Umat Hindu di Bali Rayakan Kuningan; Apa Saja Makna dan Keistimewaannya?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Seperti yang dilakukan, keluarga mantan Rektor Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, I Nengah Dwija. Ia nampak sibuk mempersiapkan sarana upacara hari raya Kuningan sejak Jumat kemarin. Semua anggota keluarga mempersiapkan bebantenan (sesaji-red), seperti membuat nasi kuning, serta sarana lain dan menghaturkannya di setiap sudut rumah yang dianggap suci.
Pagi ini, seluruh anggota pun bersembahyang di Sanggah (tempat pemujaan-red) dan halaman rumah sebagai bentuk permohonan keselamatan dari segala marabahaya.
Gelaran hari raya Kuningan, selalu dilaksanakan pada hari ke-sepuluh setelah Galungan , yaitu pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Kuningan (penanggalan Hindu-red).
Dalam beberapa literatur seperti lontar Sundarigama, kata Kuningan memiliki makna 'kauningan' yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi diri."Biasanya, ditahun-tahun sebelumnya, bantennya lebih banyak kita haturkan di sekolah anak-anak,"ungkap Nengah Dwija.
Namun, karena pandemi corona gelaran ini ia lakukan dengan lebih sederhana. "Yah, yang penting maknanya tetap sama, memohon keselamatan dan introspeksi diri,"ucapnya.
ADVERTISEMENT
Pada Hari Raya Kuningan juga dibuat nasi kuning sebagai lambang kemakmuran dan dihaturkan sesajen-sesajen sebagai tanda terimakasih atas anugerah Sang Hyang Widhi Wasa.
Ada pula banten Tamiang dan Endogan. Tamiang yang berbentuk lingkaran, menjadi lambang perputaran roda alam atau siklus kehidupan. Sementara itu, Endongan dimaknai sebagai bekal.Bekal yang paling utama dalam mengarungi kehidupan adalah ilmu pengetahuan dan bhakti. "Sementara senjata yang paling ampuh adalah ketenangan pikiran," kata Dwija. ( kanalbali/WIB )