Word in Iron, Cara Yudana Menggubah Selonding Jadi Tak Biasa

Konten Media Partner
21 September 2019 7:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Word in Iron, Cara Yudana Menggubah Selonding Jadi Tak Biasa
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
GIANYAR, kanalbali - Bunyi gamelan membelah dan mengambang di udara. Pukulannya lebih terdengar layaknya ketukan besi yang berirama. Ia seperti sebuah ajakan untuk merenungi malam dan melayang-layang di udara.
ADVERTISEMENT
Word in Iron. Itulah tajuk yang diberikan Wayan Yudana untuk karya terbarunya yang dipentaskan di Bentara Budaya, Gianyar, Bali, Jum'at (20/9). Dimainkan oleh Roras Asamble yang memberikan kesan eksperimental yang begitu kental pada instrumenya.
Perpaduan antara hentakan panggul (nama alat pemukul gamelan-red) dengan selonding yang terbuat dari besi berhasil menciptakan harmoni yang terkesan seperti gelombang gemuruh nada yang indah.
Yudane mengaku sengaja menciptakan komposisi yang begitu rumit dalam karya ini. "Gamelan selonding itu memiliki bunyi yang khas, Intrumen yang terbuat dari besi seperti selonding akan terdengar indah jika didengar dari jarak tertentu" ujarnya.
Dalam penciptaan karyanya, dia mengaku bereksperimen untuk mengubah suara selonding agar tidak terdengar seperti selonding, tapi seperti besi. "Saya berusaha mencari interval yang mematikan, yang membuat orang tidak menduga bahwa ini adalah suara selonding" ujarnya dengan penuh semangat.
Diskusi pasca pertunjukan bersama Dewa Alit (baju putih) dan Wayan Yudana - kanalbali/KR14
Selain Yudana, malam itu ditampilkan pula komposisi karya Dewa Alit 'Siklus' yang juga tidak kalah membius perhatian penonton. Komposisinya tercipta dari berbagai instrumen ini menjadi suatu kesatuan penuh warna bak pelangi. Terlebih lagi, cara memainkan instrumen yang tak biasa demi mendapatkan mendapatkan bunyi tertentu patut mendapatkan pujian.
ADVERTISEMENT
Karya ini terinspirasi dari kehidupan alami masyarakat tradisional yang memakai kalender sebagai pedoman dalam beraktivitas sehari-hari. "Siklus itu sendiri tertuang dalam bentuk realisasi aktivitas kehidupan yang inovatif, melahirkan enerji berkualitas tinggi, kemudian diaktualisasikan lewat rangkaian warna-warna bunyi" ujarnya.
Pria asal Ubud ini mengaku ide awal menciptakan karyanya yaitu adanya suatu keinginan untuk menciptakan perpaduan dua laras yang berbeda dalam satu asambel namun tetap berkonsep harmoni. Selain itu, ia juga menggunakan tuning yang berbeda.
"Dalam penciptaanya saya kebanyakan memadukan laras timur dengan harmoni barat, tapi saya tidak mengklaim ini adalah harmoni barat melainkan sebuah pencarian ekperimental" ujarnya.
Adapun acara di bentara yang adalah rangkaian dari pagelaran ' New Music for GamelanKomponis kini #5' sebagai ruang pergelaran musik yang bermutu tinggi di era global seperti sekarang. Tujuannya, menciptakan atmosfer berkesenian bagi seniman-seniman gamelan di Bali dan Tanah Air, dengan mengedepankan upaya-upaya penciptaan baru (new gamelan). Selain itu adalah untuk mengenang Wayan Beratha, maestro gamelan yang karya-karyanya terbilang abadi. (kanalbali/KR14)
ADVERTISEMENT