Konten Media Partner

Tradisi Siat Yeh, Saling Siram Air Usai Nyepi

8 Maret 2019 12:25 WIB
clock
Diperbarui 20 Maret 2019 20:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemuda dan pemudi salaing menyiramkan air dalam tradisi Siat Yeh, Jum'at (8/3) - kanalbali/KAD
zoom-in-whitePerbesar
Para pemuda dan pemudi salaing menyiramkan air dalam tradisi Siat Yeh, Jum'at (8/3) - kanalbali/KAD
ADVERTISEMENT
BADUNG, kanalbali.com - Usai menjalani ritual Nyepi, beragam tradisi digelar warga di Bali. Salah-satunya adalah 'Siat Yeh', yang dilakukan warga di Banjar Teba, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, Jumat (8/3).
ADVERTISEMENT
Menurut Ketua Panitia, Anak Agung Bagus Cahya Dwi Janatha, sebelumnya tradisi ini sempat hilang dalam 35 tahun terakhir dan baru dibangkitkan lagi sejak tahun lalu. "Kali ini kita mengangkat tema, 'Manadi Tunggal' atau persatuan," kata Anak Agung.
Acara diawali dengan pembagian dua kelompok, mereka berjalan terpisah ke arah barat dan timur. Ada yang menuju ke Pantai Jimbaran (barat), sementara yang lainnya berangkat ke rawa atau suwung yang berada di sisi timur banjar tersebut. Mereka mengambil air atau mendak tirta dari dua sumber berbeda untuk kebutuhan Siat Yeh.
Usai mengambil air, warga pun kembali berkumpul di jalan raya di depan Balai Banjar Teba dengan diiringi gamelan Baleganjur.
Para ibu ikut meramaikan acara dengan tarian khasnya (kanalbali/KAD)
Namun, sebelum saling menyiramkan dua mata air laut dan suwung itu, para pemuda menyanyikan bait-bait sederhana berirama ala medolanan, atau bernuansa permainan anak-anak. Lagu sederhana yang berjenis sekar rare tersebut menceritakan keriangan warga yang tinggal di kawasan pesisir.
ADVERTISEMENT
Kemudian, para pemuda saling menyiram air tersebut, yang terbagi atas dua kelompok yang saling berhadapan. Tubuh muda-mudi di sisi barat dilumuri pasir, sedangkan di sisi timur dilumuri lumpur.
Menurut Ketua Pelaksanaan Acara Siat Yeh, Wayan Eka Santa Purwita, apa yang digunakan dalam gelaran itu merupakan simbolis yang berkaitan dengan sumber mata air yang mereka gunakan. Pasir sebagai lambang air dari laut, lumpur mencerminkan air yang diambil dari rawa atau suwung.
"Untuk makna lagunya, artinya kita hidup berdasarkan dari Ibu Pertiwi. Air kan simbol kehidupan, artinya kita mencari kehidupan bahwa tanpa air kita tidak bisa hidup," ujarnya.
Purwita juga menjelaskan, tradisi Siat Yeh diadakan berdasarkan daerah Jimbaran yang diapit oleh dua mata air. Yaitu, air laut dari sisi barat Pantai Jimbaran, kemudian air tawar dari sisi timur Suwung atau rawa untuk disatukan.
ADVERTISEMENT
"Ini yang kita cari biar bisa menjadi satu. Artinya kita bisa menuju timur itu 'Kepala' dan kita menuju ke barat adalah 'Kaki'. Jadi kepala dan kaki menyatu, kalau tidak ada kepala apa artinya kaki? Kalau tidak ada kaki apa artinya kepala?" imbuhnya. (kanalbali/KAD)