Kisi-Kisi Jadi Wujud 'Secondary Skin' pada Bangunan

Karensa Agnes
Parahyangan Catholic University student majoring in Architecture.
Konten dari Pengguna
18 Januari 2022 22:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Karensa Agnes tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kisi-kisi. Foto : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kisi-kisi. Foto : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Manusia dan lingkunganya merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling bergantung satu sama lain. Manusia memerlukan lingkungan untuk hidup, demikian pula sebaliknya lingkungan memerlukan manusia agar terus dirawat dengan baik.
ADVERTISEMENT
Namun, tidak jarang terjadi permasalahan lingkungan akibat kelalaian dan sikap egois manusia. Saat ini, global warming atau pemanasan global merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang menjadi poin penting bagi arsitek dalam dunia arsitektur.
Permasalahan ini sudah semakin mengkhawatirkan, salah satunya ditandai dengan munculnya suatu fenomena Sick Building Syndrome. Yaitu permasalahan kesehatan dan ketidaknyamanan karena kondisi kualitas udara dan polusi udara yang buruk baik di dalam bangunan maupun lingkungan di sekitar bangunan akibat penggunaan ventilasi yang buruk hingga kurangnya pencahayaan alami dalam bangunan sehingga mempengaruhi produktivitas penghuni.
Dengan salah satu strategi, yaitu strategi sustainable building, permasalahan tersebut dapat diminimalisir. Sustainable building merupakan sebuah strategi bagaimana mewujudkan dan menerapkan sebuah bangunan yang berkelanjutan yang memfokuskan pada ruang lingkup kehidupan manusia dan strategi dalam menggunakan sumber energi alami dan bukaan buatan seperti strategi pencahayaan alami, ventilasi alami, dan energi matahari dalam perwujudan desain yang menggunakan tenaga alam dan tidak menggunakan tenaga dan sumber daya buatan.
ADVERTISEMENT
Kisi-kisi atau kerawang merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan dalam mengatasi permasalahan pemanasan global serta fenomena sick building syndrome. Sehingga pemanfaatan kisi-kisi harus dioptimalkan untuk menciptakan bangunan yang memiliki sirkulasi udara sekaligus pencahayaan yang baik.

Konsep secondary skin dengan penerapan kisi-kisi.

Kisi-kisi sebagai secondary skin. Foto : istockphoto.com
Kisi-kisi atau karawang adalah pola berselang-seling yang saling berpotongan, yang biasanya terbuat dari kayu atau logam. Kisi-kisi memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah untuk memungkinkan cahaya dan aliran udara masuk ke suatu area, sebagai rangka struktural, menambahkan privasi pengguna, sebagai elemen dekoratif, atau juga sebagai kombinasi fungsi dari semua yang telah disebutkan.
Sebuah review pada reaksi pengguna terhadap lingkungan dalam bangunan menyatakan bahwa tersedianya pencahayaan alami secara optimal sangat diinginkan karena memenuhi dua kebutuhan dasar manusia, kebutuhan visual untuk melihat baik bidang kerja maupun ruangan dan untuk mengalami stimulasi lingkungan dari efek pencahayaan tersebut (Boyce, 1998 dalam IEA, 2000).
ADVERTISEMENT
Saat ini, sistem kisi-kisi modern didesain dengan tujuan mengontrol kondisi pencahayaan alami pada siang hari, agar pencahayaan alami tetap masuk, namun dibatasi supaya cahaya membaur terlebih dahulu dan tidak silau. Kisi-kisi juga menjadi salah satu perwujudan dari konsep secondary skin pada bangunan, yaitu konsep yang mengibaratkan bangunan sebagai ‘kulit’ manusia.
Bangunan merupakan tempat perlindungan bagi tubuh manusia, sehingga bangunan harus dirancang sesuai dengan iklim dan kondisi lingkungan yang ada. Konsep secondary skin atau kulit kedua diambil dari gambaran kulit manusia dan pakaiannya, dan konsep ini dibuat manakala ‘kulit’ bangunan satu lapis saja tidak cukup untuk mengatasi dampak iklim.
Kisi-kisi menjadi secondary skin yang umum ditemukan pada bangunan di Indonesia, cuaca hujan dan panas menjadikan kisi-kisi sangat bermanfaat untuk bangunan di Indonesia.
ADVERTISEMENT

Kisi-kisi sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan Sick Building Syndrome.

Keefektifan dari kisi-kisi juga ditentukan oleh bentuk dan arah hadapnya terhadap sudut datang vertikal dan horizontal sinar matahari sepanjang tahun. Sebenarnya, kisi-kisi akan lebih efektif jika diletakkan diluar daripada di dalam ruang, karena dapat menghalangi sinar matahari sebelum mencapai dinding atau jendela.
Selain menjadi penghalang bagi sinar matahari, kisi-kisi juga menjadi ‘pemecah’ udara yang akan masuk ke dalam bangunan. Seringkali, ketika kita ingin membuka jendela atau sliding door untuk mendapatkan pergantian udara, udara yang masuk justru terlalu besar, sehingga membuat suhu ruang menjadi tidak stabil.
Dengan adanya secondary skin berupa kisi-kisi, mampu menjadi sebuah ‘penahan’ agar udara yang masuk tidak terlalu besar dan suhu di dalam ruangan pun akan tetap stabil.
ADVERTISEMENT
Namun, saat ini kisi-kisi tidak hanya ditemukan pada fasad bangunan saja, kisi-kisi juga dapat digunakan sebagai pembatas antara ruang 1 dengan ruang yang lain, misalnya antara ruang tamu dan ruang dalam rumah atau juga digunakan untuk secondary skin pada bidang horizontal (atap). Atap pada rumah yang menggunakan material transparan seperti kaca atau material lain, tidak jarang dipadu padankan dengan kisi-kisi, sehingga memberikan bayangan mengikuti bentuk kisi, yang dinilai memiliki nilai estetis tersendiri.

Kisi-kisi cocok digunakan pada bangunan di Indonesia

Indonesia yang hanya memiliki 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan, menjadikan bangunan yang ada tidak perlu penyesuaian khusus seperti bangunan di negara lain yang memiliki 4 musim. Desain bangunan menggunakan kisi-kisi sebagai bagian dari konsep secondary skin sangat cocok untuk digunakan. Kisi-kisi tersebut bisa masuk dan menyesuaikan terhadap 2 musim, kemarau dan penghujan.
ADVERTISEMENT
Pada saat musim kemarau, kisi-kisi menjadi media ‘penahan’ cahaya dan panas, agar tidak langsung masuk ke dalam bangunan. Ada cahaya dan panas yang tertahan oleh kisi-kisi, dan juga memberikan kesan estetis serta homey tersendiri pada ruang dalam bangunan tersebut. Selain itu, pada musim penghujan, udara biasanya jauh lebih besar dan dingin, dengan adanya kisi-kisi, udara akan tertahan sehingga udara yang masuk tidak ‘ekstrim’ dan suhu dalam ruangan akan tetap stabil.
Maka dari itu, berdasarkan pandangan saya, penggunaan kisi-kisi sebagai bagian dari konsep secondary skin pada sebuah bangunan merupakan hal yang cocok untuk diterapkan. Khususnya pada bangunan di Indonesia, penggunaan kisi-kisi akan sangat efektif, karena kisi-kisi sesuai untuk digunakan baik pada musim kemarau maupun penghujan.
ADVERTISEMENT
Penggunaan kisi-kisi ini berpengaruh terhadap penghuni di dalamnya, kisi-kisi dapat menjadi bagian elemen dekoratif, baik untuk dalam bangunan maupun juga untuk fasad bangunan. Selain itu, kisi-kisi dapat mengoptimalkan cahaya dan udara yang akan masuk ke dalam bangunan. Sehingga, cahaya dan udara yang masuk tidak terlalu berlebihan dan tidak akan mengganggu aktivitas penghuni di dalamnya. Serta memberikan kesan homey dan sehat pada bangunan karena mendapatkan cahaya alami dan memiliki sirkulasi udara yang baik.