Konten Media Partner

Telur Ayam di Denpasar Capai Harga Tertinggi Hingga Rp 36 Ribu per Kg

27 Agustus 2022 9:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi telur ayam. FOTO: Agung Santoso
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi telur ayam. FOTO: Agung Santoso
ADVERTISEMENT
DENPASAR, Kanalbali.com - Harga telur ayam ras segar di Denpasar mencapai Rp36 ribu per kg sejak satu minggu lalu. Kenaikan harga telur ini dinilai sebagai harga tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
"Sebelumnya harga telur tidak sampai 36 ribu per kg, ini sudah menjadi harga tertinggi untuk sekarang," kata Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Bali Sudadi Murtadho saat dikonfirmasi, Jumat, (26/8/2022)
Menurutnya dengan kenaikan harga telur, Ikappi berharap kepada pihak Kementerian Perdagangan untuk segera mengambil langkah agar harga telur tetap stabil dan petani tetap bisa keuntungan.
"Dari Ikappi pusat telah melakukan komunikasi dengan pihak Kementerian terkait hal ini," sebutnya.
Peternak ayam petelur, Kadek Budiartawan menuturkan kenaikan harga telur diakibatkan oleh berbagai faktor. Seperti penurunan populasi mencapai 50% yang diakibatkan oleh anjloknya harga telur selama kurang lebih 1 tahun dari 2021 sampai awal tahun 2022.
Kemudian diikuti dengan tingginya Harga Pokok Produksi (HPP), yang disebabkan naiknya harga konsentrat dan bahan baku pakan ternak yang lain.
ADVERTISEMENT
"Sekarang ini permintaan pasar juga meningkat seiring dengan pulihnya perekonomian pasca pandemi, jadi harga telur ikut naik karena tidak dibarengi dengan peningkatan stok," tuturnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bali, I Wayan Jarta menuturkan bahwa untuk menyikapi permasalahan ini, pihaknya akan melaksanakan pasar murah menjelang Hari Besar dan Hari Raya.
"Khusus untuk naiknya beberapa harga barang pokok penting, kami mendapat informasi bahwa Dinas Kabupaten Kota sudah mulai melaksanakan pasar murah bekerjasama dgn pengelola pasar dan distributor," sebutnya.
Ia pun membantah kenaikan harga telur karena digunakan sebagai bantuan sosial. "Tidak si, menurut saya kebutuhan masyarakat akan telur atau demand tetap sama. Ketika bansos ada telurnya, berarti mereka tidak membeli lagi telur di pasar. Sama saja," tuturnya. (Kanalbali/LSU)
ADVERTISEMENT