Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Infrastruktur Sosial Kuat, Kunci Beragama Secara Moderat
7 Agustus 2021 21:56 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Kang Gandhung Fajar Panjalu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Moderasi beragama menjadi term yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama. Moderasi beragama merupakan istilah yang berbeda dengan moderasi agama. Moderasi agama adalah perbuatan yang tidak perlu dilakukan karena agama diturunkan kepada manusia dengan cara dan prinsip yang moderat. Misalnya, agama turun bukan untuk mempersulit kehidupan (QS 20;2), namun juga tidak boleh diremehkan (QS 56; 81).
ADVERTISEMENT
Maknanya, agama telah diturunkan secara moderat dan mengedepankan sifat tengahan (wasathiyah). Tinggal bagaimana perilaku dari pemeluk agama tersebut agar selaras, yakni berperilaku moderat pula. Hal inilah yang didorong melalui program moderasi beragama. Istilah moderasi beragama merujuk kepada ajakan untuk berperilaku seimbang (tawazun, equilibrum) yang dilakukan oleh manusia sebagai pemeluk agama, dalam menjalankan ajaran agamanya.
Moderasi beragama dapat dilakukan jika ditopang dengan infrastruktur sosial yang mendukung. Infrastruktur sosial merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi untuk melakukan suatu hal secara berkualitas. Dalam konteks moderasi beragama infrastruktur sosial yang dibutuhkan adalah adanya talenta antar umat beragama yang secara aktif melakukan komunikasi positif untuk bersama mewujudkan kehidupan sosial yang baik.
Pembangunan infrastruktur fisik secara simbolik memang menyiratkan adanya moderasi. Misalnya dengan membangun jalan tembus dari gereja menuju masjid sebagaimana pembangunan terowongan antara Masjid Istiqlal-Katedral, membangun kompleks peribadatan integratif antara beberapa agama, dan sebagainya. Namun tanpa adanya infrastruktur sosial yang kuat, maka hal tersebut menjadi sekadar lokasi wisata dan selfie semata.
Salah satu ciri kuatnya infrastruktur sosial adalah kemauan dan kemampuan untuk menjalin komunikasi antar umat beragama, guna bersama mewujudkan nilai-nilai universal dalam kehidupan. Keadilan, penegakan hukum, peningkatan kualitas hidup, serta berbagai isu lain dapat didiskusikan dan dieksekusi dalam satu frame yang sama.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ciri lain yang tak kalah penting adalah adanya kemampuan untuk lantang menyuarakan pesan moderasi beragama tersebut pada ruang publik. Salah satunya di media sosial, sebagai sebuah ruang publik yang dapat diakses secara sangat mudah pada era teknologi ini. Hingga saat ini, banyak talenta moderasi beragama yang memilih menjadi “silent reader” di media sosial. Mereka cenderung jarang memberikan postingan maupun membagikan (share) ide moderasi beragama, dan terkadang saja memberikan tanda suka (like) pada postingan bernada moderasi beragama.
Hal ini berbanding terbalik dengan kelompok yang kontra naratif terhadap isu moderasi beragama. Postingannya di media sosial biasanya memiliki jumlah suka dan berbagi yang masif. Ditambah lagi, postingannya biasa diisi dengan narasi yang menyulut emosi bagi siapapun yang membacanya. Sejatinya hal tersebut merupakan bias kebenaran dalam era post-truth. Ketika ada sebuah berita dengan nada mengancam beredar, maka penyebarannya akan sangat cepat dan masif. Berbanding terbalik dengan postingan berisi klarifikasi dari berita tersebut, cenderung sangat lamban bahkan seringkali tidak tersampaikan.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian sebagai wujud dari infrastruktur sosial yang kuat, maka harus muncul agen moderasi beragama. Sosok yang mampu membangun narasi positif berisi pesan moderasi beragama, serta mempublikasikannya di media sosial. Generasi muda sebagai komponen yang dianggap dekat dengan media sosial harus mengambil peran tersebut dengan baik. Menjadi generasi penerus yang siap menjadi talenta yang berkualitas serta meramaikan media sosial dengan pesan moderasi beragama.
-------------------------------------------------------------------------
Oleh : Gandhung Fajar Panjalu
Wakil Ketua Forum Kerukunan Generasi Muda Antar Umat Beragama (FORKUGAMA) Jawa Timur