Tangkal Flu Babi Afrika, Karantina Hewan Perketat Jalur Masuk ke Bali

Konten Media Partner
10 Desember 2019 14:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi
ADVERTISEMENT
Flu babi Afrika atau African Swine Fever(ASF) mulai mewabah di sejumlah negara, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) cabang Bali, Balai Besar Veteriner Denpasar dan Karantina Pertanian Denpasar sepakat memperketat masuknya hewan ternak babi ke Pulau Dewata.
ADVERTISEMENT
"Kunci keberhasilan pencegahan ASF ke Bali adalah koordinasi yang kuat," kata Kepala Karantina Denpasar, Terunanegara dalam acara Rapat Koordinasi Pencegahan penyakit ASF di Denpasar, Selasa (10/12).
Pembahasan ini merupakan upaya serta strategi yang diambil untuk menghadapi berbagai kemungkinan potensi masuk dan menyebarnya penyakit yang disebabkan oleh virus dari Family Asfaviridae itu.
Selain itu, sumber penularan virus dapat terjadi melalui berbagai cara seperti melakukan kontak langsung seperti dengan penderita. Hal ini dikarenakan penularan virus dapat melalui udara, bahan makanan mengandung babi, serta sampah sisa makanan/catering yang berasal dari pesawat maupun kapal pesiar yang berasal dari negara wabah.
"Sumber-sumber penularan ini menjadi fokus pengawasan untuk memfilter masuknya wabah ASF ke Bali," katanya.
Rapat bersama stakeholder untuk mencegah masuknya Flu Babi Afrika (KR14)
Sementara itu Ketua PDHI cabang Bali Prof. I Ketut Puja mengatakan, saat ini yang paling efektif dilakukan adalah pencegahan masuknya penyakit mengingat ASF sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya.
ADVERTISEMENT
Virus ASF yang sudah mewabah dibeberapa negara tetangga dan yang terakhir pada September 2019, di mana dikonfirmasi negara terdekat Indonesia yaitu Timor Leste sudah ditetapkan sebagai negara dengan wabah penyakit yang satu ini.
"Dengan adanya rakor ini, saya ingin mempertajam lagi dukungan karantina terhadap pencegahan masuknya ASF ke Bali dengan melibatkan stakeholder di Bandara, Pelabuhan Laut, Pemerintah Daerah, dan pengelola sampah pesawat dan kapal laut di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan para peternak babi di sekitar TPA khususnya," katanya.