Atasi Stres Kerja dengan Coping Mechanism yang Baik

Konten Media Partner
15 November 2019 7:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi coping mechanism | Photo from Tumisu on Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi coping mechanism | Photo from Tumisu on Pixabay
ADVERTISEMENT
Di era dimana tuntutan pekerjaan semakin tinggi, tingkat stres individual di kota-kota produktif juga kian meningkat. Munculnya berbagai masalah psikologis mulai dari depresi hingga kecemasan berlebihan merupakan dampak utama dari tingginya tingkat stres.
ADVERTISEMENT
anyak professional muda, khususnya pekerja kantoran, tidak tahu bahwa stress dapat dikelola sehingga sering kali gonta ganti pekerjaan karena tidak mampu menangani stres yang ditimbulkan pekerjaan tersebut.
Aggapan bahwa pekerjaan yang menimbulkan stres berarti pekerjaan tersebut tidak cocok bagi yang menjalaninya menyebabkan banyak individu dari golongan pekerja kerah putih mengalami quarter life crisis karena mereka kesulitan menemukan pekerjaan yang dimana mereka bisa benar – benar enjoy.
Perlu diketahui bahwa stres wajar timbul dalam semua bidang pekerjaan. Bahkan ketika kita melakukan pekerjaan yang kita suka sekalipun. Untuk meminimalisasi dampak stres, kalian perlu memiliki coping mechanism.
Didefinisikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan untuk menanggulangi tekanan psikologis yang timbul dari keadaan yang menyebabkan stres dan trauma, coping mechanism sebenarnya sudah kita lakukan sehari-hari secara tidak sadar. Contohnya menonton video lucu untuk menghilangkan stres.
ADVERTISEMENT
Coping mechanism sendiri terbagi menjadi active (aktif) atau avoidant (menghindar). Active coping mechanism biasanya melibatkan kesadaran akan penyebab stress dan upaya untuk mengurangi stres tersebut. Sebaliknya, avoidant coping mechanism mengatasi perasaan tertekan dengan cara mengalihkan perhatian kita dari masalah tersebut.
Tidak semua coping mechanism itu positif. Adapun coping mechanism yang hanya untuk mengalihkan kita dari perasaan stres tapi tidak menyelesaikan masalah itu sendiri itu justru akan mengarah ke kebiasaan yang tidak sehat. Meskipun mereka bekerja untuk sementara waktu, tapi tidak efektif untuk jangka panjang. Coping mechanism jenis ini dikenal sebagai "maladaptive coping mechanism."
Avoidant coping mechanism berpotensi menjadi maladaptive coping mechanism apabila tidak dikendalikan. Beberapa kebiasaan buruk seperti kecanduan sosial media hingga main game tak kenal waktu sebenarnya bisa jadi berakar dari maladaptive coping mechanism. Orang yang kecanduan dengan maladaptive coping mechanism bisa jadi melakukannya karena masalah psikologis yang tidak terselesaikan, misalnya minder hingga depresi.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, coping mechanism yang sehat dan efektif melibatkan identifikasi masalah yang menyebabkan stres dan kemudian mengembangkan dan menerapkan beberapa solusi untuk mengatasinya. Coping mechanism yang bisa dibilang merupakan gabungan dari avoidant dan active ini disebut adaptif.
Bentuk aplikasi coping mechanism dalam dunia kerja bisa dianalogikan seperti ini; terjadi sebuah masalah di tempat kerja yang membuat anda dimarahi atasan dan teman sekerja. Tentunya hal ini membuat anda merasa bersalah dan tertekan. Dengan melakukan coping mechanism adaptif, yang akan anda lakukan pertama adalah berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaikinya, meminta maaf, dan bersedia menanggung konsekuensinya (active).
Kemudian untuk menghilangkan rasa tertekan dan bersalah yang biasanya mengikuti, anda melakukan kegiatan coping mechanism yang lain seperti menceritakan hal tersebut ke orang lain, menonton video yang lucu, bahkan bisa juga menjadikan kejadian tersebut sebagai cerita lucu (avoidant).
ADVERTISEMENT
Tanpa kita perlu berusaha untuk melakukan coping mechanism, sebenarnya coping mechanism tersebut sudah terbentuk dari pengalaman hidup kita. Coping mechanism yang dilakukan berulang-ulang bisa mempengaruhi watak kita. Oleh sebab itu, sekarang adalah waktu yang tepat untuk memeriksa apakah kita tanpa sadar telah mempunyai coping mechanism yang salah, yang menghambat pengembangan diri dan memperlambat performa kerja kita.
Jika kalian mengalami periode dimana kalian merasa tidak produktif dan selalu terjebak dalam masalah psikologis, sudah waktunya kalian mengevaluasi mekanisme manajemen stres kalian. Ingat, di dunia kerja kemampuan EQ sama pentingnya dengan IQ. Jika kalian menyadari kalian selama ini melakukan coping mechanism yang salah, belum terlambat untuk berubah. (Cintya Cahyani )
#terusberkarya
ADVERTISEMENT