PWNU Jatim Gelar "Halaqoh Bu Nyai Inspiratif" di Pondok Al-Falah Ploso Kediri

Fahrur Rozy
Bermanfaat bagi orang lain , di lain hari akan ada saja orang baik yang menolong kita.
Konten dari Pengguna
17 November 2022 17:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fahrur Rozy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Halaqoh Bu Nyai Inspiratif
zoom-in-whitePerbesar
Halaqoh Bu Nyai Inspiratif
ADVERTISEMENT
Serial perdana Halaqoh Bu Nyai Inspiratif yang diinisiasi oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur akan berlangsung di Ponpes Al-Falah, Ploso, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (17/11). Event ini bertujuan untuk mengangkat kisah-kisah inspiratif dari sisi perempuan atau Ibu Nyai, yang banyak diasumsikan hanya mengikuti jejak suami sebagai pengasuh pesantren alias mengajar ngaji.
ADVERTISEMENT
“Padahal, peran Bu Nyai itu sangat vital bagi pondok pesantren. Seperti Bu Nyai Rodliyah Djazuli, yang menjadi topik Halaqoh Bu Nyai Inspiratif #1. Beliau ini orang di balik layar hingga Ponpes Al-Falah ini menjadi besar seperti sekarang”, kata KH Abdussalam Shohib atau Gus Salam, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur sebagai ketua panitia acara, Rabu (16/11).
Rumah Pusaka Mbah Mesir, Kakek Mbah Nyai Rodliyah
Gus Salam menyatakan, Bu Nyai Rodliyah yang tak lain cucu dari KH Mesir Durenan ini pernah berpesan pada suaminya untuk fokus mengaji. “Dalam bahasa Indonesia kurang lebih begini: Sudah, njenengan (Anda) mengajar atau ngaji saja. Saya yang ngurusi uang saku (keuangan)”, jelas kiai muda Pengasuh Pondok Pesantren Manbaul Ma’arif Denanyar, Jombang tersebut.
Bu Nyai Rodliyah menikah dengan KH Ahmad Jadzuli pada 1930, atau lima tahun setelah Ponpes Al-Falah berdiri dalam bentuk madrasah yang pada awalnya tidak memiliki gedung, sehingga proses belajar mengajar bertempat di serambi masjid.
ADVERTISEMENT
“Ucapan tersebut dibuktikan oleh Bu Nyai Rodliyah, untuk memenuhi kebutuhan keluarga beliau memiliki usaha kecil-kecilan mulai berjualan sayur mayur di depan rumah, berdagang kain keliling desa dengan berjalan kaki sembari menggendong kain, dan membuka warung untuk kebutuhan santri”, tambah Gus Salam
Tidak berhenti untuk mencari nafkah bagi keluarga, Bu Nyai Rodliyah juga aktif menata organisasi kepengurusan pondok, mengurus keuangan dan anggaran belanja. “Beliau bisa dibilang sosok multitasking (serba bisa); sebagai ibu rumah tangga, manager, bendahara hingga keamanan pondok,” jelas Gus Salam yang mengutip buku Nyai Rodliyah Djazuli – Ummul Ma’had Al-Falah Ploso Kediri.
Nur Muhyar Ketua LPNU Kota Kediri, bersama Gus Salam
Ketua Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) Kota Kediri Nur Muhyar menjelaskan, event Halaqoh Bu Nyai Inspiratif ini adalah gagasan brilian dari PWNU Jatim, agar peran besar Ibu Nyai di pesantren-pesantren di lingkungan Nahdlatul Ulama tidak dikecilkan atau hanya istri Kiai, yang dianggap hanya bisa mengaji.
ADVERTISEMENT
“Faktanya pada masa penjajahan Jepang, Ibu Nyai Rodliyah bahkan pernah meminta KH Ahmad Jazuli untuk melepas atribut pemerintahan Jepang saat dipaksa menjadi camat. Karena Bu Nyai tidak mau proses belajar mengajar di pesantren terganggu. Intinya beliau (Bu Nyai) mengambil alih tugas untuk mencukupi ekonomi keluarga dan pesantren”, ungkap Nur Muhyar.
“Kami di LPNU juga menjadikan perempuan sebagai ujung tombak di pelatihan-pelatihan yang kami gelar. Jadi kalau dulu perempuan itu identik dengan urusan konsumsi, sekarang mereka adalah subjek dari pelatihan-pelatihan yang kami gelar, mulai soal manajemen keuangan, digital marketing, pengembangan UMKM dan program-program lainnya”, tutup Nur Muhyar.