Konten dari Pengguna
Bahasa: Cermin Budaya dan Identitas Bangsa
18 Mei 2025 8:40 WIB
·
waktu baca 5 menitKiriman Pengguna
Bahasa: Cermin Budaya dan Identitas Bangsa
Bahasa mencerminkan budaya dan identitas bangsa. Ia alat pemersatu, pewaris nilai, dan jati diri. Menjaga bahasa berarti menjaga warisan, sejarah, dan kekayaan budaya bangsa di tengah arus globalisasikaren hisea

Tulisan dari karen hisea tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bahasa adalah salah satu anugerah terbesar dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, dan aspirasi mereka. Bahasa tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga menjadi medium penting dalam mentransmisikan pengetahuan, nilai-nilai sosial, dan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks kebangsaan, bahasa memiliki kedudukan yang sangat strategis. Ia mencerminkan identitas suatu kelompok masyarakat, baik dalam skala suku maupun bangsa. Bahasa tidak hanya membedakan satu kelompok dari yang lain, tetapi juga menjadi perekat dalam membangun solidaritas dan rasa kebersamaan. Oleh karena itu, mempelajari dan memahami fungsi bahasa bukan hanya penting secara linguistik, tetapi juga secara sosial, budaya, dan politik.
Bahasa sebagai Cermin Budaya
Bahasa adalah manifestasi dari budaya suatu masyarakat. Apa yang dikatakan seseorang, cara mereka berbicara, bahkan struktur kalimat yang digunakan mencerminkan bagaimana masyarakat tersebut berpikir dan berperilaku. Misalnya, dalam masyarakat Jawa, bahasa dipengaruhi oleh sistem tingkatan sosial yang dikenal sebagai unggah-ungguh basa atau tata krama dalam berbicara. Terdapat bahasa Jawa krama (halus) dan ngoko (kasar) yang digunakan berdasarkan status sosial atau hubungan kekerabatan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi kesopanan dan hierarki sosial.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, peribahasa dan ungkapan lokal mengandung nilai-nilai budaya yang kaya. Contohnya, dalam budaya Minangkabau dikenal ungkapan "adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah", yang menggambarkan bahwa adat istiadat mereka berlandaskan agama. Kosakata dalam suatu bahasa juga bisa menunjukkan kedekatan masyarakat dengan alam dan lingkungan. Misalnya, masyarakat yang tinggal di pegunungan memiliki banyak kata untuk menyebut berbagai jenis kabut, tanah, dan batu, yang tidak ditemukan dalam kosakata masyarakat pesisir. Dengan demikian, bahasa adalah cermin dari cara hidup, pandangan dunia (worldview), dan nilai-nilai suatu masyarakat. Ia tidak bisa dilepaskan dari budaya yang melahirkannya.
Bahasa sebagai Identitas Bangsa
Bahasa bukan hanya identitas personal, tetapi juga identitas kolektif suatu bangsa. Bahasa Indonesia, misalnya, menjadi simbol persatuan bangsa Indonesia yang terdiri dari ratusan suku dan bahasa daerah. Dalam Sumpah Pemuda 1928, para pemuda menyatakan "menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia". Pernyataan tersebut bukan sekadar deklarasi linguistik, tetapi merupakan penegasan identitas nasional.
ADVERTISEMENT
Bahasa memiliki kekuatan simbolik yang besar. Ia menjadi alat perjuangan dalam membangun kesadaran nasional dan memperjuangkan kemerdekaan. Bahasa Indonesia sendiri lahir dari proses integrasi dan nasionalisme. Penggunaan bahasa ini dalam administrasi, pendidikan, media massa, dan kehidupan sehari-hari memperkuat identitas bangsa dan memperkecil kesenjangan antar kelompok etnik.
Ketika suatu bangsa kehilangan bahasanya, maka hilang pula sebagian dari identitas dan sejarahnya. Bahasa adalah bukti eksistensi suatu peradaban. Oleh karena itu, menjaga bahasa berarti menjaga keberlanjutan nilai-nilai, memori kolektif, dan warisan budaya yang dimiliki suatu bangsa.
Tantangan Globalisasi terhadap Bahasa dan Budaya
Di era globalisasi, tantangan terhadap eksistensi bahasa semakin nyata. Penyebaran budaya populer Barat, dominasi bahasa Inggris di berbagai sektor, serta kecenderungan masyarakat muda untuk meninggalkan bahasa ibu menjadi tantangan serius.
ADVERTISEMENT
Fenomena code-switching (alih kode) atau code-mixing (campur kode) semakin sering terjadi, terutama di media sosial. Contoh: "Aku lagi meeting, nanti kita catch up ya." Meskipun ini dianggap wajar dalam komunikasi modern, jika tidak disertai dengan kesadaran terhadap penggunaan bahasa yang baik, maka lambat laun dapat menggerus keaslian dan kekayaan bahasa kita.
Selain itu, bahasa daerah mengalami ancaman punah. Data dari UNESCO menunjukkan bahwa banyak bahasa lokal di Indonesia terancam punah karena tidak lagi digunakan oleh generasi muda. Padahal, bahasa daerah merupakan bagian dari kekayaan budaya nasional.
Globalisasi juga mendorong homogenisasi budaya. Dalam situasi ini, bahasa yang tidak mampu bersaing atau tidak dijaga dengan baik akan tergeser. Maka dari itu, tantangan globalisasi harus dihadapi dengan strategi pelestarian bahasa yang cerdas dan adaptif.
ADVERTISEMENT
Upaya Pelestarian Bahasa sebagai Warisan Budaya
Untuk menjaga bahasa sebagai identitas dan cermin budaya bangsa, perlu adanya upaya nyata dalam pelestariannya. Salah satu langkah utama adalah melalui pendidikan. Sekolah harus menjadi ruang di mana siswa tidak hanya diajarkan tata bahasa, tetapi juga dimotivasi untuk mencintai dan bangga terhadap bahasa sendiri. Kurikulum bahasa Indonesia dan muatan lokal seperti bahasa daerah perlu diperkuat.
Media massa juga memegang peran penting dalam pembentukan kesadaran bahasa. Tayangan televisi, radio, buku, film, dan platform digital harus menjadi sarana yang menghidupkan kembali kosakata dan ungkapan khas Indonesia maupun daerah. Teknologi digital bisa digunakan untuk membuat kamus daring, aplikasi belajar bahasa daerah, atau konten kreatif seperti podcast dan video pendek berbahasa lokal.
Peran generasi muda sangat krusial. Mereka adalah pewaris budaya bangsa. Jika generasi muda sadar akan pentingnya bahasa dan mau melestarikannya dalam kehidupan sehari-hari, maka bahasa akan terus hidup. Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta mempelajari bahasa ibu bukanlah sesuatu yang kuno, tetapi wujud dari kecintaan terhadap identitas nasional.
ADVERTISEMENT
Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan cerminan nilai-nilai budaya dan identitas suatu bangsa. Melalui bahasa, kita dapat memahami bagaimana suatu masyarakat berpikir, merasa, dan berinteraksi. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu telah menjadi fondasi penting dalam membangun kesadaran nasional.
Namun, di tengah arus globalisasi, eksistensi bahasa nasional dan daerah menghadapi tantangan besar. Oleh karena itu, kita semua pemerintah, pendidik, media, dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk menjaga, mengembangkan, dan melestarikan bahasa sebagai bagian dari warisan budaya yang tak ternilai. Menjaga bahasa berarti menjaga jati diri bangsa. Tanpa bahasa, bangsa kehilangan wajahnya, sejarahnya, dan masa depannya.