Billy Chailani, Penerima Beasiswa LPDP Inspiratif Asal Samarinda

Konten Media Partner
28 November 2019 15:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Billy Chailani, penerima beasiswa LPDP inspiratif asal Samarinda yang kini sedang mengenyam pendidikan di Universitas New York | Photo by Billy Chailani (Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Billy Chailani, penerima beasiswa LPDP inspiratif asal Samarinda yang kini sedang mengenyam pendidikan di Universitas New York | Photo by Billy Chailani (Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
Melanjutkan studi ke luar negeri tentu menjadi impian bagi sebagian besar orang. Pepatah the grass is always greener on the other side mungkin benar adanya; tak bisa dipungkiri bahwa fasilitas yang tersedia di universitas luar negeri terkadang jauh lebih maju dan memadai.
ADVERTISEMENT
Selain menambah pengalaman baru, mengenyam pendidikan di luar negeri juga mampu melatih mental serta dapat berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki bahasa dan kebudayaan berbeda.
Ada cukup banyak program beasiswa yang bisa dimanfaatkan bagi yang bermimpi untuk bersekolah di luar negeri. Salah satu yang paling banyak diminati adalah program beasiswa pemerintah Indonesia melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dari Kementerian Keuangan.
Beasiswa LPDP ini bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia di berbagai bidang dan berlaku bagi studi di dalam maupun luar negeri.
Pada Senin (25/11) kemarin, Karja berkesempatan untuk mengobrol dengan Billy Chailani, yakni penerima beasiswa LPDP di Universitas New York jurusan Public Relations and Corporate Communication.
Ia memulai studi magisternya di universitas tersebut pada tahun 2018. Melalui chat Whatsapp, Billy pun membagikan pengalamannya seputar proses seleksi beasiswa LPDP.
ADVERTISEMENT
Berawal dari ketertarikannya dengan negeri Paman Sam, sejak SMA Billy sempat mencoba pertukaran pelajar seperti AFS (American Field Service) dan aktif mengikuti kegiatan debat bahasa Inggris dengan bergabung di SEF (Smansa English Fun) di sekolahnya dulu, yaitu SMA Negeri 1 Samarinda.
Melalui debat tersebut, Ia berharap bisa membawanya ke luar negeri. Namun, selama SMA hal tersebut belum terwujud. “Dari dulu emang ada keinginan buat dapat international exposure dan emang suka aja gitu sama Amerika in general, dan gue lumayan tune in sama apa yang terjadi di sana.” ungkap Billy.
Berkumpul bersama mahasiswa Indonesia lainnya di kediaman salah satu petinggi Bank Indonesia di New York | Photo by Billy Chailani (Dokumen Pribadi)
Memasuki dunia perkuliahan, aspirasi-aspirasi mengenai impiannya untuk bisa mengenyam pendidikan di luar negeri pun mulai berkurang intensitasnya. Entah karena disibukkan oleh kegiatan kampus ataupun pekerjaan part-time yang saat itu sedang Ia ambil, yaitu menjadi seorang barista di Starbucks.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata, bekerja di Starbucks membuatnya kembali mengenang mimpi yang sempat Ia punya karena brand satu itu merupakan keluaran Amerika.
Setelah lulus dari Universitas Multimedia Nusantara pada tahun 2015, Ia bekerja di sebuah perusahaan public relations dan komunikasi terkenal yang ada di Jakarta. Setelah dua tahun, tiba-tiba muncul keinginan dari dalam diri Billy untuk merasakan pengalaman yang berbeda drastis dari Indonesia. Ia merasa perlu rehat dan menyegarkan pikirannya dari hiruk pikuk ibu kota.
“Jadi pergilah gue ke education fairs, tapi agak aimless sih. Pas 2017 akhirnya baru mulai niat, apply sekolah, tes TOEFL, dan lain-lain.” ucap Billy. Ia pun mengirimkan aplikasinya ke tiga universitas di Amerika, yakni Georgetown University, Boston University, dan New York University.
ADVERTISEMENT
Kali ini, nampaknya jalan untuk mewujudkan impiannya terbuka lebar. Selang beberapa waktu, Ia menerima acceptance letter dari dua universitas sekaligus, yakni Georgetown University dan New York University.
Setelah itu, barulah Billy memberanikan diri untuk mendaftar beasiswa LPDP. Pasalnya, Ia mendengar banyak cerita bahwa akan lebih meyakinkan mendaftar beasiswa tersebut apabila sudah memiliki LoA (Letter of Acceptance) terlebih dahulu.
Berfoto bersama Sri Mulyani saat berkunjung ke New York | Photo by Billy Chailani (Dokumen Pribadi)
Perjalanan seleksi beasiswa LPDP Billy dirasakannya begitu lancar, mulai dari mendaftar sekolah, mendapatkan izin dari kantornya bekerja, dan hal lainnya.
Lewat proses seleksi beasiswa LPDP ini pula Ia banyak dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki pencapaian serta pengalaman yang jauh di atasnya.
“So the whole experience is a very humbling one. It’s almost like God is allowing this to happen for me to do a reality check about what I have achieved and what I have cotributed to the society.” tutur Billy.
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyak universitas yang ada, lantas, mengapa Billy memilih Universitas New York sebagai tempat selanjutnya dalam menimba ilmu? “Well, it is New York. Kebanyakan perusahaan minimal punya regional office di sini, atau nggak headquarters.” ungkapnya.
Aside from his interest about USA, Billy memaparkan bahwa industry exposure di New York potensinya sangat besar, terlebih juga ada banyak communications program yang memang mulainya berasal dari kota tersebut. Maka referensi untuk belajar dan mengasah skill menjadi lebih banyak.
“Terus pas research soal dosen-dosen di NYU, mostly industry veterans. Jadi harapannya adalah bisa belajar langsung dari orang-orang ini.” sambung Billy.
Selain kuliah, Billy juga aktif dalam berbagai kegiatan kampus, salah satunya dengan bergabung menjadi volunteer | Photo by Billy Chailani (Dokumen Pribadi)
Dilansir dari US News dalam 2020 Edition of Best Colleges in National Universities, Universitas New York berada di peringkat 29. Beberapa alumni terkemuka dari universitas ini antara lain adalah Jack Dorsey (founder dan CEO dari Twitter), Anne Hathaway (aktris), Angelina Jolie (aktris), Adam Sandler (aktor), dan Lady Gaga (penyanyi).
ADVERTISEMENT
Terkait jurusan yang diambil, yakni Public Relations and Corporate Communications, masih berhubungan dengan jurusan yang ia ambil sebelumnya. “Fokusnya lebih ke hal-hal praktis, sih. Karena dulu pas S1 kayaknya lebih fokus ke foundational stuffs. Terus pengen refine skills yang udah didapat selama kerja empat tahun di Weber Shandwick (perusahaan tempat ia bekerja dulu).” papar Billy.
For your information, salah satu prestasi yang pernah diraih Billy saat bekerja di perusahaan tersebut adalah menjadi gold finalist di The Holmes Report SABRE Asia-Pacific, Automotive (Spearheading in Electromobility in Indonesia with BMW Group Indonesia) pada tahun 2017. Salut!
Walaupun saat proses seleksi beasiswa LPDP kemarin terbilang mulus, tentu ada beberapa tantangan yang dirasakan pria kelahiran tahun 1993 ini. Tantangan utama bagi Billy ialah bagaimana caranya ‘menjual’ serta menonjolkan diri di antara belasan ribu peserta lainnya yang mengikuti proses seleksi beasiswa LPDP, terutama pada sesi interview yang dirasakannya sebagai tahapan paling sulit.
ADVERTISEMENT
“Dari tahun 2017 mungkin prosesnya berubah terus, tapi interview pasti ada, dan itu yang paling sulit. Karena kita harus ngeyakinin orang yang barely know us within a short timeframe.” ungkapnya.
Tidak hanya itu, tantangan lain yang Ia rasakan adalah ketika harus membagi fokusnya antara proses seleksi dengan pekerjaan yang sedang Ia jalani waktu itu, yakni menjadi seorang communications consultant. Pekerjaan tersebut menuntut kesiapan kapan saja. “Jadi ya cukup challenging untuk bagi waktunya.” kenang Billy.
Saat kunjungan SSHB ke New York | Photo by Billy Chailani (Dokumen Pribadi)
For all of you out there yang bercita-cita melanjutkan studi ke luar negeri dengan program beasiswa, ada tips menarik dari Billy yang wajib untuk dicatat dan diingat.
Hal penting yang harus diperhatikan saat ingin mendaftar beasiswa LPDP adalah pastikan tujuan untuk mendapatkan gelar yang ingin dicapai dengan jelas. Karena menurut Billy, kalau hanya sekedar meraih gelar S2 ataupun S3, semua orang juga mampu berkata seperti itu. Selain kesungguhan dan komitmen, tujuan yang jelas mampu membantu dalam mengaktualisasikan mimpi tersebut.
ADVERTISEMENT
“Be yourself than be authentic,” saran Billy. Menurutnya, hal tersebut mampu membantu di keseluruhan proses seleksi. Memprioritaskan mana yang harus diutamakan serta stick to the plans juga menjadi hal yang harus diperhatikan dengan baik.
Last but not least, setiap manusia tentu tidak terlepas dari yang namanya perasaan insecure, yakni perasaan tidak aman, tidak yakin, dan tidak percaya pada diri sendiri.
Terlebih apabila ada banyak orang lain yang memiliki prestasi serta pengalaman yang jauh lebih hebat. Billy sendiri mengaku Ia sempat merasa takut dan insecure terkait hal tersebut. “Makanya pas di awal, gue takut kalau gue kurang representatif.” tuturnya.
So, how to deal with it?
“The only way to deal with it adalah cuma mencoba melakukan lebih lagi dan membangun support system yang solid, and know when to rest.” saran Billy.
ADVERTISEMENT
#terusberkarya