Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Upacara Adat Tumpeng Sewu sebagai salah satu event pariwisata andalan di Banyuwangi
23 Agustus 2017 0:30 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Kang Edai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tumpeng Sewu merupakan adat istiadat suku osing yang berada di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur - Indonesia. Upacara ini dilaksanakan pada minggu malam ataupun kamis malam pertama pada bulan Dzulhijjah dan pada tahun ini tiba pada tanggal 24 Agustus 2017.
ADVERTISEMENT
Tumpeng sewu diawali dengan penjemuran kasur atau matras khas suku osing yang berwarna merah hitam. Kasur tersebut memiliki filosofi yang sangat mendalam tentang keluarga. Warna hitam berarti langgeng atau kekal. Warna merah berarti berani, dalam artian berani untuk berkeluarga dan menjalani kehidupan rumah tangga.
Acara inti adalah selamatan atau tasyakuran sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas kelimpahan rezeki yang telah diberikan serta untuk mengusir bala bencana di Desa Kemiren. Mengapa disebut tumpeng sewu atau tumpeng seribu? Tidak lain karena jumlah tumpeng yang sangat banyak. Karena setiap kepala keluarga minimal wajib membuat satu tumpeng pecel pitik (tumpeng pecel ayam). Acara ini digelar di sepanjang jalan desa Kemiren dan diakhiri dengan makan bersama Tumpeng Pecel Pitik.
ADVERTISEMENT