Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Uniknya Perayaan Natal di Desa Tuka, Tempat Gereja Tertua di Bali
25 Desember 2018 12:29 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB

ADVERTISEMENT
Warga mengenakan pakaian adat Bali saat melakukan persembahyangan (kanalbali/GAN)
BADUNG, kanalbali.com --- Ada hal unik saat perayaan natal di banjar Tuka, desa Dalung, Kuta Utara. Umat yang melakukan perayaan ekaristi misa di Gereja Paroki Tritunggal Maha Kudus mengenakan busana adat Bali lengkap.
ADVERTISEMENT
Tradisi tersebut telah terjadi sejak 1937. Geraja yang disebut sebagai gereja pertama dan tertua di Bali itu pun memiliki ornamen Bali, mulai dari pintu masuk utama, hingga bagian tengah singga bagi mereka yang baru ditempat tersebut mungkin akan sedikit bingung dengan pemandangan itu.
"Ini bagian dari pelestarian dan hal ini juga tidak bisa dilepaskan dari sejarah tetua kami,"ucap Guido I Gusti Ngurah Darmadi selaku Ketua Dewan Paskora Paroki Tritunggal Maha Kudus yang membidangi pembinaan iman. Selasa, (25/12).
Ditemui usai perayaan misa, pria yang akrab disapa Ngurah itu menuturkan jika dahulu leluhurnya meruapakan penganut agama hindu dan seiring perjalanan leluhur mereka berpindah ke agama kristen. "Mungkin bisa dibilang miskin dulu, lalu setelah itu perekonomian semakin membaik,"katanya.
ADVERTISEMENT
Ngurah yang juga warga asli Tuka ini menerangkan geraja tersebut menaungi 11 lingkungan dan mewilayahi dua kecamatan yakni Dalung dan Mengwi sedangkan untuk desa gerejaa ini mewilayahi desa Dalung, desa Buduk, desa Tumbak Bayuh, Kerobokan Kaja dan kelurahan Lukluk. Jumah umatnya sendiri mencapai 2 ribu orang dengan total 5 ribu kepala keluarga.
Warga tetap banjar Tuka setiap perayaan diwajibkan mengenakan busana adat Bali begitupun dengan umat pendatang diimbaukan untuk mengenakan pakaian adat Bali. " Kami mengenakan pakaian adat Bali untuk kundangan, bukan pakaian adat Bali kepura,"tegas Ngurah.
Tidak sampai disana, bahkan mereka pun memiliki tarian khas yang memadukan budaya Bali dengan Gereja. Seperti tari penyambutan Tari Puja Pengayubagia dan Hatur Panyuksma dan Tari Sekar Wangi.
ADVERTISEMENT
Pastur Martin Fatin Soverdi (SVD) menyampaikan jika kerukunan umat di lingkungan banjar Tuka telah berlangsung lama dan memang sudah seharusnya hal itu terjadi di Indonesia. "Kami dibantu umat lain saat melangsungkan perayaan dan begitupun sebaliknya, ini telah terjadi sejak lama,"ungkapnya. (kanalbali/GAN)