Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Teras Malioboro: Transformasi Mencerahkan Masa Depan PKL
31 Desember 2023 12:46 WIB
Tulisan dari Kanaya Mulia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Teras bangunan modern Malioboro menghiasi salah satu sisi Jalan Malioboro. Di teras Malioboro terdapat toko-toko yang menjual barang-barang tradisional serta makanan tradisional bakpia. Di dalam teras Malioboro terasa dingin karena terdapat beberapa AC dan tempat yang teduh. Teras Malioboro satu juga mempunyai spot foto yang unik bagi pengunjung, terdapat patung manusia yang mengenakan belangkon dengan pakaian adat lurik, serta patung kuda kayu, dan terdapat spot foto dengan tulisan Jogja yang besar dan indah.
ADVERTISEMENT
Teras Malioboro bukan sekedar bangunan baru yang menghiasi kota, namun sebuah ruangan di mana kisah-kisah pedagang kaki lima menjadi bagian tak terpisahkan dari keindahan. Para Pedagang Kaki Lima (PKL) kini telah bertranformasi kelebih baik, bermanfaat , dan memudahkan para PKL mengais rejeki di teras Malioboro yang nyaman dan modern.
Teras Malioboro terbagi menjadi dua yakni teras Malioboro satu dan dua, didalam teras Malioboro satu menjual barang-barang buatan tangan terkenal Jogja, baju batik, dan jajanan lokal seperti bakpia. Bangunan itu setinggi dua lantai, seluas 20.000 kaki persegi. Dilengkapi dengan kemudahan seperti eskalator, lift, dan area teduh yang sudah ada sejak tahun 2022.
Para pedagang kaki lima yang bertransformasi dari pedagang kaki lima pinggir jalan menjadi pedagang di teras Malioboro yang nyaman serta adanya fasilitas yang memadai seperti lift, eskalator, dan petugas keamanan. Serta membawa harapan besar bagi para pedagang kaki lima untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik.
ADVERTISEMENT
“Dulu saya kepanasan dan waktu hujan susah untuk berlindung, tapi sekarang saya bisa betah, di tempat yang layak, bersih dan nyaman,” kata Iriani 40 tahun, yang berjualan pakaian di teras di Malioboro.
Alasan dibuatnya teras Malioboro sendiri karena para pedagang kaki lima (PKL) di jalan Malioboro ditertibkan gubernur, begitu juga dengan lahan di jalan Malioboro. Akhirnya para pedagang kaki lima menurutinya hingga dipindahkan ke teras Malioboro.
“Meskipun sekarang lebih baik tetap ada minusnya ya karena tempat untuk setiap pedagang tidak tertata rapih, dan jumlah pengunjung lebih sedikit dibandingkan dulu,” kata Alex, seorang pedagang lukisan tangan dan tas lukis, berusia 45 tahun.
Para pedagang kaki lima (PKL) mengungkapkan ketidakpuasannya karena pengunjung terbilang berkurang saat berpindah ke teras Malioboro yang bersih dan modern. Namun mereka juga bersyukur atas kesempatan pindah ke teras Malioboro, karena tidak perlu mengeluarkan biaya penyimpanan barang dan transportasi karena semuanya aman di sana.
ADVERTISEMENT
“I feel ada vibes traditional sih, also tempatnya juga design modern. for me cool sih karena banyak barang yang represent indonesia banget,” kata Intan Zunnurain berusia 24 tahun, pengunjung dari Brunei Darussalam.
Para pedagang kaki lima (PKL) mencari peluang untuk mendapatkan penghasilan lebih dari pendapatan sehari-hari untuk menemukan identitas baru yang melekat pada kota, menunjukkan kekayaan budaya dan kesungguhan dalam setiap karya yang mereka jual. Selain itu, para PKL saling bersaing dalam menawarkan produk-produk kreatif dalam upaya menarik pelanggan datang ke tokonya. Dan agar teras Malioboro semakin ramah terhadap pengunjung.
“Melihat gedung yang bagus dan banyak makanan membuat saya tertarik untuk masuk keteras Malioboro,” kata salah satu pengunjung mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Nanda Putri Latifiah, 20 tahun.
ADVERTISEMENT
Di dalam teras Malioboro dua juga terdapat banyak makanan seperti dimsum, soto ngapak, Gudeg, Nasi pecel, dan sate kere. Oleh karena itu teras Malioboro membuat pengunjung nyaman, juga pengunjung Malioboro semakin ramai karena jalan Malioboro sudah dibersihkan seluruhnya, tidak ada orang yang berjualan atau sampah yang berceceran di jalanan.
“My first impression of Malioboro is that it reminded me of a well-known place in Kuala Lumpur which is Jalan Tunku Abdul Rahman (TAR). There were so many vehicles in the bustling street including horsecart rides and it was filled with a mix of traditional market stalls and modern shops. There were so many people at Malioboro and the atmosphere was lively, especially at night — live music performances, and the friendliness of locals,” kata Batrisya, 21 tahun, turis asal Malaysia.
Teras Malioboro tak hanya menghiasi jalanan, namun juga menjadi wadah para pedagang kaki lima (PKL) untuk mengekspresikan bakat dan ciri khas kotanya kepada dunia. Jadi orang asing lebih sering mengunjungi teras Malioboro di Yogyakarta, karena sebagian besar pedagang kaki lima menjual produk-produk khas Jogja, dan berhubungan dengan seni, seperti lukisan tangan, tas rajutan tradisional, kain batik, blangkon. Dan di teras Malioboro terdapat fasilitas yang sangat nyaman untuk dikunjungi wisatawan.
ADVERTISEMENT