

19 Juni 2020 16:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Biaya rapid test yang dianggap terlalu mahal membuat sopir angkutan logistik enggan menyeberang ke Bali - KR7
zoom-in-whitePerbesar
Biaya rapid test yang dianggap terlalu mahal membuat sopir angkutan logistik enggan menyeberang ke Bali - KR7
ADVERTISEMENT
Gubernur Bali Wayan Koster menyebut, pemerintah provinsi Bali tidak mungkin terus menggratiskan rapid test untuk para sopir yang akan menyeberang dari Banyuwangi. Selain sudah bukan lagi masa lebaran, dana untuk tes itu juga lumayan besar dan tak bisa ditanggung pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Waktu mudik lebaran sudah diberikan pelayanan gratis rapid test bagi kendaraan yang mengangkut logistik masuk ke Bali. Karena kaitannya dengan kebutuhan masyarakat," tegasnya di Denpasar, Bali, Jumat (19/6).
Dia mengungkapkan, bahwa dalam satu hari minimum dalam setiap hari ada 1.500 orang yang dilayani rapid test dengan gratis dengan harga satu rapid test Rp 135 ribu.
"Dan tidak mungkin itu diberlakukan satu hari. Kalau terus -terusan itu dilakukan, sampai tidak tahu kapan berhentinya berapa habis dananya. Padahal, mereka itu khan bekerja kepada pengusaha, mestinya bisa membiayai rapid testnya," imbuh Koster.
Gubernur Bali Wayan Koster - IST
"Tidak bisa dong dilayani gratis terus. Padahal dia berbisnis, membawa angkutan barang-barang yang dijual di Bali. Harus bisa dan rapid tes kalau dilakukan mandiri sangat mungkin. Cuma satu kok dan itu berlakunya seminggu," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Koster juga menyatakan, sebelum diberlakukan atau diumumkan penghenti rapid test gratis pada angkutan logistik yang masuk ke Bali. Pihaknya, sudah melakukan rapat dan dibahas di Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. ". Jadi, kalau dia tidak mau rapid test, iya tidak boleh masuk Bali, itu aja. Tiap hari Rp 2 miliar, kalau satu bulan Rp 60 miliar habis duit kita," jelasnya.
Seperti diketahui, ratusan sopir melakukan aksi mogok dan tak mau menyeberang ke Bali. Mereka, memprotes kebijakan pemerintah Provinsi Bali yang mempersyaratkan para sopir logistik harus menyertakan surat rapid test jika ingin masuk Bali. Para sopir menutup akses pintu keluar terminal Sritanjung sebagai bentuk protes, pada Kamis (18/6) kemarin. ( KAD )
ADVERTISEMENT