Konten dari Pengguna

Mengenal Kisah Kasih dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono

Kanaya Najwa Nabilah
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24 Oktober 2022 11:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kanaya Najwa Nabilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar merupakan hasil editan melalui Apl Canva, dengan tambahan hasil potret buku milik pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Gambar merupakan hasil editan melalui Apl Canva, dengan tambahan hasil potret buku milik pribadi
ADVERTISEMENT
Hujan Bulan Juni adalah salah satu novel karya Sapardi Djoko Damono, yang terbit pada bulan Juni tahun 2015 dengan penerbit Gramedia Pustaka Utama. Pada novel ini terdapat 138 halaman dengan nomor ISBN 978-602-03-1843-1. Sapardi Djoko Damono adalah guru besar Universitas Indonesia sejak dan guru besar tetap pada Pascasarjana Institut Kesenian Jakarta sejak 2009. Sapardi Djoko Damono mengajar dan membimbing mahasiswa di Pascasarjana Universitas Indonesia, Institusi Kesenian Jakarta, Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, dan Institut Kesenian Solo. Hadiah dan penghargaan yang diraih oleh Sapardi Djoko Damono antara lain Cultural Award pada tahun 1978, Anugerah Puisi Putra pada tahun 1983, Hadiah Sastra pada tahun 1984, SEA-Write Award pada tahun 1986, Anugerah Seni pada tahun 1990, Kalyana Kretya pada tahun 1996, Satyalencana Kebudayaan pada tahun 2002, Khatulistiwa Literary Award pada tahun 2004, dan Penghargaan untuk Pencapaian Seumur Hidup dalam Sastra dan Pemikiran Budaya pada taun 2012 dari Akademi Jakarta.
ADVERTISEMENT
Novel yang berjudul Hujan Bulan Juni ini menceritakan tentang kisah cinta antara seorang pria yang merupakan orang Jawa asli bernama Sarwono, yang sekarang berprofesi menjadi salah satu dosen Antropologi di Universitas Indonesia, dengan seorang wanita yang berdarah blasteran dari dua suku yaitu suku Jawa tepatnya dari Solo dan Minahasa tepatnya dari Manado, yang bernama Pingkan. Pingkan merupakan salah satu dosen sastra Jepang di Universitas Indonesia. Pingkan memiliki kakak laki-laki yang bernama Toar, Toar merupakan teman Sarwono sejak SMP pada saat di Solo, hingga pada akhirnya mereka berdua menjadi sahabat dan dari sinilah kisah cinta Sarwono dan Pingkan bermula. Keduanya masih bingung sampai kapan hubungan tersebut berlanjut ke janjang pernikahan. Sarwono dan Pingkan menghadapi banyak tantangan dalam hidup. Terlebih lagi, mereka memiliki budaya, suku, dan agama yang berbeda, tetapi mereka ingin menjadi satu. Mereka tidak pedulikan perbedaan tersebut, akan tetapi keluarga besar Pingkan di Manado yang mempermasalahkan perbedaan tersebut, khususnya pada bagian perbedaan agama. Keluarga besar Pingkan mengajukan beberapa pertanyaan yang bertujuan untuk menyudutkan Pingkan. Selain itu, hubungan Sarwono dan Pingkan juga diuji pada saat Pingkan berhasil mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Jepang. Sarwono tidak pernah ragu akan kesetiaan Pingkan, akan tetapi dia selalu khawatir dengan kehidupan orang-orang di Jepang. Kepergian Pingkan yang seharusnya masih beberapa bulan lagi ternyata diajukan untuk segera pergi ke Jepang, hal ini membuat Sarwono mau tak mau harus melepaskan Pingkan untuk pergi jauh darinya. Namun sebelum kepergian Pingkan, Sarwono diminta untuk menemui ibunya Pingkan untuk membicarakan keseriusan Sarwono untuk menikahi Pingkan. Tidak pernah menyangka sebelumnya jika ibunya Pingkan menyetujui hubungan mereka, meskipun ada perbedaan pendapat dari anggota keluarga lainnya. Selama di Jepang, Pingkan memiliki teman dekat yang bernama Katsuo, yaitu seorang dosen Jepang yang pernah menempuh perkuliahan di Universitas Indonesia atau tempat Sarwono dan Pingkan mengajar. Keadaan yang membuat makin rumit adalah Katsuo, dia menaruh hati pada Pingkan. Sudah beberapa waktu berlalu, sejak kepergian Pingkan, sejak jarak memisahkan mereka antara Indonesia dengan Jepang, sebenarnya Sarwono sedang tidak baik-baik saja, Sarwono memang memiliki penyakit yaitu paru-paru basah. Akhir-akhir ini Sarwono merasa tidak sehat dan masih harus bertahan menahan kerinduannya kepada Pingkan.
ADVERTISEMENT
Novel Hujan Bulan Juni ini memiliki keterkaitan jika dikaji dengan pendekatan sosiopsikologis. Karena pendekatan sosiopsikologis adalah suatu pendekatan yang berupaya memahami latar belakang kehidupan sosial budaya, kehidupan masyarakat maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya ataupun zamannya pada saat cipta sastra itu diwujudkan. Pendekatan sosiopsikologis ini dapat kita kaitkan pada novel bagian “Sarwono dan Pingkan menghadapi banyak tantangan dalam hidup. Terlebih lagi, mereka memiliki budaya, suku, dan agama yang berbeda, tetapi mereka ingin menjadi satu. Mereka tidak memedulikan perbedaan tersebut, akan tetapi keluarga besar Pingkan di Manadolah yang mempermasalahkan perbedaan tersebut, khususnya pada bagian perbedaan agama.”, yang menjadi permasalahan utama dalam hubungan Sarwono dan Pingkan adalah perbedaan-perbedaan seperti budaya, suku, dan agama.
ADVERTISEMENT
Manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, peralatan, buku, novel, dan semua yang ada di dunia ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Oleh karena itu, novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan, mari kita bahas beberapa kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan pada novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini yaitu memiliki sampul yang elegan, menarik, dan unik dengan efek tulisan basah seperti terkena tetesan air hujan. Tidak hanya itu, novel ini juga memiliki banyak kalimat indah tentang kehidupan dan hubungan. Kemudian adapun beberapa kelemahan yang dimiliki oleh novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini yaitu penggunaan bahasa Jawa yang mana tidak semua orang mengerti artinya, saya termasuk sebagai salah satu yang tidak mengerti bahasa Jawa. Selain itu, novel ini juga menyajikan cerita yang masih menggantung atau belum selesai yaitu apakah Sarwono sembuh dari penyakitnya atau justru Sarwono tidak dapat diselamatkan karena penyakit yang dideritanya, dan juga tentang cerita mengenai rencana pernikahan antara Sarwono dan Pingkan
ADVERTISEMENT