Konten Media Partner

Uji Coba Pertanian Organik Diterapkan di Subak yang Jadi Warisan Budaya Dunia

12 Desember 2021 14:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Panen padi sehat dan ramah lingkungan pertama di Subak Catur Angga, Batukaru, Tabanan - IDEP
zoom-in-whitePerbesar
Panen padi sehat dan ramah lingkungan pertama di Subak Catur Angga, Batukaru, Tabanan - IDEP
ADVERTISEMENT
TABANAN - Di Luar ekspektasi, uji coba penerapan pertanian sehat dan ramah lingkungan seluas 10 are di Subak (wilayah pertanian-red) Catur Angga, Batukaru, Tabanan menghasilkan panen yang memuaskan. Hasil inidiperoleh dalam acara Panen Perdana pada Sabtu (11/12/2021).
ADVERTISEMENT
“Awalnya saya kira dalam 5 are ini hanya memperoleh sekitar 300 kg, tapi ternyata lebih dari itu,” ungkap Nengah Sutamaya, Pekaseh Subak Rejasa.
Panen padi sehat dan ramah lingkungan pertama di Subak Catur Angga, Batukaru, Tabanan yang sudah berstatus Warisan Budaya Dunia dari UNESCO prosesnya dimulai sejak November 2020 dengan pendampingan dari yayasam IDEP.
Dalam proses pendampingan, ada beberapa pelatihan yang dilakukan, diantaranya pelatihan manajemen organisasi, permakultur, penyusunan peta subak, serta pendataan anggota subak sesuai dengan aspek sosial budaya, ekologi, dan ekonomi.
Proses ubinan untuk menghitung perkiraan hasil panen - IDEP
“Selaku Pekaseh (Ketua pengelola-red) Subak Rejasa memberanikan diri untuk membuat demplot. Selain mengurangi zat-zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan, kalau menggunakan kimia jelas nike lebih mengeluarkan biaya banyak,” terang pria yang kerap disapa Pak Cip ini.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya menghemat biaya, pertanian yang memanfaatkan bahan-bahan organik ini juga terbebas dari serangan tikus yang bahkan pernah menggagalkan panen. “Selama menerapkan pertanian sehat niki, tikus ten wenten [tidak ada]. Biasanya kalo pake kimia, tikus wenten,” terang Pak Cip.
Pelatihan pembuatan pupuk organik cair Sambutan baik para petani hadir ketika proses untuk menuju pertanian yang ramah lingkungan yang awalnya dianggap sulit, ternyata lebih mudah dan tidak menguras biaya.
“Kalau organik kan bisa memanfaatkan apa yang ada di sekitar kita, untuk pupuk lah, atau pengendali hama, nike artinya menghemat biaya, disamping itu juga kualitas, mutu dari padi itu, untuk kesehatan,” ungkap I Wayan Juliana, Pekaseh Subak Sri Gumana.
Pelatihan pembuatan pupuk organik cair - IDEP
Beberapa keuntungan yang diperoleh petani memperkuat tekad mereka untuk terus berupaya menerapkan pertanian yang ramah lingkungan. Meskipun ada beberapa serangga pengganggu, namun tidak melebihi batas normal.
ADVERTISEMENT
“Kalau serangga pasti saja ada, tapi kan berputar dia, ada predatornya. Kalo pakai kimia, sama, semua akan mati, baik itu hama maupun predatornya. Jadi kita disini ingin menjaga ekosistem alaminya,” jelasnya.
Subak Catur Angga sendiri sudah diakui sebagai situs warisan dunia menurut UNESCO yang perlu dijaga kelestarian alam dan budayanya. “Kami ingin bersama-sama dengan petani dalam upaya-upaya menjaga warisan budaya dunia ini, terutama kelestarian subak dan lingkungannya,” tambah Wahyu dari IDEP yang rutin mendampingi petani.
Catur Angga tidak hanya menjadi warisan budaya dunia yang perlu dilestarikan, tapi juga kunci dari kedaulatan pangan di Bali. Sistem yang berjalan turun temurun ini telah menghidupi sebagian besar masyarakat Bali. (kanalbali/RlS/RFH)