Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bersihkan GmnI Dari Kaum Avonturis!
10 November 2024 16:11 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dimas Muhammad Erlangga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) telah lama dikenal sebagai organisasi yang setia pada ideologi Marhaenisme dan cita-cita luhur Bung Karno. Sejak berdirinya, GmnI menjadi wadah bagi mahasiswa yang berkomitmen pada perjuangan kaum Marhaen, berusaha memperjuangkan keadilan sosial dan membela hak-hak rakyat tertindas. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, muncul fenomena yang mulai mengaburkan idealisme GmnI. Kaum avonturis – yaitu mereka yang bergabung dengan organisasi ini semata-mata untuk kepentingan pribadi dan popularitas politik – kini semakin merajalela dan mengikis semangat perjuangan sejati di tubuh GmnI. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi kita untuk melakukan gerakan pembersihan dan mengembalikan GmnI pada jati dirinya yang sejati.
ADVERTISEMENT
Kaum avonturis yang bercokol di tubuh GmnI adalah mereka yang memandang organisasi ini sebagai batu loncatan untuk kepentingan pribadi, bukan sebagai tempat untuk memperjuangkan cita-cita bangsa. Mereka masuk ke dalam GmnI tanpa memiliki pemahaman mendalam tentang Marhaenisme atau visi Bung Karno yang berorientasi pada keadilan sosial. Lebih dari itu, kaum avonturis ini sering kali hanya peduli pada jabatan, relasi politik, atau keuntungan materi yang bisa mereka peroleh dari posisi mereka di GmnI. Mereka tidak tertarik untuk benar-benar memajukan agenda perjuangan organisasi, tetapi justru sibuk memperkaya diri sendiri dengan kekuasaan yang mereka peroleh. Inilah sebabnya mengapa keberadaan mereka harus dilawan dan dihentikan.
Salah satu ciri utama kaum avonturis adalah sifat oportunisnya yang begitu kentara. Mereka cenderung mengadaptasi pendirian sesuai dengan situasi dan kepentingan yang menguntungkan diri sendiri. Dalam konteks organisasi mahasiswa, sifat oportunis ini sangat berbahaya karena mereka akan mudah “menjual” cita-cita organisasi demi dukungan atau sponsor dari pihak-pihak tertentu. Bahkan, tak jarang mereka menunggangi nama GmnI untuk kepentingan politik praktis yang tidak relevan dengan nilai-nilai Marhaenisme. Hal ini mengkhianati semangat perjuangan GmnI yang seharusnya independen dan tidak bisa diintervensi oleh kekuatan luar.
ADVERTISEMENT
Marhaenisme yang menjadi dasar perjuangan GmnI menekankan pada kesederhanaan, keberpihakan pada rakyat kecil, serta perjuangan yang ikhlas dan murni tanpa pamrih. Marhaenisme bukanlah sekadar ideologi; ia adalah prinsip moral yang seharusnya diwujudkan dalam setiap tindakan. Kaum avonturis, yang cenderung materialistis dan berambisi pada kekuasaan, sangat bertolak belakang dengan semangat Marhaenisme ini. Oleh sebab itu, jika GmnI ingin tetap eksis dan relevan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat kecil, kaum avonturis harus disingkirkan agar tidak menggerogoti fondasi organisasi ini.
Dampak dari keberadaan kaum avonturis di dalam GmnI juga sangat merugikan bagi pengkaderan organisasi. Kader-kader baru yang bergabung dengan GmnI seharusnya dibekali dengan pemahaman mendalam tentang Marhaenisme dan idealisme perjuangan Bung Karno. Namun, jika yang mereka temui adalah para petualang politik yang hanya sibuk mencari keuntungan pribadi, maka kaderisasi GmnI pun menjadi rusak. Kader-kader muda akan kehilangan arah dan cenderung mengikuti teladan buruk yang ditunjukkan oleh para avonturis. Hal ini bisa menyebabkan pergeseran nilai di dalam tubuh GmnI, dari organisasi perjuangan yang berideologi Marhaenis menjadi organisasi yang semata-mata mementingkan jabatan dan prestise.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kaum avonturis di dalam GmnI juga menjadi penghalang bagi terciptanya solidaritas yang sejati di antara para anggotanya. Semangat gotong royong, kesetiaan, dan keikhlasan yang menjadi ciri khas perjuangan Marhaenisme sering kali dikorbankan oleh mereka yang lebih mementingkan kepentingan pribadi. Akibatnya, terjadi friksi dan perpecahan di dalam tubuh organisasi, yang tentu saja hanya akan melemahkan GmnI secara keseluruhan. Dalam kondisi ini, sulit bagi GmnI untuk menjalankan program-program yang bersifat kolektif karena adanya perbedaan pandangan yang tajam antara mereka yang benar-benar berkomitmen pada perjuangan dan mereka yang sekadar ingin mencari keuntungan pribadi.
Gerakan pembersihan ini harus dimulai dari kesadaran bersama di antara anggota GmnI yang masih berpegang teguh pada prinsip Marhaenisme. Pertama-tama, setiap anggota GmnI harus memiliki komitmen untuk mempertahankan nilai-nilai luhur organisasi dan tidak memberikan tempat bagi kaum avonturis untuk berkembang. Hal ini bisa diwujudkan dengan memperketat proses rekrutmen dan seleksi kader, memastikan bahwa hanya mereka yang benar-benar berkomitmen pada cita-cita organisasi yang dapat diterima sebagai anggota.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pendidikan kader juga harus diperkuat agar setiap anggota baru memahami secara mendalam esensi Marhaenisme dan perjuangan Bung Karno. Pendidikan kader yang berfokus pada pemahaman ideologi akan membantu mereka untuk mengenali dan melawan pengaruh kaum avonturis yang mungkin ada di sekitar mereka. Dengan demikian, GmnI akan lebih kokoh dan mampu menjalankan perjuangannya secara mandiri tanpa intervensi dari pihak-pihak yang hanya ingin memanfaatkan organisasi ini.
Untuk menjaga agar GmnI tidak kembali disusupi oleh kaum avonturis, pengawasan dan evaluasi internal harus diperkuat. Setiap anggota yang terbukti menyalahgunakan posisi dan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi atau politik praktis harus diberikan sanksi tegas, bahkan bila perlu, dikeluarkan dari organisasi. Hal ini penting agar para anggota GmnI yang berkomitmen pada perjuangan dapat merasa aman dan terlindungi dari pengaruh negatif para petualang politik.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, keberadaan kaum avonturis di dalam GmnI merupakan ancaman serius bagi kelangsungan dan keutuhan organisasi ini. Jika kita tidak segera bertindak untuk membersihkan organisasi dari para petualang politik ini, maka GmnI akan kehilangan jati dirinya sebagai organisasi perjuangan yang berlandaskan Marhaenisme. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas kita bersama untuk melawan pengaruh kaum avonturis dan mengembalikan GmnI pada esensi perjuangannya yang asli, yaitu sebagai pembela kaum Marhaen dan rakyat kecil yang membutuhkan pembelaan.
Marilah kita bersatu untuk menjaga kemurnian GmnI dari pengaruh negatif kaum avonturis. Bersihkan GmnI dari mereka yang hanya mementingkan diri sendiri dan kembalikan organisasi ini sebagai wadah perjuangan bagi mahasiswa yang benar-benar setia pada nilai-nilai Marhaenisme. Dengan begitu, GmnI akan terus menjadi organisasi yang kokoh, solid, dan siap memperjuangkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
ADVERTISEMENT