Suarakan Krisis Iklim, 13 Musisi Rilis Album Kompilasi ‘sonic/panic’ di Bali

Konten Media Partner
6 November 2023 12:23 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Robi Navicula saat acar ajumpa pers - IST
zoom-in-whitePerbesar
Robi Navicula saat acar ajumpa pers - IST
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
UBUD, kanalbali.com - Sebanyak 13 musisi ternama di Indonesia resmi merilis album kompilasi bertajuk ‘sonic/panic’ dalam gelaran IKLIM Fest, pada Sabtu (4/11/2023) di Monkey Forest, Ubud.
ADVERTISEMENT
Album kompilasi ini menyuarakan tentang krisis iklim yang diproduksi oleh Alarm Records, sebuah label rekaman sadar iklim pertama di Indonesia.
Musisi yang terlibat dalam album ‘sonic/panic’ ini yaitu Endah N Rhesa, Navicula, Tony Q Rastafara, Tuantigabelas, Iksan Skuter, FSTVLST, Made Mawut, Nova Filastine, Guritan Kabudul, Kai Mata, Rhythm Rebels, Iga Massardi dan Prabumi.
Musisi-musisi ini memukau penonton dengan penampilan perdana lagu-lagu dari album kompilasi ini. Kolaborasi ini juga menggandeng komunitas Yowana Padangtegal, Dietplastik Indonesia, dan mitra lainnya untuk mendukung kesadaran lingkungan.
Robi, vokalis band Navicula, dan salah satu inisiator acara ini menjelaskan, bahwa perjalanan album ini dimulai dengan lokakarya yang bertujuan memberikan pemahaman lebih dalam tentang isu krisis iklim kepada para musisi yang terlibat.
Para artis yang mendukung album kompilasi - IST
Lokakarya ini diharapkan memberikan bekal kepada musisi-musisi ini untuk menulis lagu yang akan menjadi sarana kuat dalam menyuarakan isu lingkungan ini kepada masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
“Jadi dimulai dulu dari workshop pendalaman isu bulan Juni yang lalu, kemudian kita buat album bersama-sama dan akhirnya launching hari ini,” jelas Robi.
Endah, salah satu personil duo Endah N Rhesa, yang juga terlibat dalam produksi album kompilasi ‘sonic/panic’ mengaku hal ini menjadi momen yang baik untuk menyuarakan lebih luas tentang krisis iklim melalui musik.
“Isu ini adalah hal yang penting untuk disuarakan. Ini adalah kesempatan untuk melakukannya bersama-sama dan saya yakin ini menjadi momentum yang baik juga untuk menyuarakan suatu keinginan menjadi lebih baik. Sebenarnya bukan isu yang mudah, tapi kami mencoba break down lagi untuk menyampaikan dengan cara kami,” ungkap Endah.
IKLIM Fest juga menerapkan reuse protocol atau protokol guna ulang oleh Dietplastik Indonesia. Mereka menyediakan wadah dan alat makanan yang dapat digunakan ulang selama festival berlangsung sebagai bagian dari komitmen mereka untuk mengurangi sampah plastik yang telah menjadi masalah serius dalam lingkungan.
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Dietplastik Indonesia, Tiza Mafira, menjelaskan pentingnya protokol guna ulang ini, yang memiliki emisi jauh lebih rendah dibandingkan dengan sistem pengolahan plastik sekali pakai.
“Kami mendorong reuse protocol atau protokol guna ulang ini, karena guna ulang emisinya paling rendah dari semua sistem pengolahan yang ada. Bayangkan saja kita menggunakan wadah makanan yang kita cuci 100 kali itu emisinya 80% lebih rendah dari pada plastik sekali pakai yang kita daur ulang lagi,” jelas Tiza Mafira, Direktur Eksekutif Dietplastik Indonesia.
Selain itu, beberapa area di IKLIM Fest juga memanfaatkan energi surya sebagai langkah untuk mengurangi emisi karbon. IKLIM Fest juga membagikan bibit tanaman secara cuma-cuma untuk dibawa pulang oleh pengunjung, sebagai upaya untuk mengimbangi emisi karbon yang dihasilkan (carbon offsetting) dari IKLIM Fest.
ADVERTISEMENT
Yowana Desa Padangtegal Ubud turut mendukung penuh terselenggaranya IKLIM Fest. Mereka aktif melakukan pemilahan sampah, memanfaatkan kompos untuk tanaman organik, dan upaya lain yang mendukung keberlanjutan hidup di desa mereka. Jro Bendesa Desa Adat Padangtegal I Made Parmita, menyatakan bahwa komitmen IKLIM Fest sejalan dengan komitmen desa mereka dalam menjaga alam.
“Kami mendukung penuh acara ini. Hari ini kita libatkan Yowana, sehingga bisa mentransfer ilmu bahwa menjaga iklim itu penting. Melalui komunitas ini harapannya bisa memberikan sosialisasi juga kepada desa lain untuk bersama-sama menjaga alam yang bermanfaat bagi keberlangsungan hidup kita,” jelasnya.
IKLIM Fest juga menghadirkan berbagai kegiatan menarik yang melibatkan masyarakat dan komunitas lokal di Ubud, seperti program film yang dikurasi oleh Silurbarong, pop-up skatepark oleh Bluebear Skatepark, kelas yoga, talkshow, berbagai workshop, penampilan dari Yellow Garden, serta bazar komunitas. Semua ini membantu menciptakan kesadaran dan aksi nyata dalam menjaga lingkungan dan mengatasi krisis iklim. ‘sonic/panic’ sudah tersedia untuk didengar di Spotify dan layanan streaming musik lainnya. (kanalbali/RLS)
ADVERTISEMENT