Konten Media Partner

Tari Sanghyang, Tradisi Sakral yang Dibangkitkan Kembali di Karangasem, Bali

21 Januari 2022 11:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penari diperciki tirta suci sebelum melakukan tarian Sanghyang di Banjar Jangu, Desa Aat Duda, Karangasem, Bali - foto: Ade Gita Ahimsa
zoom-in-whitePerbesar
Penari diperciki tirta suci sebelum melakukan tarian Sanghyang di Banjar Jangu, Desa Aat Duda, Karangasem, Bali - foto: Ade Gita Ahimsa
ADVERTISEMENT
KARANGASEM, kanalbali.com - Beraneka adat dan tradisi dimiliki oleh warga Bali, khususnya di Karangasem. Salah-satunya adalah tarian Sang Hyang yang termasuk dalam kategori tarian Wali atau tarian sakral untuk upacara agama.
Tarian Sanghyang Bojog di Duda, Karangasem - foto: Ade Gita Ahimsa
zoom-in-whitePerbesar
Tarian Sanghyang Bojog di Duda, Karangasem - foto: Ade Gita Ahimsa
"Tarian ini sudah memperoleh pengakuan dari UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia tak Benda. Jadi kami ingin menghidupkannya kembali," kata Kepala Dinas Pariwisata Karangasem Wayan Astika di sela acara Pagelaran Seni Tari SangHyang, Rabu (19/1/2022) malam.
Penari saat tampil di pagelaran Sanghyang - foto Ade Gita Ahimsa
Dari pendataan yang dilakukan, sedikitnya ada 18 jenis tari Sanghyang yang pernah hidup dalam masyarakat. Namun baru 8 tarian saja yang berhasil direkontruksi dan ditampilkan kembali. "Kita harapkan, selain aspek pelestarian, nantinya memberi manfaat sebagai daya tari Karangasem," katanya.
ADVERTISEMENT
Penari saat mengalami trance dalam Tarian Sanghyang - foto: Ade Gita Ahimsa
Sementara Bendesa Adat Desa Duda Komang Sujana menyatakan, pagelaran ini dimaksudkan untuk menciptakan regenerasi penari Sanghyang. "Warisan leluhur ini harus diketahui dan tetap dilestarikan oleh generasi muda," ujarnya.
Slah-satu adegan dalam tarian Sanghyang - Foto: Ade Gita Ahimsa
Secara ritual, kata dia, tarian ini biasanya dipentaskan saat Usaba Dalem menjelang Nyepi dimana biasanya cuaca agak panas. "Kalau pementasan sekarang memang agak susah karena cuaca mendung sehingga Nadi (sisi magis-red) kurang muncul," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata Karangasem Wayan Astika - Foto: Ade Gita Ahimsa
Terkait regenerasi, menurut dia, bukanlah hal yang cukup mudah karena penari Sanghyang generasi yang lebih baru harus memiliki hubungan darah dengan penari dari generasi sebelumnya. (Kanalbali/ADE)