Griya Luhu.jpg

Tertantang Masa Pandemi, Mandhara Gagas Digitalisasi Bank Sampah

8 Mei 2021 13:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aplikasi bank sampah inovasi dari Griya Luhu, Gianyar - IST
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi bank sampah inovasi dari Griya Luhu, Gianyar - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR - Sejak 5 tahun terakhir, bank sampah marak hadir di Bali sebagai jawaban untuk mengatasi masalah di Pulau Dewata ini. Di kawasan Gianyar, ada komunitas Griya Luhu yang ikut mendorongnya sejak 2017 dan sudah merealisasikannya di 3 desa. Namun, ketika pandemi bermula, kegiatannya menurun tajam.
ADVERTISEMENT
“Sebab, warga diminta tidak berkumpul dan membuat kegiatan bersama. Padahal itu kesempatan kami untuk bertemu warga dan sekaligus mereka menyetorkan sampah,” kata Pendiri Komunitas Griya Luhu, Ida Bagus Mandhara Brasika (29), Sabtu (8/5/2021).
Setelah sampah yang sudah dipilah diterima dan ditimbang, warga kemudian bisa menerima uang hasil tabungan secara langsung. Sementara, sampah yang bisa diolah dibawa ke tempat penampungan.
Situasi ini yang memunculkan ide memunculkan aplikasi yang mengurangi interaksi secara langsung. “Hasilnya, kami munculkan aplikasi Griya Luhu yang ternyata bisa lebih praktis menyimpan data dan dikembangkan untuk berbagai kebutuhan,” jelasnya peraih gelar  master lingkungan di Imperial College, London, Inggris itu.
Aplikasi ini memiliki tiga tingkatan pengguna dan manfaat. Level pertama adalah untuk warga atau nasabah bank dimana dia bisa menyimpan catatan sampah apa saja yang disetorkan, berapa jumlahnya, kapan disetor dan berapa nilai uang yang sudah ditabung.
ADVERTISEMENT
Fungsi lain adalah, mereka bisa antri secara digital dan tidak perlu antri di lokasi. “Jadi kalau datang ke lokasi, warga hanya menaruh kantong sampah yang sudah ditandai dan pada gilirannya akan diurus petugas sesuai antrian di aplikasi,” ujar pria kelahiran 23 Juni 1992 itu.
Mandhara Brasika saat mengawasi kegiatan bank sampah - IST
Nah, level yang kedua adalah untuk pengelola sampah dimana sudah ada kompilasi data dari semua nasabah sehingga bisa dipetakan tingkat pengelolaan sampah, jumlah dalam satu desa, berapa nilai total uangnya dan berbagai data lainnya. Adapun level yang ketika adalah untuk koordinator wilayah yang membawahi beberapa bank sampah sehingga data yang dikompilasi jauh lebih besar.
Lebih rinci, dosen Universitas Udayana ini menjelaskan, maka aplikasi ini memiliki sejumlah fitur, yang pertama yakni fitur waste identification dalam bentuk barcode. Kemudian ada fitur waste quality control yang memiliki sistem rating bintang lima.
ADVERTISEMENT
Fitur ini sesuai dengan tujuan utama yaitu untuk melatih kemampuan memilah sampah, sehingga jika sampah dipilah dengan baik, maka akan mendapatkan bintang lima. “Kompensasi dalam nilai uangnya pun akan lebih besar,” ujarnya.
Kemudian, ada fitur Waste Quantification, yang secara digital menghitung jumlah sampah yang masuk hingga dikalkulasikan dalam bentuk rupiah. Aplikasi ini kemudian dilenkapi dengan layanan Waste Education yangmenyediakan akses link ke website atau YouTube yang dirasa bisa memberi informasi tambahan mengenai pengelolaan sampah.
Perkembangan pemakaian aplikasi ini cukup marak sejak dilaunching pada bulan Agustus 2020. Dari yang awalnya hanya di 3 bank sampah milik Griya Luhu di Gianyar kini pemakaiannya sudah menyebar ke 150 cabang bank sampah di 5 Kabupaten di Bali. Selain Gianyar, tambahannya adalah di Badung, Bangli, Buleleng dan Tabanan. (kanalbali/RFH)
ADVERTISEMENT
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten