Konten dari Pengguna

Mengatasi Burnout di Tempat Kerja: Pendekatan Holistik

Syuryatman Desri
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas
10 Oktober 2024 9:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Syuryatman Desri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Canva
ADVERTISEMENT
Burnout di tempat kerja telah menjadi isu yang semakin mendesak dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah pandemi COVID-19 yang mengubah cara kita bekerja. Banyak karyawan mengalami stres yang berkepanjangan, kelelahan emosional, dan penurunan produktivitas akibat tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dan ketidakpastian yang melingkupi lingkungan kerja. Dalam konteks ini, pendekatan holistik untuk mengatasi burnout menjadi semakin relevan. Pendekatan ini tidak hanya menargetkan gejala tetapi juga akar penyebab dari masalah tersebut dengan mempertimbangkan aspek fisik, mental, dan emosional dari individu.
ADVERTISEMENT
Definisi dan Penyebab Burnout
Burnout didefinisikan sebagai kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres berkepanjangan, terutama di lingkungan kerja. Menurut Maslach dan Leiter (2016), burnout terdiri dari tiga komponen utama: kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan pencapaian pribadi. Beberapa penyebab umum burnout termasuk beban kerja yang berlebihan, kurangnya dukungan sosial, dan ketidakjelasan peran dalam pekerjaan (Schaufeli & Bakker, 2004).
Pendekatan Holistik dalam Mengatasi Burnout
Pendekatan holistik mengakui bahwa seseorang adalah kesatuan dari berbagai aspek kehidupan yang saling berinteraksi. Oleh karena itu, dalam mengatasi burnout, penting untuk memperhatikan aspek fisik, mental, emosional, dan sosial. Beberapa strategi dalam pendekatan holistik ini meliputi:
1. Manajemen Stres
Teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, dan pernapasan dalam dapat membantu individu mengurangi tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan. Penelitian menunjukkan bahwa praktik mindfulness dapat mengurangi gejala burnout (Kabat-Zinn, 1990).
ADVERTISEMENT
2. Dukungan Sosial
Membangun jaringan dukungan sosial di tempat kerja sangat penting. Hubungan yang baik dengan rekan kerja dan atasan dapat memberikan rasa aman dan mengurangi perasaan terisolasi yang sering dialami oleh karyawan yang mengalami burnout (Halbesleben, 2006).
3. Pengembangan Karir
Memberikan kesempatan untuk pengembangan karir dan pelatihan dapat meningkatkan keterlibatan karyawan dan memberikan rasa pencapaian. Karyawan yang merasa bahwa mereka dapat berkembang dalam pekerjaan mereka cenderung lebih termotivasi dan kurang rentan terhadap burnout (Bakker & Demerouti, 2008).
4. Fleksibilitas Kerja
Menerapkan kebijakan fleksibilitas kerja, seperti kerja dari rumah atau jam kerja yang dapat disesuaikan, dapat membantu karyawan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas kerja dapat mengurangi stres dan meningkatkan kepuasan kerja (Hill et al., 2001).
ADVERTISEMENT
5. Kesehatan Fisik
Memperhatikan kesehatan fisik melalui olahraga dan pola makan yang baik juga sangat penting dalam mengatasi burnout. Kegiatan fisik dapat meningkatkan mood dan energi, serta mengurangi gejala depresi dan kecemasan (Craft & Perna, 2004).
Manfaat Pendekatan Holistik
Pendekatan holistik menawarkan banyak manfaat bagi individu dan organisasi. Beberapa manfaat utama termasuk:
1. Peningkatan Kesejahteraan Karyawan
Dengan mengadopsi pendekatan holistik, karyawan merasa lebih diperhatikan dan didukung, yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
2. Peningkatan Produktivitas
Karyawan yang sehat secara fisik dan mental cenderung lebih produktif. Dengan mengurangi burnout, organisasi dapat meningkatkan kinerja keseluruhan (Hakanen et al., 2006).
3. Pengurangan Tingkat Pergantian Karyawan
Organisasi yang mendukung kesehatan mental dan fisik karyawan akan melihat pengurangan tingkat pergantian karyawan. Hal ini mengurangi biaya terkait rekrutmen dan pelatihan karyawan baru (Griffeth et al., 2000).
ADVERTISEMENT
4. Budaya Kerja yang Positif
Pendekatan holistik dapat menciptakan budaya kerja yang lebih positif, di mana karyawan merasa nyaman untuk berbagi masalah dan mencari dukungan.
Kendala di Masa Depan
Meskipun pendekatan holistik menawarkan banyak manfaat, ada beberapa kendala yang mungkin dihadapi di masa depan:
1. Stigma Terhadap Kesehatan Mental
Meskipun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental meningkat, masih ada stigma yang terkait dengan masalah kesehatan mental di tempat kerja. Karyawan mungkin enggan untuk mencari bantuan karena takut dihakimi (Corrigan, 2004).
2. Sumber Daya Terbatas
Tidak semua organisasi memiliki sumber daya yang cukup untuk menerapkan program-program holistik. Hal ini terutama berlaku untuk organisasi kecil yang mungkin tidak memiliki anggaran untuk program kesejahteraan yang komprehensif.
ADVERTISEMENT
3. Ketidakpastian Ekonomi
Dengan berbagai ketidakpastian ekonomi yang terjadi, organisasi mungkin lebih fokus pada efisiensi biaya daripada investasi dalam kesejahteraan karyawan.
4. Perubahan dalam Lingkungan Kerja
Dengan peningkatan kerja remote, ada tantangan baru dalam menciptakan koneksi sosial dan dukungan di antara karyawan yang tidak berada di lokasi yang sama (Rudolph et al., 2020).
Dalam mengatasi burnout di tempat kerja melalui pendekatan holistik adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Dengan fokus pada aspek fisik, mental, dan sosial, organisasi dapat membantu karyawan mengatasi stres dan mencapai kesejahteraan yang lebih baik. Meskipun ada kendala yang perlu diatasi, manfaat yang ditawarkan oleh pendekatan ini jauh lebih besar. Ke depannya, penting bagi organisasi untuk berkomitmen pada strategi yang mendukung kesehatan mental dan fisik karyawan, agar dapat menghadapi tantangan dan menciptakan budaya kerja yang positif.
ADVERTISEMENT