Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Apa Dampak Perubahan Pedagogi di Era Pandemi? (Teori Akomodasi Komunikasi)
28 Agustus 2023 20:36 WIB
Tulisan dari Karina Aletheia Victor tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada 21 Juni 2023 kemarin Presiden Jokowi menyatakan pandemi COVID-19 resmi beralih menjadi endemi di Indonesia. Akhirnya setelah 3 tahun berlalu, pandemi sudah berakhir! Perubahan status ini membuat kehidupan masyarakat pelan-pelan kembali seperti sebelum dunia mengenal covid. Nah, kalian sadar gak sih kalau pandemi COVID-19 ini mengakibatkan banyak perubahan di masyarakat? Tidak hanya wajib menggunakan masker saja, tetapi pandemi membuat segala kegiatan dibatasi oleh jarak, salah satunya adalah pedagogi atau pendidikan. Penasaran? Yuk simak sampai habis!
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 membuat hampir 127 juta sekolah di dunia harus beralih dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring atau jarak jauh. Di Indonesia sendiri, sekitar 407,000 sekolah dengan 3.4 juta guru di Indonesia terkena dampak dari pandemi COVID-19. (Prasetyo, 2018). Maka dari itu, Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan mewajibkan tiap sekolah untuk melaksanakan pembelajaran daring bagi siswa-siswi agar kegiatan pedagogi tetap berjalan. Perubahan yang tiba-tiba ini mengakibatkan pergeseran proses belajar mengajar, yang salah satunya terjadi di SMA Petra 1 Surabaya.
Ternyata fenomena ini juga menarik kalau diteliti secara akademik loh, khususnya melalui teori akomodasi komunikasi! Pada artikel kali ini, penulis mau membahas penelitian yang dilakukan terhadap guru dan siswa-siswi SMA Petra 1 Surabaya mengenai konseling pedagogi saat COVID-19 yang ditinjau dari teori tersebut.
Nah sebelum membahas lebih lanjut, apa sih teori akomodasi komunikasi? Menurut Budyatna (2015), teori akomodasi komunikasi adalah salah satu teori komunikasi interpersonal yang memfokuskan pada interaksi dan pola perilaku antara satu individu dengan individu lainnya ketika berkomunikasi, baik menerima respon maupun memberikan tanggapan. Teori ini memiliki asumsi yaitu mendiskusikan perbedaan atau kesamaan yang muncul ketika berkomunikasi sehingga memunculkan pandangan baru tentang cara berkomunikasi dengan orang lain (Gamble & Gamble, 2013).
ADVERTISEMENT
Dalam teori ini beberapa karakteristik seperti akomodasi (proses individu dalam mengurangi atau menambahkan hal-hal yang berbeda ketika sedang berinteraksi dengan orang lain), ketidakakomodasian (hambatan yang muncul dalam proses berkomunikasi) dan simetri (upaya untuk memperkuat komunikasi antar individu).
Dari sisi akomodasi, siswa-siswi dan para guru di SMA Petra 1 Surabaya harus menambahkan hal-hal baru, seperti pemanfaatan internet untuk proses belajar mengajar. Tidak hanya itu, mereka juga menggunakan aplikasi seperti zoom, LINE, hingga Whatsapp Messenger sebagai media untuk pembelajaran. Dampak positifnya, koordinasi antar guru konseling dan siswa-siswi menjadi lebih mudah, karena proses komunikasi dan mengumpulkan tugas bisa dilakukan secara online.
Tetapi juga mucul ketidakakomodasian, seperti munculnya faktor susah sinyal ataupun perangkat elektronik yang error sehingga menghambat proses belajar mengajar di SMA Petra 1 Surabaya. Salah satu guru menyatakan bahwa jaringan yang buruk, suara yang terputus-putus itu menjadi masala dalam proses belajar daring. Ia juga berusaha untuk berempati dengan siswa-siswi yang mengalami masalah tersebut.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu dibutuhkan simetri atau upaya agar proses pedagogi dalam jaringan ini bisa berjalan dengan maksimal. Dalam hal ini, baik guru konseling maupun siswa-siswi SMA Petra 1 Surabaya merasa penting untuk menjalin komunikasi secara online agar pembelajaran dapat berjalan secara maksimal. Para guru mulai mengubah gaya bahasa ketika mengajar daring dengan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Siswa-siswi juga lebih aktif dan mengerjakan tugas secara mandiri walaupun tidak dipantau secara langsung.
Jadi dari penelitian yang sudah dilakukan, kita bisa simpulkan bahwa banyak sekali perubahan cara komunikasi yang terjadi pada pedagogi saat COVID-19. Untungnya para siswa dan guru di SMA Petra 1 Surabaya berhasil dalam menghadapi perubahan dan mau sama-sama bekerjasama di tengah pembelajaran daring selama COVID-19 berlangsung. Nah, kalau kamu disuruh memilih, pembelajaran mana yang lebih menyenangkan, Offline atau online? Yuk beri komentar di bawah!
ADVERTISEMENT
Sumber: Swastika, G. L. D., & Naftali, A. N. (2023). Counseling Pedagogy during Covid-19 Pandemic: A Study of Communication Accommodation Theory. Jurnal Communio: Jurnal Jurusan Ilmu Komunikasi, 12(2), 338-349.